GCS -4-

1114 Words
Aku tahu ini licik, menjebak gadis yang tak bersalah dengan cara kotor seperti ini. Namun aku sadar jika aku tak akan bisa memiliki wanita yang aku cintai jika tidak memakai cara ini, wanita itu tak akan mau berbuat dosa dengan selingkuh bersamaku, bahkan wanita itu membuktikannya semalam dengan tidak melakukan hal m***m denganku walaupun ada banyak kesempatan dan pastinya aku tak akan menolak. Sehingga aku mengambil keputusan untuk memindahkan gadis itu ke kasur di samping diriku, memeluknya lalu berfoto seakan kami sedang menghabiskan malam lalu mengirim pesan kepada ibu dari wanita ini yang berisi alamat hotel dan foto kami berdua. Pasti Naulinda Humeera akan marah dan langsung menuju ke hotel dengan anggota keluarga lengkap, benar saja dugaannya, setelah membaca pesannya, ibu dari mantan kekasihnya mulai mengirim pesan yang berisi ancaman dan berusaha meneleponnya namun tak ia angkat atau tak ia balas pesannya. "Ini semua demi kita, dulu aku melakukan kesalahan dengan melepaskanmu, tapi sekarang kau akan menjadi milikku." Aku mengusap rambut Calya yang berantakan, merapikannya dengan lembut lalu mengecup keningnya. Tak bisa aku gambarkan betapa senangnya diriku saat bertemu dengannya lagi, rasa rindu yang selama ini aku tahan akhirnya terlampiaskan, aku tak akan menodai wanita yang aku cintai karena aku tahu betapa pentingnya kehormatan bagi wanita ini namun aku hanya akan membuat sedikit kebohongan dalam drama nanti. Kurang dari dua puluh menit, akhirnya keluarga wanita ini datang dengan raut wajah marah setelah mendobrak pintu hotel, mata mereka melotot saat melihat aku sedang berbaring dengan Calya di atas kasur yang sama. "Calya!" Linda, ibu wanita itu langsung menarik paksa pergelangan tangan puterinya agar bangun hingga akhirnya wanita itu bangun dan terkejut ketika melihat keluarganya ada di sini, namun ia lebih terkejut saat sadar bahwa ia berbaring di kasur, bukan di sofa! "Apa yang kamu lakukan bersama pria ini?!" "Mama tahu kamu mencintainya, tapi bukan berarti kamu bisa melakukan tindakan m***m ini! Dia suami orang, Nak!" Aku bisa melihat raut wajah kebingungan di mata Calya saat ibunya memarahinya dengan nada tinggi dan tatapan setajam elang yang seakan bisa membunuh siapa pun di sini. Mantan kekasihku menoleh ke arahku dan aku hanya tersenyum miring, aku yakin kepintaran wanita itu membuatnya dengan mudah tahu arti senyuman ini, terbukti dengan dia yang langsung menjelaksan apa yang terjadi. "Mama, Ayah, Adik, ini tidak seperti yang kalian lihat, aku tadi tidur di sofa, kami memang berada di satu kamar tapi tidak melakukan apa pun!" "Sudahlah, Kak. Jangan terus membela b******n ini! Aku akan membunuhnya saat ini juga." Adik lelaki Calya yang aku tahu bernama Danur langsung berjalan ke arahku dan menarik kerah kemejaku serta memberikan bogeman yang cukup kuat di pipi dan perutnya berulang kali. Aku bisa melawan bahkan membuatnya kalah tapi aku memilih diam dan membiarkan diriku celaka agar semua drama ini terlihat lebih nyata. "Pukul saja terus pria ini! Bahkan kalau bisa sampai masuk rumah sakit! Dia menjebakku! Ini semua rencananya! Aku tak mungkin berbuat m***m dengan suami orang!" Kalau di film-film, sang wanita akan memohon dan menangis agar pria yang ia cintai tidak dilukai keluarganya namun mantan kekasihku ini malah terus mengompori adiknya agar terus membuatku kesakitan. Anggota keluarga lain pun terlihat bingung dengan reaksi wanita itu, mereka bahkan sudah merasa kasihan pada kondisiku yang sudah terluka cukup parah, tak tahan lagi dengan rasa sakit ini, aku pun langsung mendorong tubuh adik Calya hingga menjauh dan terjatuh ke lantai, lalu menatap kesal ke arah wanita itu. "Kamu itu punya hati tidak?! Aku ini terluka demi hubungan kita, tapi kamu malah semangat melihat aku menderita. Kamu memang engga berubah dari dulu, selalu egois!" "Kamu tuh yang egois, kamu lebih mementingkan kepentingan sendiri dari pada orang lain! Harusnya aku biarkan saja kamu pingsan di bandara sampai petugasnya usir kamu layaknya pengemis, biar nantinya kamu masuk berita dan jadi nahan gosip satu Negara!" Dua insan itu saling melempar ejekan dan pembelaan untuk diri masing-masing, saling menunjuk satu sama lain untuk saling menyalahkan. Seperti inilah mereka ketika masih menjalin hubungan, sering bertengkar namun ujung-ujungnya akan kembali bersama bahkan tertawa dalam hitungan menit. Namun keadaannya berbeda karena ada pihak keluarga yang sudah tak kuat mendengar teriakan keduanya, telinga mereka terasa sakit. "Kamu ternyata masih jahat juga, kamu itu .... "CUKUP." Aku yang hendak membalas kembali perkataan Calya pun terdiam saat ayah dari wanita itu, Evan Humeera langsung membentak kami dengan suara bariton dan tegasnya. Hal itu membuat kami saling menunduk karena jika sudah dihentikan oleh orang tua maka sekarang keputusan ada di orang tua. "Kamu harus menikahi puteri saya, saya tidak peduli status kamu sebagai suami orang, Calya adalah kebanggaan keluarga, jika nama baiknya tercemar maka tak akan ada yang mau bersama dengannya." Berbeda dengan mantan kekasihku yang terlihat tak setuju dengan keputusan ayahnya, aku malah tersenyum diam-diam lalu mengangguk pelan, walaupun ingin sekali bersorak senang karena rencanaku berhasil namun aku harus tetap memakai topeng bersalah. Seharusnya aku melakukan ini dua tahun lalu agar aku dan wanita yang aku cintai tak berpisah. "Ayah, dia sudah menikah! Bagaimana dengan istrinya yang menunggunya pulang? Apa Ayah tega melukai hati wanita tak bersalah itu? Bayangkan istri Gavin adalah aku, apa yang akan dia rasakan saat tahu dia akan dimadu? Bagaimana perasaan keluarganya?" Ucapan dan pertanyaan yang dilontarkan oleh Calya membuat semua orang terdiam karena memikirkannya sekaligus kasihan saat membayangkan mengenai Sekar yang bahkan aku sendiri tak peduli. Sebelum keluarga wanita itu berubah pikiran, aku pun langsung angkat suara untuk meyakinkan mereka kembali. "Aku akan bercerai dengan istriku." "Jangan bertindak bodoh!" Aku meringis kesakitan saat wanita itu melempar bantal ke arahku karena ucapanku yang begitu santainya dan tak berpikir dahulu. Namun sepertinya ucapanku sukses membuat keluarga wanita itu tetap pada keputusan sebelumnya dan menyetujui ucapanku. "Masalah selesai, bahkan Gavin bersedia menceraikan istrinya, Kakak akan menikah dengan Gavin dan akhirnya aku akan menikah dengan kekasihku setelah menunggu lama." Aku tersenyum senang mendengar ucapan adik perempuan Cahya yang bernama Cahya, yang lain pun mengangguk, namun sepertinya Calya masih ragu atau lebih tepatnya tak mau menikah denganku karena statusku. Aku hendak meyakinkan dirinya dan mulai menggenggam tangannya namun ia hempaskan dengan kasar. "Baik, aku akan bersedia menikah dengan Gavin, asal dia mendapat restu dari istri pertamanya untuk menikah aku dan aku tak ingin dia bercerai dengan istrinya karena aku, itu keputusanku, kalau kau tak bisa memberikannya maka tak akan ada pernikahan!" Setelah mengatakan syarat yang begitu susah dan rumit, wanita itu pergi dari kamar hotel itu dengan membawa tas kecilnya, meninggalkan semua orang yang terdiam karena tak yakin jika syarat itu bisa terpenuhi. Zaman sekarang wanita mana yang mau diduakan?! Aku yakin pasti Calya sedang bersorak senang dalam hati karena mampu membuat rencanaku terhambat, namun aku akan melakukan apa pun agar bisa menikahi wanita yang aku cintai walaupun harus mengorbankan perasaan istriku sendiri. Tangerang, 18 Desember 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD