Di Sukai Dua Dunia

1553 Words
Rey dan Dion hanya berdua saudara kandung. Selisih usianya tidak terpaut jauh, sekitar 2 tahun lebih. Cara lahirnyapun ada perbedaan di antara keduanya. Dion anak tertua lahirnya secara normal. Tidak ada ciri khusus saat ia lahir. Semua berjalan normal. Hanya dengan bantuan bidan kampung, Dion lahir ke dunia dengan lancar dan selamat. Ia langsung di adzankan oleh Ayah. Sempat mendapat gangguan kecil dari hantu tanpa badan, hanya kepala dan isi jeroan dalam tubuhnya yang tampak atau biasa di kenal dengan nama Kuyang. Beruntung keluarga Rey memiliki trah dari orang orang hebat dulunya. Alhasil si kuyang hanya bisa mengawasi dari jauh dan berputar putar mengelilingi sekitar kampung. Setiap demit yang ingin mengganggu keluarga ini pasti tidak akan bertahan lama. Kadang hanya sampai diluar mereka sudah hancur duluan sebelum masuk ke rumah. Pagar gaib dan para anak buah leluhur yang menjaga selalu standby diluar. Sedikitpun mereka tak memberi celah bagi yang ingin mengganggu keturunan mereka. Beda halnya lagi dengan adiknya Dion, si Rey. Ia di lahirkan dengan cara tidak normal, yaitu melalui proses operasi cesar. Sejak dalam kandungan ia sudah membuat repot kedua orang tuanya. Melalui mimpi sang Ibu sering di goda makhluk dari dunia sebelah. Rey kecil yang belum lahir sudah menjadi rebutan. Baik dari dunia gaib maupun dunia nyata. Segala macam firasat sering menghampiri kedua orang tuanya. Salah satunya adalah arwah leluhurnya yang hadir kala malam si Ibu sedang gelisah. Ia merasa seharian ini ada yang mengawasinya. Semua gerak geriknya tidak luput dalam pengawasan sosok yang tampak menyeramkan itu. Sang Ayah yang selalu berada di sisi Ibu selalu memberi support dan melindunginya. Segala macam perlengkapan mitos orang hamil sudah Ibu siapkan di dalam sebuah kantung yang memang sengaja di siapkan saat mulai hamil Rey. Di antaranya adalah bawang merah tunggal, jarum, peniti, silet, duri landak serta tasbih kecil yang di gabungkan jadi satu dalam kantung hitam tersebut. Entah apa maksud dari barang itu semua. Secara ilmiah juga belum terbukti manfaatnya. Tapi karena sudah menjadi tradisi turun temurun dari orang tua terdahulu, membuat Ibu dan Ayah hanya pasrah mengikuti mitos tersebut. Memasuki usia kandungan tujuh bulan, berat badan Ibu cukup berat dan di anggap di atas batas normal. Begitu juga dengan kondisi bayi dalam kandungan Ibu, ia semakin besar. Namun semuanya masih sehat, tidak ada yang aneh terjadi. Hingga ujian kembali menerpa sang Ibu dengan calon bayinya. Tanpa ada firasat tiba tiba di jalan ia di tabrak sebuah mobil box. Saat itu ia sedang di bonceng oleh adik iparnya. Aneh, dengan kecelakaan demikian seharusnya korban mengalami cukup parah. Tapi Ibu hanya mengalami luka kecil di kakinya, begitu juga perutnya. Ia tidak merasakan sakit sedikitpun. Justru kendaraan mobil box tersebut yang kondisinya cukup lumayan parah. Body depannya peyok ke dalam. Untung supirnya tidak terluka. Padahal jika dipikir secara logic seharusnya sang Ibu yang mengalami kecelakaan cukup parah, karena ia yang di tabrak mobil. Namun justru sebaliknya. Setelah itu kejadiannya berlangsung damai, keduanya saling memaafkan. Beberapa saat pasca kejadian itu, Ayah baru tahu setelah di beritahu Ibu jika ia baru saja di tabrak mobil