Bab 11

1810 Words
"Horrrrrrre...!!!! Maaaaaaaa, Jojo sudah bisa menerbangkan layang-layaaaaaaaaaaaang... Jojo Hebaaaaat Maaaaaa....aa." Teriak si Jo, saat layang-layang sudah tinggi melayang... Mak Ijah (Panggilan Mama Endah saat itu) Tertawa riang, ikut bersorak sorai dan ikut berteriak.. "Horeeeeee... Jojoku HEBAT... Sudah bisa memerbangkan layang-layaaaaaaaaaaaang!!" "Mama aaaaaaa juga Hebaaaat.... sudah sukses ngajarin Jojo jadi Hebaaaat." "Nanti kita rayakan dg bakar ayam, sambel lombok ijo, kulup daun singkong dan daun kenikir." "Siiiiiiiiip, Jojo setujuuuuuu." "Anak Mama memang hebat." "Mama juga." Dekapan Jojo dari belakang, disertai kecupan yang ditekan games Membuat Mama Endah terbuyar dari lamunannya. "Ma." "Ya... sayang." "Makasih, ya." Pipi Mama sekali lagi dengan tekanan yang lebih kencang. "Aduuuuuuuh. Sakiiit tauhu!!!" "Mama, inget gak, waktu kita berkunjung ke rumah Opa dulu?" "Iya, kenapa?" "Dulu waktu Jojo naik bus!" "Heeee'emm." "Waktu Jojo mau muntah, Mama menyuruh untuk menahan, hingga sampai tujuan. Dan Mama bilang. Malu, masak baru naik sudah muntah?" "Heeeee'eeemm. Mama inget!" "Jojo mampu menahan untuk gak muntah, sampai turun di terminal. Dan Mama belikan Jojo hadiah kan?" "Iya, Mama belikan Jojo sate kambing kan?!" Jawab Mama. "Barusan tadi Jojo mampu menahan untuk tidak muntah hingga berhenti di tiga terminal. Setelah itu baru Jojo gak bisa nahan....dan . akhirnya.... Jojo kasihan sama Ummi jadi belepotan muntahnya Jojo. Semoga dia gak marah ya Ma." "Ma... berarti Jojo berhasil membuka lemari yang sukses... kan Ma?" "Waaaaaooooooooo." Kata Mama, sambil menutup mulutnya yang melongo dengan kedua tangannya. "Inget ya, jangan bilang siapapun... ini rahasia kita bertiga." Lanjut Mama. ***** Pabrik yang mereka kelola, memang hanya 5 hari kerja. Produksi mulai jam 09.00 s/d jam 15.00. Sedangkan kantor pemasaran buka hingga jam 17.00. Biasanya, Mama Endah jagongan bisa sampai jam 24.00. Tapi kini, setelah jam 8.00, bahkan kurang. Mama sudah pamit istirahat. "Sudah malem, Mama mau istirahat dulu." Pamitnya. Pinter juga Mama ngasih kesempatan anaknya. "Met malem Ma, mimpi indah." "Met malam juga." Balasnya. Dengan senyum ceria Jojo memberi isyarat dengan 4 jari lalu menyilangkan kedua telunjuk dan jempolnya, sambil menggerak-gerakkan alisnya. Entah aja maksudnya, hanya mereka berdua yang tau. Pagi itu, Mama Endah membelah kelapa di samping rumah. Kemarin memang dia ingin memasak sayur rebung dan kacang merah. Ummi dan suaminya belum tampak batang hidungnya. Mungkin gara-gara semalam habis melaksanakan permintaan Jojo yg diibaratkan dengan 4 jari dan dua telunjuk yg disilangkan. sehingga terlalu capek, atau bisa jadi karena semalaman masih belajar membuka lemari hingga diulang-ulang. Tiba-tiba......... "Permisi." "ooooo. ada tamu, silahkan masuk." Sahut Mama, sambil mengupas serabut kelapa. "Maaf, saya tinggal ngupas kelapa dulu sebentar ya. Masalahnya ini nanggung." lanjutnya. Melihat tuan rumahnya sedikit kesulitan, mengupas. Maka sang tamu pun membantunya. Hanya dalam hitungan menit, kelapa itu sudah bersih dan siap diparut. "Terima Kasih atas bantuannya." Kata Mama. "ooooo iya, kalau boleh tau ada keperluan apa ya." Tanya Mama Endah, yang pura-pura tak mengenal si tamu. "Saya, Pamannya Ummi satu-satunya. Saya ini saudara tua Suryo. Dan yang dipercaya oleh almarhum. Perkenalkan nama saya Darjan." "oooooooo. Ayo silahkan masuk. Maaf, rumahnya berantakan kayak gini. Maklum orang kampung, rumahnya gak pernah bisa bersih." "Sama saja bu. Umminya kemana bu. Kok gak lihat dari tadi?" "Masih belum bangun pak. Mungkin kecapean." "yaaaah. Sejak kecil memang dia itu manja banget. apa-apa serba disiapkan. Maklum anak semata wayang. Dulu waktu masih kecil, ya saya ini yang gendong kemana-mana. Kalau saya pergi dan Ummi gak diajak. Wah... bisa sehari semalam nangis gak mau diam." "ooooooooo". "Makan aza kalau gak saya suapin, biar seminggu nggak makan. Jadi biar saya lagi ngerjain sawah. Ya harus pulang nyuapin Ummi dulu. Kadang kalau maem nambah sampai tiga kali kalo saya yang nyuapin. Hmmm... dasar anak manja." "Berarti bapak sayang banget ya sama Ummi?" Tanya Mama. Dalam hatinya ketawa. "Dulu, kalau dia pergi, sehari saja. Saya gak bisa tidur mikirin dia. Kangennya itu sampai ke tulang sumsum." Pikir Mama: "Semakin diajak bicara, semakin menggelikan." "Saya tinggal kebelakang dulu ya. Bpk mau minum apa?, kopi?, teh?, s**u, apa kopi s**u?" Tanya Mama. Dalam hati Mama: "Emang ini warung, nyediain minuman lengkap." "Gak perlu repot bu. Seadanya saja." Jawabnya. Tak lama berselang, Ummi datang menyambut tamu yang katanya pakde kesayangan itu. Sambil dicium tangannya. Ummi berkata : "Sudah lama pakde ? Maaf Ummi baru bangun. Maunya bangun pagi, tapi suami Ummi gak mau ditinggal, jadi yaah nungguin dia sampai bangun." "o .. iya, bude kok gak diajak?" "Budemu sibuk ngurusin rumah, jadi gak bisa ikut." "Sebentar ya pakde, Ummi tinggal mandi dulu. Pakde nginep disini kan?" Tanya Ummi. "Nggaklah nduk, pakde gak bisa nginep. Mungkin lain waktu saja." "Waduuuuuh... Manten anyar. Jam segini belum mandi. Baru bangun ya?, semalam begadang ya?, Mas Jo nakal ya?...... eeeeeeeeeeeeee ada tamu dari jauh, rupanya?...Kenalkan nama saya Tarjo. Nama lengkap saya. Tarjo Waseso Broto Dilogo Mangku Wanito Mudo Limo Kabeh Rondo. Saya ini Pengawal pribadinya neng Ummi." Kelakarnya. "Aduuuuuuh, panjang amat namanya pak. Ummi jadi sulit mengingatnya. Kok tumben libur begini dateng?" "Begini, Neng. kemarin itu ada yang pesan Beras super 4 truk, dikasih persekot cuma 900 Juta. Sebenarnya sih pak Tarjo maunya menolak. Tapi saya pikir gak apalah 900 Juta. Terus langganan yang baru minta 150 ton, ngasih persekot separuh. 750. Juta. Semua uangnya ada di mobil Neng." "O iya, Uang yang eneng kasih ke pak Tarjo 24 juta itu sudah saya belikan sepeda motor 2. untuk si bungsu dan Agus yang nomer dua. Berhubung anak pertama saya ngotot minta motor gede. Terpaksa saya ambil uang setoran 20 Juta. Gak apa kan Neng?" Kata pak Tarjo, menyombongkan diri di depan pak Darjan paman b******k Neng Ummi. Mendengar cerita pak Tarjo yang sangat meyakinkan itu. Tamunya hanya menelan ludah, Heran. Kaget, bercampur kagum. Cuma saja pak Darjan berusaha menyembunyikan rasa itu. Namun demikian pak Tarjo tau betul, bahwa kibulannya itu telah mengena tepat sasaran. "Hiiiiiiiiiiiiiih, Boss Tarjo. Kapan datang niiich?. Kok gak bilang-bilang sich, kan bisa dijemput sama Jojo." Canda Mama "Namanya Boss Tarjo sudah terkenal bawa mobil sendiri tho Ma! o.. iya.. nich, Saya bawa Uang 900 jt sama 750 juta. ada yang pesan Beras Super. Tapi uangnya saya pake 20 jt buat beli sepeda motor anak pertama." "Sudah, ambil saja. Gak perlu sungkan. Asal jangan dihabisin semua. Sekarang mana uangnya?" "Ada di mobil. Permisi saya ambil uangnya di mobil ya!" "Gak usah, nanti saja kalau Mas Jo sudah bangun. itu urusan dia." Tambah Mama. Candaan itu kian hangat dan hidup, seakan apa yang mereka katakan itu nyata. Setidaknya di telinga pak Darjan. Mendengar candaan mereka yang kayak serius, pak Darjan jadi salah tingkah dan gak tau apa yang harus diomongkan. Mau nimbrung ikut omong, takut gak nyambung. Diam gak bicara, jadi kayak macan ompong yang sedang sakit gigi. Melihat Ummi habis mandi dan sudah berdandan, dia langsung angkat bicara. "Aduuuuh, keponakanku. Makin cantik ajja kowe nduk. Pakde jadi tambah kangen kepengen sering kesini, nengok kamu." Ummi hanya tersenyum mendengar pujian basi dari pamannya. "Tiap hari kesini, juga gak apa-apa kok pakde, saya malah sehari tiga kali kesini, gak ada yang ngusir. Pagi dateng, sarapan, terus pulang. Siang dateng makan terus pulang. Kemudian Sore, waktunya makan malem, saya dateng lagi ikut makan. Tapi sama Neng Ummi dan keluarga disini gak di usir kok!. eeeeeee... kemarin malah dikasih uang 24 juta aa sama Neng Ummi. iya kan neng?" "Heeemmmmm, Ummi tau niiiich, kalau pak Tarjo sudah ngerayu begini... pasti ada maunya? Ya kan?!. Nanti minta sama Mas Jojo ajja, jangan minta lagi sama Ummi okeey?" "pak Tarjo kalo belum sarapan, sana ke belakang. Tapi masak sendiri...hehehehe." Kata Mama. "Aduuuh, tamunya kok dibiarkan, gak diajak ngomong siiich ! .... Rencana menginap disini kan pakde? Kalau gak nginep nanti saya antar, pake mobil saya yang baru. Heeeeeeeemmmmm... tadi kesini naik apa?, Kok budenya Ummi gak diajak kesini? Kami juga ingin lebih dekat dan lebih akrab. Sekarang di tempat pakde lagi panen apa. Disana hujan gak ?.. O iya punya kebun kopi kan, kalau punya hasilnya bawa kesini aja disini trima dengan harga bagus lho. Terus panen padinya kapan?, kalau panen, gabahnya bawa kesini saja. Kami membelinya dengan harga diatas tengkulak kok. Gak rugi lho." Dasar pak Tarjo!!!.. Itu siiich bukan mengajak bicara. Tapi membungkam halus. Lha bertanya kok kayak sepur klutuk sedang berjalan gitu. Jadi mana yang harus dijawab duluan. pak...pak. Mama memberi isarat agar pak Tarjo keluar. Tak lama kemudian Mamapun meninggalkan Ummi dan pak Darjan berdua. "Pakde ngobrol sama Ummi dulu ya, saya mau masak dulu." Tanpa menunggu jawaban, Mamapun pergi ke dapur. Sementara, seperti biasa. Pak Tarjo berburu mangga yang masak di pohon. "nduk". "Iya pakde." "Tampaknya usahamu berkembang pesat ya." "Itu semua, berkat doa dari pakde." "Bener. Pakde memang siang, malem, pagi gak bosen-bosennya ndoakan kamu. Biar cepet sukses, cepet sugih, cepet dadi juragan gede." "Terima Kasih pakde." "o, iya nduk. Hati-hati sama itu yang namanya pak Tarjo. Kalo kamu gak waspada, donyamu bisa dihabiskan sama dia. Kelihatannya saja baik. Makanya. Bener pesennya bapakmu. Agar semua sertifikatnya itu pakde yang bawa. Biar aman." Dalam hati Ummi berkata : "Heeeem, Cukup sekali saja keluargaku jadi korbanmu pakde." "Nduk. Sebenarnya sertifikat semua peninggalan bapakmu itu siapa yang bawa?" "Emang penting tho pakde. lha wong cuma lembaran kertas saja kok. Ummi gak mikirin itu. Yang penting Ummi sama suami hidup rukun bahagia sudah cukup." "Bener nduk. Sertifikat memang kertas yang gak penting. Tapi yang namanya amanah dari orang tuamu kan harus dilaksanakan. Kalau enggak, pakde berdosa terhadap adiknya sendiri. dia bisa gak tenang di alam sana." "oooooooooo, begitu ya?" Jawab Ummi pura-pura bloon. "Ya, akeelah pakde, kalau pakde mau nunggu. Nanti biar pakde yang bawa. Tapi kuncinya masih dibawa kakak. Mungkin besok pagi kesini." "Pakde ini sibuk banget lho, ini pakde sudah korban waktu banyak, cuma pengen menjaga amanah dari orang tuamu. ya sudah. Begini saja. dibandrek saja lemarinya. Nanti pakde belikan yang baru. Yang lebih bagus." Kata pak Darjo dengan nada penuh semangat. "Gak enak lah pakde. Ummi gak enak sama Mama, sama suami juga. Ya sudah kalau begitu pakde nginep saja ya?" "Demi amanah yang diembankan orang tuamu. Pakde rela berkorban. Ya sudah pakde nginep disini." ***** Malam mulai merambat. Hening kian mencekam. Sapaan angin ke dedaunan terdengar mendesah. Bak Bidadari yang terlena dalam buaian gairah. Hening kentara nyata, senyata, harapan pak Derjan menginginkan harta warisan yang notabene bukan haknya. Duduk di bale teras depan, kedua tangan merangkul kaki yang terlipat dan menopang dagu, serta berselimut sarung. Pak Darjan memutar otak, bagaimana cara agar bisa mendapatkan sertifikat tanah tanpa harus melakukan kesalahan untuk kedua kali. Teringat bagaimana adik kandungnya saat itu, karena kesalahan fatal yang ia lakukan hingga mengakibatkan kematian. Kadang rasa bersalah itu hadir. Namun disisi lain keinginannya harus tercapai. Ambisi untuk mendapatkan harta kekayaan itu lebih besar daripada rasa bersalahnya. Begitu sebaliknya. Malam kian larut tanpa kata. Menguasai hari tanpa kompromi. Dingin menusuk pertanda pagi akan mengambil alih. Embun pagi bebas membasahi dedaunan. Sedang sang burung malam enggan bersuara, mungkin tlah lelah berkata tanpa makna. Ayam mulai gelisah tanda persiapan untuk berkokok menyambut pagi. Sementara.... Pak Darjan terjerat oleh gelisahnya. Ingin memejamkan mata, namun belum mendapat jalan keluar yang didamba. -Bersambung-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD