"Mama lupa kalau ada bel ini? Mama nggak perlu menyakiti tangan mama untuk mengetuk pintu yang keras ini, Mama cukup pencet bel nanti di belakang sana akan berbunyi keras, haddeeeehhhh." jawab Fano tak mengerti.
"Iya mama lupa fan." jawab sang Mama sekenanya. kemudian Bu Franciska melenggang masuk tanpa permisi kepada tuan rumah seolah rumah itu adalah miliknya sendiri.
"Fan Mama minta uang untuk biaya adikmu studi tour. nggak banyak kok cuma 5 juta saja." ucap Bu Fransiska enteng. Fano melongo mendengar perkataan Mamanya. pasalnya baru 2 hari yang lalu Riska sang adik baru saja meminta uang untuk biaya studi tour dan itu pun tak sebanyak yang di minta oleh sang Mama, Riska hanya meminta biayanya saja yaitu sekitar 1,5 juta, itupun langsung di transfer ke rekening sekolahan, pasalnya Fano tak percaya jika uang itu di serahkan ya kepada Riska, karena Riska anaknya sangat doyan foya-foya dulu sewaktu kelas 3 SMP Riska pernah menggunakan uang spp selama setahun untuk sekedar jalan-jalannya saja, dan hal itu lah yang membuat Fano tak lagi mempercayai adiknya tersebut.
"Biaya studi tour sudah Fano bayar Ma, dua hari yang lalu Riska meminta Fano untuk membayarnya langsung ke rekening sekolahan, dan untuk saku nanti saja kalau Riska akan bertolak." jawab Fano santai. Bu Fransiska yang kaget akan jawaban Fano mencebik kesal.
"Sebenarnya Mama minta uang untuk apa sih Ma? bukannya seminggu yang lalu Fano sudah memberi uang mama 5 juta? nggak mungkin kan uang segitu habis dalam seminggu, untuk apa loh Ma?" tanya Fano lembut kepada Mamanya.
"Mama mau ikut arisan berlian fan, dan nanti siang arisan itu di mulai," Bu Fransiska yang sudah ketahuan belangnya pun akhirnya jujur kepada Fano.
"Nggak usah ikut ya ma? Fano nggak akan sanggup bayar kalau Mama ikut arisan berlian, pasti nominalnya sangat Mahal, Fano banyak kebutuhan lain Ma, apalagi kini ikha sedang mengandung, jadi Fano harus berhemat dalam pengeluaran." Fano bercerita berharap empati dari sang Mama dan membatalkan niatnya untuk ikut arisan berlian.
"Kamu tega sama Mama fan, Mama sangat ingin berlian itu, berlian itu bisa untuk tabungan fan, bukan cuma untuk gaya-gayaan." Bu Fransiska berkata lirih dengan harapan Fano akan Iba dan menuruti keinginannya.
"Berapa sih Ma arisan berlian itu? pasti nominalnya tidak kecil kan?" tanya Fano mencoba ingin tahu.
"Cuma 15 juta saja kok fan, nggak banyak kan?" Fano yang mendengar nominal yang di sebutkan seketika mengembuskan nafasnya kasar.
"Nggak Ma, Fano nggak sanggup. lebih baik Mama urungkan niat mama itu, Fano takut nggak bisa mengejar setiap bulannya." jawab Fano dengan suara berat.
"kamu kenapa sih fan, kenapa sekarang kamu perhitungan begini sama Mama, dulu berapapun yang mama pinta pasti kamu tak pernah menolak. kenapa sekarang begini Fan? apa semua karena Ikha? apa sekarang semua yang kamu punya untuk ikha? inget fan, Mama ini mama kamu, mama yang mengandungmu dan membesarkanmu, ada andil Mama dalam usahamu, ada hak Mama di setiap tetes keringatmu, jangan lupakan itu," kata Bu Fransiska berapi-api.
"Fano tak akan pernah lupa hal itu Ma, Fano juga akan selalu ingat, meskipun Fano sudah menikah Fano akan selalu menjadi milik Mama, karena Fano ini adalah anak laki-laki. sampai Fano menutup mata, insyaaalloh akan selalu Fano ingat. tapi Mama juga jangan lupa, sekarang Fano punya istri dan sebentar lagi akan menjadi seorang apak, jadi Fano harus bijak dalam setiap pengeluaran sekarang, untuk yang paling penting akan Fano dahulukan Ma, bukan yang hanya untuk bergaya dan tak penting, kita hidup bukan hanya sekedar bergaya saja, itu tidak akan membuat kita Kenyang Ma, untuk kali ini Fano tegaskan, Fano menolak keinginan Mama, maafkan Fano ma." Fano berkata dengan tegas lalu menuju kamar untuk mandi dan berganti pakaian.
"Fano, jangan durhaka kamu, Fano, Fano, Fano." teriak Bu Fransiska saat keinginannya tak di kabulkan oleh anaknya. tak lama keluar dari kamar istri Fano yaitu ikha dengan muka bantal dan menuju dapur.
"Heh Tuan putri ikha, bagus ya jam segini baru bangun, nggak lihat tuh matahari sudah sangat tinggi," hardik Bu Fransiska kepada menantunya yang akan menuju ke dapur.
"Haiiisssh, Mama ini, jangan seperti Mak lampir dong, nanti calon cucu Mama kalau takut bagaimana?" jawab ikha santai.
"ngawur aja, mana ada janin bisa lihat." bantah Bu Fransiska atas ucapan menantunya.
"Kalau Ibunya takut, anaknya juga takut kelleeeesss" jawab Ika lagi.
"Jawab aja kalau di bilangin, Dasaaarr mantu gak guna," cibir Bu Fransiska karena kehabisan kata-kata.
"Loh kenapa bisa gak guna Ma? ini buktinya ada calon cucu Mam di rahim ikha? calon keturunan Mama loh ini," jawab ikha dengan wajah datar.
"Heh Mantu dekil, inget ya? sampai mati pun aku nggak akan mengakui anak itu sebagai cucuku, kamu tahu kenapa? karena dia lahir dari rahim seorang miskin seperti kamu, aku tak akan pernah Sudi mengakuinya." kata Bu Fransiska dengan sadisnya.
"Kasihan mas Fano dong Ma? sebab Mas Fano hanya akan punya anak dari aku, yang dekil dan miskin ini menurut Mama, padahal menurut mereka yang melihat ikha, ikha ini cantik dan bersih loh Ma," jawab ikha dengan sedikit menyombongkan diri.
"Jangan terlalu pede, sebentar setelah kamu melahirkan juga Fano akan berpaling dari kamu, anak Tante yang ganteng itu akan Mama kenalkan dengan saudara jauh Mama yang tentunya bertitel dan tidak kampungan sepertimu. apa kamu bilang tadi? Cantik? bersih? mungkin orangnya siwer kali pas ketemu kamu, pandangan matanya tengah kabur, lawong penampilan macam babu begini di bilang cantik dan bersih, haiisssh mimpiii." jawab Bu Fransiska yang tak terima dengan kesombongan dan rasa percaya diri ikha yang begitu tinggi. Bu Fransiska lebih suka ikha yang minder dan tak banyak tingkah, karena dengan begitu Bu Fransiska akan lebih mudah menghancurkan rumah tangganya dengan Fano dan mencarikan Fano wanita yang lebih selevel, itu menurut Bu Fransiska ya dears bukan menurut author.
"Mama nggak percaya? sok gih tanya langsung sama empunya, pasti jawabannya sama seperti yang ikha katakan tadi." lawan ikha atas perkataan mertuanya tersebut. selintas kefikiran untuk memanfaatkan ikha demi melancarkan keinginannya atas arisan berlian yang di tolak oleh Fano tadi.
"Heh ikha yang katanya cantik dan bersih, bantuin Mama dong, kalau kamu bisa bantuin Mama kali ini, maka Mama akan mengakui kamu sebagai mantu yang benar-benar idaman, dan Mama akan mengakui kamu sebagai menantu dan istri terbaik untuk Fano." kata Bu Fransiska yang tiba-tiba dalam mode lembut.
"Apa itu Mama mertua yang katanya baik hati dan tidak sombong," balas ikha yang juga menggunakan kata katanya dalam kalimatnya.