Godaan Wanita Cantik

1198 Words
Sesampainya di bar, Morgan dan Brendan memilih menempati sebuah meja yang berada dekat dengan panggung kecil, yang di atasnya terdapat beberapa orang wanita seksi menari di sana, berputar-putar sambil bergantungan di sebuah tiang. Morgan langsung memesan wiski pada seorang bartender yang sudah mengenal siapa mereka. Memesan dua botol wiski untuk menemani mereka selama berada di bar. Baru saja dua botol wiski mendarat di atas meja, seorang wanita datang menghampiri mereka. Wanita yang sejak kedatangan Brendan ke bar tersebut terus memandangi wajah pria tampan itu. "Hai, apa aku boleh gabung?" tanya wanita itu sembari melambaikan tangannya, tersenyum manis meminta persetujuan dari pria yang ditatapnya. Brendan membagi pandangannya ke arah Morgan yang langsung menganggukkan kepala, tanda ia tidak keberatan dengan kehadiran wanita itu. "Silakan saja." Brendan menjawab seraya menggeser posisinya untuk mempersilakan wanita itu duduk di sebelahnya. Wanita itu segera duduk di sofa yang ditempati oleh pria tampan tersebut, tepatnya di sebelah Brendan dengan jarak yang begitu dekat, lalu ia langsung mengulurkan tangannya ke hadapan Brendan. "Perkenalkan, aku Brielle Ammelin." Wanita itu menjabat tangan Brendan dan Morgan secara bergantian untuk berkenalan. "Hei, Tuan Police, terima kasih ya tadi siang kamu telah menyelamatkan nyawa kakakku. Sungguh, aku tidak tahu apa jadinya kalau kamu tidak datang tepat waktu, mungkin dia akan mati di tangan para perampok mengerikan itu. Aku yang menonton siaran setelah kejadian itu sangat takut, tapi seru," ucap Brielle yang seketika membuat Brendan menoleh ke arahnya, mengamati wajah wanita yang terasa asing baginya. "Siapa kakakmu?" tanya Brendan yang akhirnya mau membuka suara, mengobrol dengan wanita asing yang mendekatinya. "Alice, tadi siang dia datang ke bank itu untuk melakukan pencairan sebuah cek, tadinya aku mau ikut menemaninya, tapi entah kenapa rasanya aku malas sekali, eh ternyata malah terjadi perampokan saat kakakku datang, untung aku tidak ikut!" keluh Brielle membayangkan kejadian siang tadi sambil mengerucutkan bibirnya dan sesekali bergidik ngeri. Brendan coba memutar ingatannya, mencoba mengingat Brielle yang tadi siang ia tolong. Sampai akhirnya ingatan itu berhasil membuatnya mengangguk. "Oh, itu kakakmu. Ya, beruntunglah kamu tidak ada saat kejadian itu, jadi kamu aman dari marabahaya. Lain kali jaga kakakmu dengan baik ya," ucap Brendan sembari menaikkan sebelah alisnya saat menatap wajah Brielle yang memang mirip seperti Alice, wanita yang ditolongnya siang tadi di saat yang tepat, sebelum pemimpin Wolf Geng melecehkan wanita malang tersebut. Mendapati peringatan demikian membuat wanita berusia 21 tahun itu terkekeh lucu. Lalu ia mendaratkan tangannya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun di atas punggung Brendan. "Siap, terima kasih kamu telah mengingatkanku, Tuan. Oh ya, aku benar-benar kagum dengan aksimu, aku seperti sedang menonton film action yang diperankan oleh Jason Statham saat melihat video kamu yang berhasil menyelamatkan para sandera yang masih hidup. Untuk merayakannya malam ini, bagaimana kalau kita pergi berkencan malam ini? Hanya kita berdua, tinggalkan temanmu di sini," ajak Brielle dengan berani sembari mengusap lengan kekar Brendan, menatapnya penuh godaan, seolah mengabaikan keberadaan Morgan yang berada di seberangnya. Sementara Morgan hanya tersenyum tipis, menikmati wiski, lalu membakar ujung rokok yang telah diselipkan di antara jemarinya. Pria itu terlihat santai, tak merasa terganggu dengan pemandangan yang terjadi di depannya. Sesekali ia menggoyangkan kepala, mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh disc jockey. Brendan menatap lekat wajah Brielle yang memang sangatlah cantik, penampilannya begitu sempurna didukung bentuk tubuhnya yang seksi. Jika saja bukan Brendan yang mendapat tawaran spesial pergi kencan bersamanya, pasti semua pria akan merasa beruntung ditawari hal seperti itu, pria mana yang sanggup menolak pesonanya. Kecuali Brendan. Ya, hati pria itu sama sekali tidak goyah dengan sikap menggoda Brielle yang kini sengaja menggigit bibirnya, hingga begitu terkesan seksi. "Maaf, Nona. Sayangnya saya tidak bisa karena saya harus pulang ke rumah menemui istriku yang sedang menunggu. Mungkin kamu bisa pergi bersama sahabat baikku, Morgan," jawab Brendan seraya melirik sekilas ke arah Morgan yang tengah menaikkan sebelah alisnya karena ditunjuk oleh Brendan. Brielle mengembuskan napas berat, ia kecewa atas penolakan itu. Namun, Brielle sadar bahwa ini adalah pertemuan pertama antara mereka, pastinya tidak mudah menggoda pria beristri yang setia pada satu wanita. "It's okay, tidak masalah. Tapi sekarang boleh 'kan aku gabung minum dengan kalian berdua?" tanya Brielle yang masih berusaha untuk memepet Brendan. Brendan melihat jarum jam di pergelangan tangannya, saat itu waktu menunjukkan pukul 20.20 malam. Lalu pria itu menatap minumannya yang masih tersisa karena baru diteguk. Tak ada alasan untuk Brendan menolak, memberi kesempatan wanita itu bergabung dengannya sampai waktu minumnya habis. "Boleh, tapi maaf saya tidak bisa lama di sini karena jam 9 nanti saya dan Morgan harus pulang." Mendengar jawaban itu membuat seulas senyuman mengembang sempurna dari kedua sudut bibir Brielle. "Thanks," jawabnya tersenyum semringah. Morgan yang sedari tadi fokus menikmati minuman, kini mulai angkat bicara saat seorang temannya yang baru datang ke bar itu sempat menyapanya selintas. "Brendan, aku mau menemui temanku yang tadi itu sebentar ya. Kau santai saja dulu, habiskan minumanmu bersamanya, sebelum jam 9 aku akan kembali untuk mengajakmu pulang!" pamit Morgan yang sudah bangkit sambil menggenggam gelas kecil sisa minumannya yang telah dituang habis dari botol. Brendan mengerutkan dahinya sambil bersedekap. "Dia temanmu?" tanyanya penuh selidik. "Ya, teman nongkrong dulu. Kebetulan sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya. Aku ingin mengobrol sebentar saja." "Oke baiklah, waktumu hanya 30 menit. Kembali sebelum jam 9!" titah Brendan memperingati, sebelum pria itu melangkah pergi setelah menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah tinggal berdua di meja tersebut, Brielle kembali mengajak Brendan berbicara. "Tuan Police, kamu sering ya datang ke sini? Aku seperti pernah beberapa kali melihatmu datang bersama temanmu yang tadi?" tanyanya untuk mengisi kekosongan di antara mereka. Brendan mengangguk. "Ya, jika Morgan menginginkannya. Biasanya kami datang ke bar kalau dia sedang sedih, dia selalu mengajakku ke bar ini jika teringat dengan kekasihnya yang sudah tiada." "Oh jadi sekarang dia single karena kehilangan kekasihnya? Kasihan ya dia." Brielle menampilkan raut sedih mendengar cerita tentang Morgan. Tak lama kemudian, seorang bartender datang untuk mengantarkan dua gelas minuman berwarna merah, lalu meletakkannya di atas meja tempat Brendan dan Brielle duduk. "Permisi, Tuan dan Nona. Ini minuman untuk kalian." Tentunya pernyataan itu membuat Brendan menyipitkan matanya karena ia tak merasa memesan minuman itu. "Tapi saya tidak memesannya, Chiko," jawab Brendan yang sudah mengenal nama bartender itu. Bartender yang selalu melayaninya dan Morgan. "Tuan Morgan yang memesankannya untuk Anda dan Nona manis itu," ucap Chiko seraya melirik sekilas ke arah wanita cantik yang duduk di sebelah Brendan. "Oke kalau begitu, terima kasih ya untuk minumannya. Padahal baru saja aku akan memesannya." Brielle menimpali percakapan keduanya dan segera meraih gelas berukuran kecil yang berisi minuman yang selalu dapat menenangkan pikirannya sesaat. "Tuan, ayo kita cheers untuk perkenalan kita malam ini. Semoga kita bisa menjalin pertemanan yang indah," ucap Brielle mengajak Brendan untuk cheers bersamanya. Brendan pun mengangguk untuk mengiyakan ajakan Brielle, tidak lupa ia mengucapkan terima kasih pada Chiko hingga pria itu kembali pergi dari hadapan mereka untuk melanjutkan pekerjaannya. Lalu Brielle meraih gelas milik Brendan, memberikannya pada pria itu, kemudian mereka menggerakkan dua gelas tersebut hingga saling bertabrakan dan menciptakan suara. Brielle dan Brendan langsung meneguk habis minuman tersebut hingga tandas tak tersisa. Minuman yang di dalamnya sudah dicampurkan sesuatu oleh Chiko karena diperintah oleh seseorang. Tak perlu menunggu waktu lama, sesuatu yang dicampurkan pada minuman mereka mulai bereaksi dengan pesat, sehingga menimbulkan gejala yang tak dapat ditolak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD