GCS -2-

1012 Words
Akhirnya aku sampai juga di pesta perayaan ulang tahun perusahaanku yang diadakan di gedung hotel Mataila yang terletak di Ibu Kota Jakarta, hotel yang terkenal dan sudah mendapat predikat bintang lima dan hotel ini adalah salah satu usaha yang ia miliki, malam ini lantai teratas hotel ini atau lantai tiga puluh sengaja dikosongkan untuk pesta ini. "Selamat malam, Bos Gavin." "Malam, acaranya sudah dibuka?" Ia bertanya dengan aura dingin dan nada bicara datar, sambil menatap sekitar pesta dan tak menghiraukan pria yang tadi menyapanya, ia terus berjalan sambil menunggu jawaban pria itu yang menjabat sebagai sekretarisnya, setelah terjadi drama antara dirinya dengan sekretaris wanita sebelumnya yang membuat ia muak karena bosan digoda dengan pakaian ketat dan bongkahan buah d**a maupun b****g, yang membuat ia jijik dan ingin muntah. "Sudah, Pak. Bapak dipersilahkan untuk memberikan kata sambutan." Tanpa membalas ucapan pria itu, ia langsung berjalan ke arah panggung untuk sekedar berbasa-basi dengan para karyawannya. Seketika suasana pesta ini yang sebelumnya ramai menjadi hening saat pemilik perusahaan ini yang dikenal perfeksionis atau ingin semuanya sempurna, tanpa celah kekurangan akan memberikan sambutan. Mereka terlalu takut untuk bicara saat ia bicara karena satu kejadian saat ia melempar Mic ke arah bawaannya saat masih bergosip padahal ia sedang bicara. Itu cukup untuk memberikan pelajaran bagi pekerja yang lain. "Selamat malam semuanya." "Malam, Pak!" "Tidak terasa sudah sepuluh tahun berlalu sejak pertama kalinya saya mendirikan perusahaan tekstil yang bernamakan Iv Corp, hari ini adalah tepat pertama kalinya saya meresmikan perusahaan ini, keberhasilan perusahaan ini tetap berdiri kokoh dan menjadi perusahaan tekstil terbesar di Negeri ini, semua itu berkat kerja keras kita semua, bukan saja berkat kerja keras saya. Saya mengucap terima kasih pada setiap pekerja di perusahaan ini baik dari jabatan tertinggi maupun terendah, pesta ini ditunjukkan untuk kita semua, selamat merayakan ulang tahun Iv Corp, terima kasih semuanya." Setelah mengakhiri pidato sambutannya dengan lancar, tanpa ada kegugupan karena ia sudah terbiasa berbicara di depan umum, membuat semua orang takjub dan bertepuk tangan dengan meriah, banyak yang memuji dirinya mulai dari kesuksesannya sampai ketampanannya yang pasti menjadi incaran para kaum hawa yang kini menatap kagum ke arahnya. "Selamat, Pak." Sekretarisnya datang dengan senyum manis di bibirnya, tak lupa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan namun ia lebih memilih mengabaikan pria itu dan terus berjalan, sekretarisnya sudah terbiasa diabaikan jadi tak akan lagi memendam rasa sakit. Langkah kakinya berjalan ke arah sofa di pojok ruangan yang sedikit gelap karena tidak tersorot lampu cahaya pesta, ia lebih suka duduk menyendiri di sini dan meminum Vodka atau Wine sambil menatap pergerakan semua orang, ia tidak terlalu suka berbaur dengan orang lain kecuali membahas mengenai bisnis. "Hari ini tepat dua belas tahun sejak kita memutuskan untuk menjalin hubungan, Calya. Hari ini juga tepat dua tahun kamu pergi dari hidupku, kamu bilang ingin melanjutkan S2 dan akan pulang sekarang, tapi apakah kamu masih sendiri sesuai janjinya sebelum pergi?" Sekarang ia mulai mabuk sehingga mulai mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini, rasa sakit hatinya ketika mengingat perjuangannya bersama kekasihnya yang membantu dan mendukungnya dari susah untuk membangun perusahaan ini hingga menjadi sukses sampai sekarang. Wanita yang mengajarkannya akan cinta dan ketulusan, bahkan saat keluarganya sendiri memaksanya untuk berhenti berhubungan dengannya karena dulu mereka berbeda berbeda kasta. Mantan kekasihnya memang sudah berasal dari keluarga berada sedangkan ia harus berjuang hingga bisa memiliki semua kekayaan ini. "Sebentar lagi pesawat kamu akan mendarat di bandara, aku akan menjemputmu, Sayang." Setelah mengatakan itu, dengan keadaan setengah sadar ia berdiri lalu berjalan sempoyongan keluar dari pesta ini, tak sedikit wanita yang memanfaatkan keadaannya yang mabuk untuk menggodanya agar bersedia menghabiskan satu malam. "Pak Gavin, saya sudah lama mengagumi Bapak, setidaknya biarkan malam ini kita memadu cinta bersama." "Menjauh, jangan menyentuhku dengan tangan kotormu." Hampir saja aku terbuai ketika membayangkan wajah wanita dengan riasan yang tebal ini adalah mantan kekasihku sehingga aku membiarkannya memelukku, sebelum aku sadar bahwa wanita ini bukan cintaku melainkan pekerja di kantorku. Aku pun langsung mendorong tubuh wanita hingga terjatuh, lalu langsung pergi tanpa peduli dengan rintihan kesakitan dari wanita itu. Akhirnya aku berhasil keluar dari pesta itu dan langsung mengemudikan mobilku menuju bandara Soekarna-Hatta, sesekali aku menatap jam tanganku untuk melihat jam berapa sekarang dan aku hanya punya lima belas menit untuk sampai ke bandara, aku berharap aku tak telat. "Tunggu aku, Calya." "Aku ingin bertemu denganmu, aku ingin menatap wajah pujaan hatiku dan memeluknya dengan erat hingga dia tak bisa pergi lagi dariku." Akhirnya setelah mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, ia pun sampai di bandara dan langsung keluar dari mobil, ia masuk ke dalam bandara dan berjalan ke arah ruang tunggu, ia menatap setiap orang yang baru keluar dari pesawat, tidak terlalu banyak orang karena ini malam hari, biasanya akan ramai hanya di pagi atau siang hari. "Calya." Matanya memusatkan fokus ke arah wanita dengan rambut pirang sebahu dan poni, memakai kaos putih polos dipadu Blazer dan celana bahan, tak lupa kacamata hitam yang membuat wanita itu terlihat modis seperti biasanya. Ia pun langsung berjalan ke arah pujaan hatinya dan memeluk wanita itu dengan erat, ia bisa merasakan sebuah penolakan dari kekasihnya. Namun penolakan itu terhenti ketika ia mulai berbicara. "Aku mencintaimu, Calya." "Akhirnya kau kembali padaku." "Maafkan aku yang egois dua tahun lalu, seharusnya aku tidak mencegah dirimu menggapai impianmu." "Aku sadar kesalahanku saat ini." Inilah yang ia rasakan selama dua tahun, rasa rindu, bersalah, sekaligus menyesal saat mengingat alasan perpisahan mereka dua tahun lalu, ia sadar bahwa ia tak bersikap dewasa saat itu bahkan ia dengan gampang memutuskan untuk menikah dengan wanita lain dan membuat hati mantan kekasihnya ini semakin hancur. "Lepaskan aku, kau adalah suami orang." Kata-kata itu membuat hatinya sakit, ucapan wanita itu menampar kenyataan yang sudah terjadi, ia lemah saat wanita itu mendorong dirinya untuk menjauh lalu hendak pergi dari hadapannya, namun ia menarik tangan wanita itu dan langsung mencium bibir tipis berwarna merah muda itu. Yang ia pikirkan saat ini adalah bersama wanita yang ia cintai, tanpa peduli tentang statusnya atau istrinya yang menunggu kepulangannya dari pesta tadi. Ia hanya mencintai satu wanita sampai sekarang dan wanita itu adalah Calya Humeera. Tangerang, 18 Desember 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD