Manik mata Nenek Darsi terarah pada tas ransel hitam yang menggantung di bahu Rangga. “Kamu bawa apa?” “Aku ....” Nenek Darsi menunggu jawaban dan Rangga mulai berpikir cepat merangkai kata kebohongan. Karena tidak mungkin ia menceritakan pada Nenek Darsi jika tas ranselnya berisikan batu petuah yang telah mereka curi dari museum. “Kamu dari mana memangnya?” tanya Nenek Darsi sembari berjalan mendekat. Ia berniat untuk mengecek isi tas Rangga itu. Rangga langsung menaruh tas ranselnya ke bagian kamar yang jauh dari jangkauan dari Nenek Darsi. Dengan wajah tanpa dosa ia tersenyum simpul. “Tadi niatnya aku mau ke Kota sebelah untuk mengirimkan paket yang aku jual di aplikasi market online. Tapi saat dipertengahan jalan, ban mobil Nina selip dan kami menabrak pembatas jalan.” Air muka N