Zhai menatap wajah cantik Levina. Wajah cantik yang sulit dilupakan. Walau ia sudah berusaha.
"Kamu sendiri, bagaimana perasaanmu kepadaku?" Bukan menjawab pertanyaan Livina, Zhai justru balik bertanya. Sepasang mata sipit mereka bertemu.
"Jujur saja, aku tidak bisa melupakanmu. Kamu pria paling hebat yang pernah aku temui. Aku berharap kita bisa bersama lagi." Dengan jujur Levina mengungkap perasaannya kepada Zhai.
Levina memang pernah membangun hubungan dengan pria lain. Bahkan pernah menikah, tapi tidak ada pria yang seperti Zhai. Sulit baginya untuk melupakan Zhai.
"Apakah kamu datang ke sini punya tujuan lain?" Zhai bertanya dengan rasa penasaran.
"Ya. Sekarang usaha aku sudah maju. Aku tidak perlu menghabiskan waktu. Aku berharap kita bisa bersama lagi." Levina mengaku dengan jujur apa tujuannya menemui Zhai.
"Kita bercerai dengan talak tiga. Tidak mudah untuk kembali bersama. Ada syarat yang harus dipenuhi." Zhai yang tidak yakin masih punya rasa dengan Levina mengungkapkan, bahwa mereka tidak bisa menikah begitu saja. Ada syarat yang harus dipenuhi.
"Aku tahu itu. Aku mengizinkan kamu menikah lagi. Tidak masalah bagiku." Levina merasa bukan suatu masalah jika Zhai menikah demi tujuan mereka.
"Aku belum yakin hubungan kita akan berjalan baik. Keraguan itu masih ada. Rasa sakit masih ada di d**a. Tidak mudah untuk membangun kepercayaan kembali." Zhai belum yakin dengan perasaannya kepada Levina.
"Kamu bisa mencari seorang wanita yang dibayar untuk dinikahi. Selama pernikahanmu dengan wanita itu, aku akan membuktikan kalau aku pantas diberi kesempatan." Levina berharap Zhai memberinya kesempatan.
"Maaf, Levina. Aku tidak bisa berjanji kepadamu. Lebih baik kita berteman saja. Tanpa ikatan apa-apa, tanpa ada tuntutan juga." Zhai menolak untuk menjalin kembali apa yang sudah terputus.
"Kamu tidak ingin memiliki anak, Zhai?" Tanya Levina.
"Saat ini belum terpikir olehku untuk memiliki anak. Aku ingin menikmati hidupku. Bila suatu saat nanti hatiku terbuka, mungkin aku akan menikah. Tapi aku minta kepadamu, tidak perlu mengharapkan aku."
Tidak ingin memberi harapan kepada Levina.
Zhai sudah menikmati hari-harinya. Hari-hari tanpa istri atau keluarga bersamanya.
"Baiklah, Zhai. Aku tidak akan memaksa. Apa kamu sudah makan siang? Kalau belum, bagaimana kalau kita makan keluar "
"Baiklah. Aku setuju."
Zhai dan Levina pergi makan bersama. Zhai tidak keberatan membangun hubungan pertemanan dengan Levina, selama Levina tidak mendesak untuk kembali bersama. Zhai pernah mencintai Levina, tapi masih ada rasa kecewa saat ini. Zhai belum bisa percaya dengan janji Levine. Zhai belum berani memupuk harapan, untuk kembali bersama Levina. Mungkin saja Levina saat ini mengharapkan nya, tapi hal itu bisa saja hanya sesaat. Jika Levina menemukan pria lain, mungkin saja Levina kembali melupakannya. Karena itu Zhai tidak ingin tergesa-gesa. Biar waktu yang membuktikan kesungguhan Levina.
*
Sudah tiga bulan Levina mencoba membuktikan kepada Zhai. Kalau ia sungguh mencintai Zhai. Zhai sendiri sedang disebutkan oleh tuntutan saudara dari ayah dan ibu angkatnya. Mereka merasa, kalau Zhai tidak berhak menerima warisan dari kedua orang tua angkat. Sedang orang tua angkat Zhai mengatakan kalau itu bukan warisan. Tapi hadiah untuk Zhai yang sudah begitu baik kepada mereka.
Selana bertahun-tahun Zhai yang memberikan mereka perhatian. Disaat saudara-saudara mereka tidak peduli. Di saat mereka sakit, hanya Zhai yang memberi perhatian. Dan membantu merawat mereka. Orang tua Zhai tidak mau tinggal di kota. Mereka lebih memilih tinggal di kampung. Sehingga Zhai tidak bisa bertemu mereka setiap hari. Sampai datang kabar, kalau kedua orang tua angkatnya meninggal dalam kecelakaan. Sungguh sesuatu yang tidak diduga. Zhai merasa terluka kehilangan kedua orang tua angkatnya.
Penabrak yang melarikan diri. Sampai setahun kepergian orang tuanya, belum ditangkap. Zhai sakit hati sekali orang tua angkatnya harus pergi dengan cara seperti itu. Setelah pemakaman kedua orang tua angkatnya, saudara ayah angkatnya langsung masuk ke kamar, dan membuka lemari. Mereka menguasai semua surat berharga. Zhai tidak peduli akan hal itu. Karena orang tua angkatnya sudah memberikan. Uang yang cukup banyak untuk modal usaha. Namun uang itu belum ia gunakan.
Zhai tidak peduli harta orang tua angkatnya dikuasai oleh saudara mereka. Zhai justru berusaha mengetahui siapa yang menabrak kedua orang tuanya. Namun belum juga ditemukan sampai saat ini.
Malam ini, Zhai pergi keluar. Ia ada janji makan malam dengan temannya. Teman yang menjadi mitra bisnisnya. Selesai makan malam, Zhai segera masuk ke mobil. Zhai ingin segera pulang ke rumah.
Zhai menjalankan mobil dengan santai saja. Tiba di rumah, mobil ia masukan ke halaman.
Nanti ART yang memasukkan ke dalam garasi.
"Ini di mana?"
Zhai sangat terkejut mendengar suara wanita dari jok belakang mobilnya.
"Kamu siapa?" Zhai nyaris berteriak saking kagetnya. Teriakannya mengundang para ART yang ada di halaman mendekat.
"Bapak siapa?" Perempuan itu tampak kebingungan.
Zhai segera turun dari mobil. Lalu membuka pintu belakang mobil.
"Ke luar!" Perintah Zhai.
Perempuan itu ke luar dari dalam mobil.
"Runi!" Pak Arsad supir Zhai ternyata mengenali wanita itu. Zhai sangat terkejut mengetahui kalau ART nya kenal dengan wanita yang masuk ke mobilnya.
"Pak Arsad kenal dia?" Tanya Zhai.
"Iya. Dia keponakan istri saya. Kok bisa dia ada di dalam mobil Tuan?" Pak Arsad merasa bingung kenapa Runi ada di dalam mobil Zhai.
*