Kejamnya Luke

2169 Words
Anne menatap tepat mata Luke, lidahnya tidak mampu bergerak. Tenggorokannya bergerak-gerak untuk menelan ludah, membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Ia tidak bisa bergerak, selain karena badannya terbelit kawat berduri yang terasa sakit, juga terpaku oleh tatapan mata Luke yang seolah membiusnya. Dada Anne terasa sakit, ia tidak menyangka, Luke mengarahkan pistol tepat kepadanya. Apakah ia harus mati di tangan Luke?, kenapa Luke begitu tega kepadanya?. Anne tetap membuka kedua matanya, ia akan melihat sendiri bagaimana Luke tega membunuhnya. Jantung Luke terasa hampir copot, ia dapat merasakan Anne pasti menaruh prasangka buruk kepadanya. Ia pun mengacungkan pistol yang berada di tangannya, lalu menembakkan tepat ke arah sasarannya yang bergerak mendekati Anne. Dor!, terdengar bunyi letusan pistol nyaring. Anne terkejut mendengarnya, sekaligus merasa heran, kenapa dirinya masih hidup, berarti Luke tidak hendak membunuh dirinya. Anne membuka kedua matanya dan ia menolehkannya ke samping, arah terdengar suara letusan pistol Luke tadi. Mata Anne membelalak, ketika dilihatnya seekor ular panjang berwarna hitam telah mati dengan kepala terkena peluru yang dilesatkan oleh Luke dari pistolnya. Air mata Anne menetes, ia merasa terharu sekaligus lega, sekaligus merasa bersalah karena sudah menduga Luke akan membunuh dirinya. Anne menggerakkan tangannya yang terasa kaku dan mencoba untuk bergerak. Entah bagaimana, tahu-tahu Luke sudah berada di sampingnya. “Tunggu, jangan bergerak, semakin kau bergerak maka kau hanya akan membuat kawat tersebut membelit tubuhmu semakin erat.” peringat Luke. “Aku akan memastikan ular ini telah mati terlebih dahulu.” tambah Luke lagi. Ia berjalan mengambil sebuah balok dan digunakannya untuk menggerakkan ular tersebut yang tidak bergerak sama sekali. Luke kemudian membuang bangkai ular itu jauh-jauh, lalu berjalan kembali menghampiri Anne yang mengindahkan peringatan darinya. Menahan kemarahannya, karena kekeras kepalaan Anne, Luke berjongkok di sisi Anne dan dengan diam membantu melepaskan kawat yang membelit tubuh Anne dengan perlahan. Dapat dilihatnya, Anne sesekali meringis menahan rasa sakit, tetapi ia tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Luke yang kesal, dengan sengaja sedikit menekan tangan Anne yang terluka, sehingga ia melepaskan jerit tertahan. “Akhirnya, kau merasakan sakit juga. Tadinya kupikir kau ini kebal dari rasa sakit, tetapi ternyata kamu bisa juga menjerit sakit.” kata Luke dengan kesal. “Selesai, sekarang kau duduk saja di sini, biar aku yang menyelesaikan pekerjaan ini dan aku tidak menerima bantahan darimu.” kata Luke tegas. Kemeja yang dikenakan oleh Anne mulai terkena tetesan darah dari luka di badannya yang terkena belitan kawat. Luke mendesah kesal, tetapi ia tidak bersuara. Dikeluarkannya ponsel dari saku celana dan dihubunginya sahabatnya Billy. “Hello Bill!, bisakah kau datang ke tanah pertanian yang bersebelahan dengan batas tanah keluargaku. Kau gunakan saja mobilku untuk sampai ke sini dan jangan lupa tolong kau bawa perlengkapan untuk bekerja di lapangan, sepertinya kita harus membantu tetangga yang sedang mengalami kesulitan.” Sambungan telepon kemudian di tutup oleh Luke dan ia kembali berjongkok di samping Anne. Luke melepaskan kemeja yang dikenakannya, lalu menyerahkannya kepada Anne. “Pakailah kemejaku dan lepas kemeja yang kenakan, karena sudah bernoda darah dan juga robek.” Anne dengan terpaksa menerima kemeja yang diberikan oleh Luke, “Tolong!, bisakah kau berbalik agar aku bisa melepas kemeja yang kukenakan ini.” pinta Anne. Luke tertawa mencemooh ke arah Anne, “Jangan berpura-pura di depanku. Aku sudah pernah melihat dan menyentuh setiap inchi bagian dari tubuhmu.” ejek Luke. Anne menghembuskan napasnya, ia merasa kesal kepada Luke yang masih saja selalu bersikap kasar kepada dirinya. Mengabaikan tatapan tajam Luke, Anne berbalik membelakanginya dan mulai melepas kancing kemeja yang dikenakannya, Anne berbalik, ketika didengarnya Luke mengumpat dengan kasar, “Kenapa kau selalu saja marah-marah?, ada apa dengan dirimu?” tanya Anne. “Apakah kau tidak sadar, kalau luka di punggungmu itu banyak, aku akan mengobatinya nanti, kau pasti akan merasakan kesakitan.” Anne tertawa kecil. “Aku sudah biasa mendapatkan luka seperti ini, kau tidak perlu khawatir dan cemas.” sahut Anne, yang merasa sedikit senang, karena Luke memberikan perhatian kepada dirinya. “Kau besar kepala, jangan berpikir aku melakukannya, karena masih memiliki perasaan kepadamu. Aku melakukannya hanya karena merasa kasihan saja kepada dirimu, mantan putri orang terpandang di kota ini, sekarang harus menjadi petani yang malang, Sungguh menyedihkan!” ejek Luke. Anne membalikkan badannya kembali, ia pun mengancing kemeja yang dipinjamkan Luke untuk dirinya, Dapat tercium aroma badan Luke yang menempel di kemeja tersebut dan membuat Anne teringat masa-masa indah dahulu, yang harus dikuburnya dalam-dalam. Dari arah kejauhan terlihat sebuah mobil mendekat ke arah mereka dan akhirnya berhenti tepat di depan Luke dan Anne berada. Billy ke luar dari dalam mobil, dengan menenteng sebuah kotak dan perlengkapan pertukangan. Ketika ia berdiri di hadapan Anne dan Luke, tatapan bertanya-tanya dilayangkannya ke arah keduanya. Rasa heran terlihat di wajah Billy, melihat Luke yang bertelanjang d**a memperlihatkan perut berotot miliknya yang dihiasi rambut di dadanya yang berwarna keemasan. Anne harus menahan rasa malu dan kesalnya, melihat tatapan dari pria yang baru datang ini, Ia tidak suka dengan apa yang ada di dalam pikiran pria itu. “Kita akan menolong tetangga kita ini, yang mengira dirinya wanita super dan mencoba memasang kawat berduri seoang diri yang hampir saja mencelakakan dirinya sendiri, Kau bisa memasangnya duluan, aku akan membantu mengobati lukanya terlebih dahulu.” kata Luke kepada Billy. Mengerti dengan apa yang diperintahkan oleh Luke, Billy pun berlalu dari hadapan keduanya, sambil meraih gulungan kawat yang tergeletak di samping tubuh Anne. Dalam hatinya, Billy merasa kalah, dapat dilihatnya kalau Luke dan Anne sebenarnya pasangan yang saling mencintai hanya saja, ada sesuatu yang membuat keduanya menjadi saling membenci. “Berbalik!” perintah Luke kepada Anne dengan kasar. “Aku akan mengobati luka di punggungmu.” kata Luke, sambil mendekat tepat di depan Anne.” Anne merebut botol salep yang ada di tangan Luke dan berkata, “Tidak perlu, aku akan mengolesi sendiri luka di badanku dan aku juga tidak memerlukan bantuan kalian untuk memasang pagar kawat berduri tersebut. Aku tidak mau berhutang budi kepadamu.” Luke menatap Anne dengan dingin, “Kau tidak bisa meletakkannya sendirian, Berbaliklah, Anne, atau aku akan dengan paksa melakukannya!” perintah Luke dengan dingin. Anne pun dengan terpaksa membalikkan badannya dan dengan terpaksa membiarkan Luke mengobati lukanya. “Buka kemejanya Anne!, aku tidak dapat mengobati luka di punggungmu, kalau masih tertutup dengan kemeja.” Tidak mau Luke berada dekat dengan dirinya lebih lama lagi, Anne melepas kemeja yang dikenakannya dan membiarkan kulit punggungnya di bawah tatapan tajam Luke. Luke membuka tutup botol salep untuk mengobati luka di punggung Anne. Dengan lembut disibakkanya rambut Anne ke depan dan dapat dirasakannya, kalau Anne menjadi tegang saat tangannya menyentuh punggung terbuka Anne untuk mengoleskan salep tersebut, “Kenapa kau menjadi tegang, Anne!. Aku tidak akan menerkam dirimu, karena aku sudah tidak tertarik lagi kepadamu, sekalipun kau tidak berpakaian.” Anne bagaikan disiram air dingin hatinya, mendengar kata-kata Luke yang selalu saja menyakiti hatinya/ Tidak mau menjadikan dirinya sebagai bahan ejekan dari Luke terus menerus, Anne pun menjauh dan melemparkan kemeja yang dipinjamkan oleh Luke tepat ke wajahnya. Dengan cepat Anne berdiri dan menatap Luke dengan mata yang berembun, “Biarkan saja saya terluka daripada anda yang mengobati luka ini dan pergilah kalian semua dari ladangku. Aku bisa melakukannya sendiri, tanpa belas kasihan dan rasa iba dari kalian.” bentak Anne. Ia lalu membungkuk mengambil kemejanya yang tergeletak di atas tanah dan mengenakan kembali kemejanya yang kotor terkena noda tanah dan darah, juga sudah tercabik di beberapa bagian. Mengabaikan rasa sakit di punggung dan bagian badannya yang lain, Anne mengambil kembali palu dan tiang pancang. Ia dapat merasakan tatapan tajam Luke di belakang punggungnya. Anne mengambil tiang pancang yang tergeletak di atas tanah dan memasukkannya ke dalam lubang yang sudah ia buat sehari sebelumnya. Sementara itu, Billy dapat mendengar pertengkaran di antara Anne dan Luke. Ia tidak habis pikir mengapa Luke kembali bersikap kasar kepada Anne. Ia salah duga, tidak mungkin Luke akan bersikap seperti itu kepada wanita yang dicintainya. Luke selama sesaat yang singkat terdiam menerima ledakan kemarahan dari Anne, Ia tidak akan membiarkan Anne memerintahkan dirinya dengan seenaknya saja. Dengan tangan yang terkepal, Luke berjalan mendekati Anne. Ia lalu merebut palu dan tiang pancang dari tangan Anne, “Aku yang akan melakukannya dan kalau kau masih menolak bantuan dariku, dengan tidak segan aku akan mengikatmu pada tiang pandang ini, agar kau tidak mengganggu pekerjaanku.” Luke kemudian melemparkan botol salep ke arah Anne, “Obati lah sendiri lukamu dan jangan menangis kalau kau merasa sakit. Bukankah kau menyamakan dirimu dengan wonder woman!” ejek Luke. Anne pun bergerak menjauh dari Luke dan mengoleskan salep tersebut pada luka di badannya yang dapat ia jangkau dengan menggunakan tangannya. Matahari semakin terik, peluh membasahi seluruh badan Luke. Namun, pekerjaannya bersama dengan Billy masih belum selesai juga. Masih beberapa bagian lagi, barulah mereka selesai melakukannya. Anne yang merasa tidak nyaman hanya menjadi penonton saja, berjalan menuju ke rumahnya. Ia akan membuatkan makanan untuk Luke dan Billy sebagai imbalan karena sudah membantu memasangkan pagar di ladangnya. Tida di dapur, Anne melihat ke dalam kulkas di sana tersimpan daging rusa yang diberi oleh tetangganya sebagai hasil dar berburu. Anne pun memasaknya, hingga menimbulkan aroma yang sangat lezat. Setelah siap semua hidangan untuk makan siang Luke dan Billy, Anne pun memasukkannya ke dalam keranjang, lalu membawanya ke luar dari dapur menuju ke tempat Luke dan Billy berada. Anne sedikit ragu memanggil Luke untuk mengajaknya makan siang bersama. Ia lebih memilih untuk menghampiri teman Luke dan menawarkan makan siang kepadanya, Billy menatap heran ke arah Anne yang menawarkan makan siang kepadanya dan bukan kepada Luka. Menyadari keheranan Billy, Anne pun berkata, “Kau dapat mengajak temanmu untuk makan bersama!” “Apakah kau akan makan bersama dengan kami?, makanan ini cukup banyak untuk kita makan bertiga.” sahut Billy. “Tidak, aku akan kembali ke rumah dan makan di sana.” jawab Anne singkat dan hendak berbalik pergi, “Tunggu, Anne!, jangan pergi, makanlah di sini bersama dengan kami. Jangan ke mana-mana, aku akan menghampiri Luke dan mengajaknya untuk makan bersama dengan kita,” Sementara itu. Luke merasa geram karena melihat Anne yang berjalan mendekati Billy dan bukan dirinya, “Apakah ini perasaan cemburu?, tentu saja bukan!. Aku tidak mungkin merasa cemburu kepada wanita yang kubenci.” gumam Luke dalam hatinya. Billy berjalan menghampiri Luke dan berkata, “Anne membawakan makan siang untuk kita, sepertinya ia merasa takut untuk mengantarkan makanan ini kepadamu, sehingga ia lebih memilih menuju ke tempatku berada.” Luke hanya mendengus tidak suka, tetapi ia mengikuti Billy berjalan ke tempat Anne berada. Dilihatnya Anne sudah menggelar tikar sebagai alas untuk mereka duduki dan ia juga menyusun makanan yang dibawanya di atas tikar tersebut. Secara sengaja Luke memilih untuk duduk di samping Anne. Ia lalu meminta air untuk mencuci tangan kepada Anne, yang langsung meletakkan air untuk mencuci tangan di atas tikar. Luke harus menahan tangannya yang gatal hendak menarik Anne untuk menghadap ke arahnya, karena sedari tadi Anne terus menghindar menatap wajahnya dan membelakangi dirinya. “Apakah kau akan terus menghindari ku,, Anne?” tanya Luke tajam. Anne pun membalikkan badannya dan menatap ke arah Luke dengan tatapan yang tidak kalah tajamnya juga, “Seandainya bisa, aku tidak mau bertemu dengan dirimu lagi untuk selamanya.” sahut Anne emosi. Billy yang berjalan di belakang Luke mengurungkan langkahnya dan berbalik menjauh, Rasanya, ia hanya akan menjadi pengganggu saja, kalau berada di antara keduanya. Ia percaya tidak akan mungkin Luke menyakiti Anne. “Jadi, karena kau tidak mau melihat diriku lagi, maka kau mencoba untuk menggoda sahabatku, Billy!, mungkin saja kau memerlukan dirinya untuk kembali menjadi orang kaya secara instan, karena kau merasa gagal merebut perhatian diriku!” tuduh Luke. “Kepada siapa aku menjatuhkan rasa tertarik diriku, sama sekali bukanlah urusanmu. Aku wanita yang bebas dan tidak ada yang melarang diriku untuk mendekati siapa saja,” Anne melihat Billy yang berjalan menjauh dari tempatnya berada bersama dengan Luke, membuat Anne menatap ke arah Luke dengan curiga, “Apa yang sudah kau katakan Billy, sehingga ia terlihat pergi dari sini? “Wah-wah, kau menuduhku mengancam Billy, agar ia tidak bersama dengan kita, kau terlalu menyanjung dirimu sendiri. Aku sedang dan lapar dan mudah marah, tidak bisakah kau biarkan aku makan dahulu, barulah kau ajak diriku berdebat, setelah aku merasa kenyang,” sahut Luke. Anne dengan diam menyerahkan piring berisi makan siang kepada Luke dan ia juga mengambil bagiannya sendiri, Mereka berdua pun makan dalam diam, hanya kicau suara burung dan juga lenguhan sapi dari kandang tetangga Anne yang terdengar. Selesai makan, Anne menuangkan air lemon dan memberikannya kepada Luke, yang langsung menerimanya dan menghabiskan isinya dengan cepat. Anne kemudian membereskan bekas makan mereka dan memasukkannya ke dalam keranjang. Luke mengawasi gerak-gerik Anne yang sedang membereskan bekas makan mereka. Luka menguap, perut yang kenyang dan angin yang berhembus sepoi-sepoi, dari pohon yang tertiup angin, membuat Luke menjadi mengantuk. “Sedikit lagi, pagar di ladangmu akan terpasang semua dengan baik.” kata Luke memecahkan keheningan antara dirinya dan Anne. Anne menghentikan kegiatannya membereskan bekas makan mereka, “Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih, karena aku tidak mampu membayar pertolonganmu.” sahut Anne. “Kau salah Anne!, kau dapat membayarku dengan menggunakan tubuhmu.” sahut Luke enteng.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD