GCS -3-

966 Words
Aku tak tahu apa yang terjadi padaku saat ini, aku hanya diam, tak melawan atau pun menerima ciuman dari mantan kekasihku, aku membiarkan pria itu menciumku, mengkhianati akal sehat dan otakku yang tahu status pria itu sebagai suami orang. Perasaan yang belum hilang dalam diriku untuk pria itu membuat aku lemah, padahal aku sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi pria ini jika nantinya kembali menemuinya namun persiapan itu percuma karena saat ini ia berani membalas ciuman pria itu. "Kenapa kau bertindak kejam dua tahun lalu? Kau melanggar janjimu sendiri untuk saling mendukung keputusan satu sama lain, kau pun melanggar kesetiaanmu padaku." "Kenapa kau melakukan itu?" Ia bertanya dengan mata berkaca-kaca dan suara pelan saat ciuman mereka terlepas, hatinya sakit saat ingat apa yang pria itu lakukan, tangannya bergerak memukul pelan d**a bidang yang dibalut jas mahal tersebut untuk melampiaskan kekecewaannya yang ia tahan dua tahun lamanya dan memilih untuk pergi ke Italia sesuai dengan keputusannya. "Aku hanya tak mau kau pergi, kita sudah lama menjalin hubungan, kau malah ingin pergi ketika usia hubungan kita sudah dua belas tahun padahal aku ingin melamarmu untuk menikah denganku, semua ini salahku." Ia baru sadar jika mantan kekasihnya sedang mabuk dari gerakannya berdiri yang sempoyongan dan aroma minuman alkohol dari mulutnya, pria itu hampir saja terjatuh jika ia tak sigap menahan tubuhnya dan memapahnya untuk berjalan beriringan keluar dari bandara. "Sudah aku katakan jangan pernah mabuk, minuman itu tak cocok untukmu." "Kau masih sama seperti dulu, selalu menasehatiku agar menghindari hal-hal buruk." Bukannya mengangguk mengerti setelah dinasehati, pria itu malah tertawa, ia hanya bisa geleng-geleng kepala lalu menatap mobil di parkiran yang tidak terlalu banyak, cukup mudah mengenali mobil pria itu yang tidak berubah semenjak dua tahun lalu, ia pun kembali memapah tubuh besar itu ke arah mobil berwarna merah tersebut. "Mana kuncinya?" "Ini." Setelah mendapatkan kunci mobil, ia pun membuka mobil tersebut dan langsung memasukkan tubuh besar pria ini ke dalam mobil, kemudian ia masuk ke dalam. Ia ingin mengemudikan mobil ini agar segera pergi dari sini namun ia tak tahu harus membawa kemana pria ini. Mereka bukan lagi pasangan kekasih yang bebas kemana saja, ia harus segera menyadarkan dirinya sendiri. "Kita mau kemana?" "Hotel." "Jangan gila, Gavin! Kau itu suami orang dan wanita lajang, apa kata orang yang melihat kita ke hotel?" Ia langsung memprotes jawaban yang keluar dari mulut pria itu, sekarang ia jadi frustasi menghadapi pria yang satu ini, pria ini bahkan lupa statusnya sendiri, untung saja ia masih punya sedikit kesadaran. Namun kesadaran itu seakan lenyap saat pria itu menciumnya kembali, kali ini dengan penuh nafsu dan sedikit kasar, mobil ini langsung bergerak ketika pria itu mendekatkan tubuhnya ke tubuhku. Sebelum ada yang mempergoki mereka berbuat m***m di mobil, aku harus menghentikan tingkah pria ini. Aku pun langsung mendorongnya dengan kasar hingga pria itu langsung duduk di tempat semula, untung saja pria ini mabuk jadi tenaganya tak seberapa untuk melawanku. "Baiklah kita ke hotel, setelah itu aku akan meninggalkanmu di sana, aku tak mau ada yang melihat apa yang kita lakukan di mobil." "Kau cantik." Entah apa yang ada di otak mantan kekasihnya ini, dua tahun tak bertemu pria ini seperti kehilangan jiwanya, seperti hanya ada raga sehingga pria ini terlihat tak memiliki gairah hidup. Ia pun segera mengemudikan mobil ke hotel terdekat namun masih memperhatikan kualitasnya, ia cukup tahu bahwa pria di sampingnya ini tak suka tempat yang panas, kotor, tidak rapi, dan harus ada pendingin ruangan, atau pria ini tak akan bisa tidur. Akhirnya mereka sampai di hotel, ia pun langsung memapah tubuh pria itu untuk keluar dari mobil dan berjalan ke arah resepsionis. "Satu kamar untuk satu malam." "Baik, Nona." Melihat tatapan menggoda dari wanita di depannya, ia tahu jika wanita itu sedang berpikir kotor, namun itu bukan salah wanita tersebut, siapa pun akan berpikir kotor jika melihat seorang wanita dan pria mabuk ke hotel saat tengah malam. "Ini kuncinya, Nona." "Terima kasih." "Sama-sama." Setelah menerima kunci kamar, ia langsung masuk ke dalam lift lalu keluar dari lift saat sudah sampai di lantai lima, ia pun menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat nomor kamar dan menyesuaikannya dengan nomor kamar di kunci yang ia pegang. Namun konsentrasinya terganggu saat pria itu malah mengendus lehernya lalu menciumnya dan meninggalkan jejak keunguan yang membuat ia ingin marah seketika namun ia tahan karena tak ingin membuat keributan. "Gavin, jaga batasanmu!" "Aku ingin kita bersama." "Jangan menciumku terus!" Pria itu tak menjawab lagi dan untungnya ia sudah menemukan kamar hotel yang mereka pesan, ia pun langsung membuka pintu dan menguncinya kembali, lalu membaringkan tubuh pria itu di atas kasur. Akhirnya ia bisa menghela nafas lega karena sudah mengurus pria ini, ia bisa pergi sekarang. Namun pria ini malah muntah di bajunya dengan seenaknya, hal itu membuat ia ingin menangis rasanya, lalu mengepalkan tangannya saat melihat pria itu masih santai dan lanjut kembali tidur setelah memuntahi dirinya. Gavin dan minuman alkohol adalah perpanduan yang menyebalkan! "Dasar pria menyebalkan!" "Kau tidak berubah!" "Awas sampai kau bangun, aku akan memarahimu seharian penuh." "Seharusnya istrimu yang mengurusmu, bukan aku!" Percuma terus marah-marah di depan pria yang sudah tidur, pria itu bahkan tetap diam dan bermimpi indah, hanya membuang waktu saja! Akhirnya ia pun harus turun ke parkiran untuk mengambil kopernya yang ada di mobil, lalu menyeret kopernya dan masuk kembali ke dalam kamar hotel untuk mengganti bajunya dengan baju tidur, sekalian mandi. "Tadinya aku ingin pulang, namun ini sudah tengah malam dan tak akan ada kendaraan umum, lagi pula aku sudah sangat mengantuk, sepertinya tidak apa-apa tidur di sini sampai pagi." Ya, itulah keputusannya dari pada membahayakan dirinya dengan keluar tengah malam dan menyeret koper besar ini, akhirnya ia memilih tidur di sofa setelah mengambil selimut dan bantal, ia harus bangun pagi-pagi sekali sebelum pria ini bangun dan memperumit keadaan. Tangerang, 18 Desember 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD