Lahirnya Sang Jagoan

1599 Words
Hari ini sudah menginjak usia 9 bulan kehamilan Ibu. Tinggal menunggu hari saat Rey Arsyad lahir ke dunia. Tampak ada sedikit kecemasan dari raut wajah Ibu. Namun Ayah yang berada di sisinya selalu berusaha menghiburnya. Semua kegiatan jualan sementara di hentikan. Begitu juga dengan pekerjaan Ayah yang sengaja ia mengambil cuti. Dion kecil juga masih terlihat asik bermain dengan dunianya. Ia tetep berada di pelukan sang Ibu. Kondisi calon bayi dalam kandungan sangat sehat. Ini terlihat dengan begitu aktifnya ia di rahim sang Ibu. Sangat berbeda dengan abangnya si Dion yang lebih anteng hingga lahir. Calon bayi yang sekarang lebih serang menendang, seperti sudah tak sabar lagi ingin melihat dunia. Ibu hanya tersenyum jika ia sudah mulai aktif begitu. Ba’da dzuhur tiba tiba perut Ibu mulai terasa sakit. Ia pikir hanya sesaat namun ini berlangsung cukup lama rasa itu. Sebelumnya Ibu sudah sering buang air kecil, bolak balik ke toilet hanya untuk itu. Posisi sang bayi juga sepertinya berubah, ia turun mendekati jalan lahir. Perut dan pinggang sudah terasa sangat sakit. Ayah yang sudah siaga sejak beberapa hari ini langsung membawa Ibu ke bidan kampung yang memang sudah menjadi langganan warga. Kondisi cuaca siang itu yang awalnya agak gelap, sepertinya sang mentari sedang malu-malu melihatkan wajahnya. Namun, secara perlahan keadaan mulai berubah, sang mentari mulai menunjukkan sinarnya. Meski rumah bidan dekat, Ayah tetap memutuskan membawa ibuku menggunakan motor gaulnya—Honda Binter. Semua perlengkapan sudah Ibu siapkan sebelumnya, jadi Ayah tidak perlu repot lagi hanya tinggal membawanya. Setiba di rumah bidan Mariam … ya, nama bidan itu adalah Bidan Mariam, Ibu semakin mengerang kesakitan. Bidan Mariam yang menerima kedatangan Ibu sambil dibantu Ayah, segera bergegas memapah beliau menuju ke tempat tidur. Setelah dibaringkan, perlahan Ibu mulai terlihat agak tenang. Ayah yang sedari tadi sibuk sendiri, sedikit pun tidak terlihat cemas dengan kondisi istrinya. Sepertinya ia sudah tahu karena pengalaman sewaktu Dion lahir. Sejam kemudian Ibu berteriak kesakitan, hingga Ayah yang berada di luar kamar itu terkejut mendengarnya. “Aaahhh, sakit ... nda tahan, Yah!” jerit Ibu kepada Ayah. “Sabar, istighfar aja, Bu,” kata Ayah berusaha menenangkan Ibu. Sudah lima jam Ayah dan bidan menunggui Ibu, tetapi Ibu hanya bukaan 1, tidak ada penambahan. Yang ada Ibu malah tambah sakit. Khawatir dengan kondisi Ibu yang semakin memprihatinkan di tambah juga dengan peralatan di bidan tersebut yang tidak memadai. Akhirnya bidan dan Abah sepakat membuat rujukan ke rumah sakit untuk proses kelanjutannya. Sementara jam saat itu sudah menunjukkan pukul 6 sore, hampir memasuki maghrib. Firasat Ayah dan Ibu sudah mulai tidak nyaman, karena perjalanan ke rumah sakit dari rumah bidan sangat jauh. Apalagi ini hari kamis, artinya malam jumat kliwon yang terkenal malam angker. Sang Ayah lalu bergegas mencari taksi. Zaman dulu yang di maksud taksi di kampung adalah mobil taksinya jenis Carry dan L300, bukan taksi argo seperti sekarang. Setelah taksi siap, Ibu dibaringkan dalam taksi ditemani abahku. Saat dalam perjalanan, kata Ibu, banyak hal-hal aneh yang terjadi. Belum jauh mobil berjalan dari rumah bidan tadi, tiba tiba mobil mengalami guncangan, serasa melewati lubang besar, padahal jalan saat itu tidak berlubang. Setelah terguncang sekali, lalu Ibu terkejut dan berucap, “Astaghfirullah, ya, Allah, apa itu, Yah?” Terlihat oleh ibu, empat sosok hitam besar dengan mata merah menyala dan gigi bertaring. Posisi mereka di samping kiri Ibu dan di bawah kaki Ibu. Dengan tenang Ayah berkata, “Udah tutup mata aja, istighfar, lalu baca Ayat Kursi, ga usah dilihat.” Ibu pun langsung membaca ayat-ayat yang beliau tahu. Ayah yang melihat situasi tersebut, segera mengambil air botol yang sudah ia siapkan dari rumah. Kemudian botol itu di buka dan dibacakan oleh Ayah, entah apa yang beliau baca. Lalu, air botol tadi diminumkan ke Ibu dan air sisanya diusapkan ke wajah Ibu. Setelah itu, Ibu disuruh Ayah untuk membuka mata yang terpejam tadi. Tanpa diduga, Ibu sudah dikelilingi sosok yang berbeda dengan yang pertama. Kali ini sosok yang dilihat Ibu seperti manusia pada umumnya, hanya pakaiannya serba putih dan di kepalanya menggunakan bolang berwarna putih, sejenis penutup yang di bentuk dari sorban. Kali ini sosok itu tersenyum. Seolah memberikan support buat Ibu sekaligus melindunginya. Seketika Ibu baru ingat jika ini Eyang yang tempo hari hadir dalam mimpinya. Tidak salah lagi memang itulah beliau yang di maksud. Ayah yang melihat kebingungan Ibu, secara perlahan menjelaskan dengan suara pelan, agar tak terdengar sopir dan saudara Ibu yang kebetulan juga ikut mengantar tadi. Hati Ibu pun merasa tenang dan adem melihat sosok Eyang. Selama perjalanan kurang lebih setengah jam waktu yang Abah dan Ibu tempuh, akhirnya tiba juga mereka di rumah sakit yang menjadi rujukan bidan tadi. Ibu pun sudah tidak terlihat cemas dari kejadian di taksi tadi. Mereka disambut para pertugas rumah sakit yang dengan cekatannya menangani Ibu. Setelah melalui proses observasi oleh dokter rumah sakit, maka diputuskan hari itu juga Ibu harus operasi demi melahirkan Rey. Ayah dan Ibu sudah siap dengan segala kemungkinan dengan proses lahirnya calon bayi tersebut. Saat itu, Ibu melihat reaksi Ayah sangat tenang sekali, berbeda ketika proses melahirkan anak pertama. Mungkin karena sudah terbiasa dengan keadaan ini jadi ia tidaklah terlalu panic. Hingga akhirnya setelah melalui proses yang panjang, Rey kecil bisa melihat dunianya. Sang bayi melalui operasi berhasil dilahirkan tanpa hambatan yang berarti. Ya, hari Kamis malam jumat akhirnya Rey hadir di muka bumi ini. Dengan berat sekitar 2 kiloan—Ibu tidak ingat persis berat bayi itu ketika lahir— Rey terlahir selamat dan sangat sehat. Setelah proses operasi selesai, Ibu yang masih terbaring lemah kembali ke kamar khusus untuk pasien yang habis melahirkan. Seperti biasa, setiap proses lahiran, bayi dan Ibu dipisahkan sementara. Rey ditempatkan ruangan khusus bersama bayi yang lain. Seketika, raut kebahagiaan terpancar dari wajah Ayah setelah melihat Rey kecil. Tak lupa ia segera meng-adzankan si kecil, sambil meneteskan air mata haru. Karena waktu sudah semakin larut malam, Ibu menyuruh Ayah untuk pulang saja, karena khawatir dengan si Abang Dion waktu itu masih kecil, yang usianya terpaut hanya 2 tahun dengan Rey. Apalagi Bang Dion hanya di titipkan ke tetangga terdekat yang sukarela mau membantu di titipkan anaknya. Selain itu, “ada suster juga yang jaga di rumah sakit, jadi Ayah tidak perlu khawatir. Ibu baik baik saja kok. Ayah jaga Dion saja.” Sengaja Ibu berusaha kuat di depan suaminya, ia tak ingin anaknya Bang Dion tidur sendirian malam itu. Alhasil, malam itu Ibu hanya sendiri di rumah sakit tanpa ditemani siapa pun. Kamar yang ditempati oleh Ibu sebenarnya untuk dua pasien, tetapi hari itu hanya ada Ibu saja yang sedang melahirkan dan menempati kamar itu. Tempat tidur satunya kosong. Selama di tinggal Ayah pulang, kembali kejadian-kejadian aneh dialami Ibu. Mulai suara orang ramai berlarian, sosok-sosok yang mengawasi Ibu, lalu ada kursi tamu yang bergerak sendiri, dan ada sosok pocong yang berbaring di tempat tidur yang kosong, sampai suara air kamar mandi yang seperti dimainkan seseorang. Tidak ada ketakutan dalam diri Ibu, tetapi beliau hanya khawatir dengan kondisi anaknya yang baru lahir, yang posisi si bayi jauh darinya. Apalagi kondisi tubuhnya yang masih sangat lemah untuk bergerak. Sedikit saja ia bergerak akan terasa sakit semua karena efek operasi tadi. Sang Ibu sudah mencoba berteriak untuk memanggil suster jaga. Akan tetapi, tidak ada sedikit pun suara yang keluar dari mulut Ibu, terasa ada yang menahan agar suara itu tidak keluar. Berkali-kali Ibu mencoba untuk menjerit, tetap saja tidak mampu mengeluarkan suaranya. Perasaan seorang Ibu semakin kuat, ia sangat khawatir dengan keadaan Rey. Namun selang beberapa detik, ia mendengar sebuah bisikan agar ia konsentrasi untuk membaca empat surah. Ibu baru menyadari jika selama ini Ayah sering mengajarinya surah tersebut. Ia lalu membacanya. Al Fatihah ·         Bismillaahir Rahmaanir Rahiim 1. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang ·         اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ Alhamdu lillaahi Rabbil 'aalamiin 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, ·         الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Ar-Rahmaanir-Rahiim 3. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, ·         مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ Maaliki Yawmid-Diin 4. Pemilik hari pembalasan. ·         اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ Iyyaaka na'budu wa lyyaaka nasta'iin 5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. ·         اِھْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْمَ Ihdinas-Siraatal-Mustaqiim 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus ·         صِرَاطَ الَّذِيۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ ۙ غَيۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا الضَّآلِّيۡنَ Siraatal-laziina an'amta 'alaihim ghayril-maghduubi 'alaihim wa lad-daaalliin 7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. **************************** Al Ikhlas ·      Qul huwal laahu ahad 1. Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. ·       Allah hus-samad 2. Allah tempat meminta segala sesuatu. ·      Lam yalid wa lam yuulad 3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. ·       Wa lam yakul-lahu kufuwan ahad 4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia." **************************** Al Falaq قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ الۡفَلَقِۙQul a'uzuu bi rabbil-falaq Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar)مِنۡ شَرِّ مَا خَلَقَۙMin sharri ma khalaq. dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakanوَمِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙWa min sharri ghasiqin iza waqab dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita وَمِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الۡعُقَدِۙWa min sharrin-naffaa-thaati fil 'uqad. dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), وَمِنۡ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَWa min shar ri haasidin iza hasad dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki." **************************** An Naasقُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِQul a'uzu birabbin naas1. Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, مَلِكِ النَّاسِۙMalikin naas2. Raja manusia,اِلٰهِ النَّاسِۙIlaahin naas3. sembahan manusia, مِنۡ شَرِّ الۡوَسۡوَاسِ  ۙ الۡخَـنَّاسِMin sharril was waasil khannaas4. dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyiالَّذِىۡ يُوَسۡوِسُ فِىۡ صُدُوۡرِ النَّاسِۙAl lazii yuwas wisu fii suduurin naas5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam d**a manusia, مِنَ الۡجِنَّةِ وَالنَّاسِMinal jinnati wan naas6. dari (golongan) jin dan manusia." 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD