Entah dosa apa yang telah kuperbuat pada istriku, Arum. Dia harus kehilangan anak yang dikandungnya. Kurasa beban pernikahan ini tidak hanya dirasakan olehku, tapi juga olehnya yang tanpa disadari tersimpan dalam hatinya hingga batinnya tertekan begitu dalam. Luka yang kutorehkan padanya, amat dalam. Sehingga kulihat ia tidak pernah lagi tersenyum semenjak ia sadar dari komanya. Aku begitu terkejut ketika Arum ambruk saat aku sedang mengucapkan ijab kabul tersebut. Tanpa pikir panjang, aku segera membopongnya ke kamar dan memanggil ambulans. Begitu sadar, aku sangat syok melihat aliran darah mengalir deras diantara kakinya, menodai gaun biru kesayangannya. Buru-buru, aku segera membawanya ke Rumah Sakit, dan terkejut ketika tim medis mengatakan bahwa aku harus memilih diantara istr