orang. Sang Ayah begitu mendengar orang yang ia kasihi dalam bahaya, tanpa menunggu selesai bicara Ibu langsung tancap gas menuju lokasi. Terlihat aura kemarahan yang akan meledak dari raut wajah Ayah. Seorang diri ia mencari pelaku yang telah menabrak istrinya. Namun keadaan tidak sesuai harapan, pelaku sudah tidak di temukan di lokasi karena sedari tadi sudah berjalan meninggalkan lokasi. ********************************* Keesokan malamnya ketika Ibu sedang sendirian berada di rumah. Ia lagi asik menonton acara favoritnya di televisi kotak yang gambarnya hanya hitam dan putih. Selang beberapa saat tiba tiba ada sesosok makhluk yang menjelma seperti manusia. Sosok itu lagi berdiri di sudut kamar dang melemparkan senyuman pada Ibu. Badan hingga wajahnya berwarna hitam pekat, hanya bola mata dan gigi taring yang tampak dari fisik tersebut. Tampak ibu sedikit ketakutan melihatnya. Anakmu nanti akan ku bawa saat ia lahir. Siapa kamu? Kenapa mau bawa anakku? Dia memang terlahir untuk memimpin golongan kami. TIDAK! Ini anakku, dia hanya manusia biasa, bukan golongan kalian. Hahahaha… Hahahaha… Kita tunggu saatnya nanti ia lahir. Tak berapa lama datang Ayah. Ia baru saja pulang dari kantor karena harus lembur untuk menyelesaikan target yang sudah di atur kantor. Saat masuk kamar, Ayah sedikit shock mendapati istrinya hanya diam mematung dan mata terbelalak yang tertuju pada satu titik yaitu di sudut kamar. Segera ia ambil air putih segelas dan membacakan لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”   Ayah lalu meniupkannya setelah membaca ayat tersebut. Kemudian ia taruh air itu sedikit ke telapak tangan kanannya. Lalu mengusap ke wajah Ibu. Seketika baru Ibu tersadar dari diamnya. “Istighfar Bu. Istgihfar ya … Astaghfirullah (Aku memohon ampung kepada Allah.)” sang Ayah berusaha membimbing istrinya, karena sadar tapi masih terlihat linglung. Perlahan Ibu mulai kembali kesadarannya. Ia bisa mengucap istighfar. Ayah lalu meminta ia minum air yang telah ia baca tadi. Ibu menarik nafas dan kembali ucap istighfar. Alhamdulillah semuanya kembali normal. Setelahnya Ayah lalu menanyakan keadaan Ibu. “Ibu kenapa tadi?” “Tadi Yah, di pojokan situ ada yang datang, badannya hitam semua tapi sama seperti manusia. Ibu pikir itu bukan manusia." Ayah hanya tersenyum menanggapi omongan sang Ibu. “Dia mau ambil anak kita Yah.” “Ya udah, sekarang Ibu istirahat, sudah malam juga, kenapa ga tidur to?” “Ibu sengaja menunggu Ayah datang.” Ayah segera bergegas ke belakang untuk membersihkan dirinya setelah sebelumnya menyelimutkan istrinya. Ia sempat berpikir keras siapa sosok yang berani mengganggu istrinya kala ia tidak ada. Firasatnya memang sedari tadi sudah tidak enak saat bekerja di kantor. Untung ia mampu menyelesaikan pekerjaan itu dengan cepat jadi pulangnya tidak larut malam. Selesai mandi segera Ayah menyusul Ibu di kamar dan merebahkan tubuhnya di sisi sang istri. Beberapa menit ia masih terjaga saat memandang wajah teduh istrinya. Namun beberapa saat kemudian mata itu tak mampu ia tahan lagi karena sudah lelahnya ia seharian bekerja. *************************** Suasana malam semakin dingin dengan suara jangkrik yang saling bersahut sahutan. Dari luar kamar ada seseorang yang masuk dengan pancaran cahaya dari tubuhnya yang berwarna putih. Sosok kharismatik, meski semua rambut, kumis dan janggutnya berwarna putih, tidak menunjukkan jika beliau orang yang biasa. Dari tubuhnya mengeluarkan aura yang membuat orang yang melihat pasti merasa damai dan terharu. Assalammualaikum nak … Waalaikumsalam … Eh ada Eyang, kenapa Eyang datang? Aku kangen dengan cucuku. Alhamdulillah Eyang, kami baik semua Eyang. Dengan sekedip mata sang Eyang sudah berada di sisi Ibu. Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam diri Ibu ketika melihat Eyang. Sangat berbeda dengan sosok hitam yang ia lihat tadi. Ibu justru merasa kangen dan bahagia sekali bisa melihat dan berada di dekat beliau. Tenang ya nak, Eyang lindungi keturunan Eyang. Tanpa sempat membalas omongan Eyang, perut ibu sudah mendapat sentuhan nan lembut dari Eyang. Meski tangannya tak menyentuh fisik itu secara langsung. Hawa yang ia rasakan begitu hangat bercampur dingin. Hingga sulit ia katakan. Ibu hanya tersenyum mendapat sesuatu dari Eyang. Tampak Eyang menyalurkan energy putih ke dalam perut sang Ibu. Entah apa artinya. Ibu hanya pasrah menerimanya tanpa bisa menolaknya seperti ketika sosok hitam menginginkan bayinya. Anakmu adalah penerusku kelak. Ia di sukai di dua dunia, jadi jangan heran bila banyak yang menginginkannya. Ajarkan ia ke jalan agamamu. Jangan ajarkan ia ke jalan duniamu kelak. Beri namaku di akhir namanya ya nak. Sang ibu hanya menjawab satu kata, “nggih” Setelah itu Eyang yang menggunakan jubbah serba putih dan bolang di kepala yang berwarna sama dengan pakaiannya, berpamitan dengan Ibu. Wassalammualaikum Waalaikumsalam Eyang. Sang Eyang pergi dengan meninggalkan aroma yang begitu wangi yang memenuhi ruangan kamar tidur. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Bertepatan dengan suara adzan subuh yang berkumandang. Ibu lalu tersadar dari tidurnya. Sambil tersenyum ia mengingat senyumnya. Ibu merasa senang dengan apa yang barusan ia mimpikan. Ini pertama kali ia mendapat mimpi seperti itu. Ia berasa mimpi itu seperti kejadian nyata. “Yah bangun Yah, subuhan …” Ibu berusaha menggugah Ayah yang masih terlelap. “Iya Bu.” “Ibu barusan mimpi aneh Yah.” “Hoahm … mimpi apa lagi Bu.” “Ibu ga kenal tapi seperti ga asing Yah. Orangnya tua menggunakan jubbah putih dan berbolang gitu. Dari badannya itu seperti keluar cahaya putih, silau gitu lihatnya Yah. Wajahnya tidak begitu kelihatan jelas, karena cahaya putihnya menutup wajahnya sebagian Yah.”  سُبْحَانَ اللّهُ “Subhanallah (Maha Suci Allah). Apa yang beliau katakan Bu.” “Ibu panggil beliau Eyang. Kita disuruh jaga calon bayi ini, karena calon penerus Eyang. Ajarkan agama.” “Terus apalagi?” tanya Ayah makin penasaran. “Eyang minta ada namanya di belakang anak ini nantinya.” “Siapa namanya?” “Ga tau Yah.” “Lha terus gimana kasih namanya klo Ibu sendiri ga tau.” Ayah lalu tertawa kecil. “Namanya mimpi Yah, masa bisa Ibu ngatur jalannya.” Ibu pun membalas dengan senyuman. “Ya udah, kita sholat yuk. Dion juga belum bangun dari semalam. Nyenyak banget tidurnya.” Dion masih nyenyak dalam box bayi tidur sendiri. Sedari malam ia sudah terlelap duluan. Tumben ia tidak rewel dari semalam. Biasanya ada saja kelakuan bayi satu ini. Mungkin ada hubungannya dengan kehadiran Eyang dalam mimpi tadi, gumam sang Ibu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD