Siska memohon padaku agar aku memaafkan perbuatannya. Dia datang ke rumah ibu dan bersimpuh di kakiku, memohon ampunan dariku. Ia berdalih kalau apa yang terjadi waktu itu semua adalah kesalahpahaman. Aku memekik emosi melihat Siska yang seharusnya menjaga nama baiknya sebagai seorang istri, apalagi kondisinya yang saat itu sedang hamil besar, justru malah mencorengkan nama baiknya sendiri dengan sebuah pengkhianatan. “Mas, aku khilaf mas. Mas gak akan menceraikan aku, kan? Aku menyesal sekarang, Mas...” “Sudahlah, Ren. Siska kan sudah minta maaf. Kenapa sih kamu masih marah padanya...?” Ujar Ibu yang tak tahu duduk permasalahannya. Aku memang tidak bercerita pada ibu apa yang sebenarnya terjadi. Karena aku tidak ingin, menantu yang ia bangga-banggakan, ternyata telah berselingkuh.