Anne membelalakkan matanya mendengar apa yang dikatan oleh Luke barusan. Dengan cepat, tangannya melayang ke arah wajah Luke dengan keras.
Luke menyentuh wajahnya yang terkena tamparan oleh tangan Anne. Ia menatap tidak percaya Anne yang sudah berani menamparnya.
“Berani sekali, kau melakukannya, Anne!”
Anne menatap garang ke arah Luke, tentu saja aku berani melakukannya, karena kau sudah sangat merendahkan diriku!, kau pantas mendapatkan tamparan dariku.” sahut Anne.
Ia lalu mengangkat tangannya kembali untuk menampar Luke, sayangnya tangannya berhasil ditangkap oleh Luke.
Luke menggenggam tangan Anne dengan erat dan mengarahkan ke depan wajahnya, “Hanya karena kau seorang wanita, bukan berarti aku tidak akan membalas apa yang sudah kau lakukan kepadaku.”
Secara mendadak Luke menarik Anne ke arahnya, hingga ia membentur d**a bidangnya. Mata nya dan mata Anne bertemu dengan tatapan yang sama tajamnya. Luke mencekal tengkuk Anne dan tidak memberikan kesempatan bagi Anne untuk protes, ia mencium Anne dengan kasar dan menggigit bibir bawah Anne, hingga terluka.
Ketika ciuman yang awalnya merupakan hukuman berubah menjadi ciuman yang lebih dalam, Luke mendorong Anne hingga ia terjatuh ke tanah. Diusapnya bibirnya, dengan lengan kemejanya. Ia lalu memberikan tatapan mencemooh ke arah Anne, “Itulah hukuman yang pantas untuk wanita seperti dirimu!”
Terduduk di tanah berumput, Anne menatap ke arah Luke dengan tatapan terluka. Tidak hanya fisiknya saja yang merasa kesakitan, tetapi juga batinnya. Diusapnya bibirnya dan ia melihat, kalau bibirnya yang digigit Luke tadi, berdarah.
Bangun dari duduknya, Anne meninggalkan Luke begitu saja, ia tidak mempedulikan wadah bekal makan siang tadi. Ia hanya ingin menjauh dari Luke dan menenangkan dirinya. Anne berjalan berlawanan dengan arah menuju ke rumahnya.
Ia berjalan menuju ke arah sungai yang terletak di ujung ladang miliknya. Sungai itu tidak terletak di tanah yang bertuan, sehingga siapa saja bebas datang ke sana.
Tiba di sungai tersebut, Anne mencari tempat yang sejuk di bawah pohon dan duduk di sebuah batu sungai yang besar. Dibiarkannya kakinya berendam di dalam air yang terasa sangat dingin. Ikan-ikan kecil datang mengerumuni kakinya.
Suara gemercik air sungai terasa menenangkan dan juga kicauan burung diiringi oleh desauan dedaunan yang ditiup angin.
Anne mengusap air matanya yang jatuh, dan menyesali dirinya yang selalu saja menangis karena Luke dan masih merasakan sakit di hatinya. Anne mengangkat kakinya dan menaikkannya ke atas batu, lalu menekuknya.
Disandarkannya kepalanya di atas lutut dan ia seperti itu selama beberapa saat. Anne, kemudian mendongakkan wajahnya ke arah langit. “Hidup memang berat untukku, tetap aku tidak akan menyerah dengan ujian yang saat ini saat ini sedang menerpa diriku.” gumam Anne dalam hatinya.
Di lain tempat, Luke terpaku melihat kepergian Anne. Mengapa ia tidak merasa bahagia dengan tatapan terluka yang tadi dilihatnya di wajah Anne?. Mengapa hatinya merasa sakit melihat kesedihan itu?” gerutu Luke kesal.
Dikepalkanya kedua tangannya dan ditinjukanya ke arah angin. “Argh!, sialan kau Anne!, apa yang sudah kau lakukan kepadaku?” teriak Luke nyaring.
Billy yang berjalan ke arah Luke menghentikan langkahnya di tengah jalan, ketika ia melihat dan mendengar suara pertengkaran antara Luke dan Anne yang terbawa angin. Ia tidak percaya melihat kekasaran sikap Luke kepada Anne.
Ia pun berjalan kembali menghampiri Luke, setelah dilihatnya Anne berjalan pergi meninggalkan Luke, yang kemudian sepertinya menyesali dirinya.
Berdiri tepat di belakang Luke, Billy menepuk pundaknya dengan keras, karena merasa kecewa dengan perbuatan sahabatnya tersebut.
“Sudahlah, Luke!, akui saja kalau kau mencintai Anne dan lupakanlah semua dendam yang bersarang di dalam hatimu itu. Kau tahu, tidak hanya Anne saja yang merasakan kesakitan dan terluka, karena pembalasan dendam mu itu.”
Luke membalikkan badannya dan menepis dengan kasar tangan Billy yang berada di pundaknya. Ia lalu membentak Billy dengan kasar, “Kau tidak perlu ikut campur, karena kau tidak mengetahui penderitaan dan penghinaan apa yang harus aku dan ibuku tanggung.”
Billy menggelengkan kepalanya, sahabatnya ini terlalu keras kepala dan dipenuhi oleh dendam masa lalu yang tidak bisa dilupakannya. Billy pun melanjutkan langkahnya kembali untuk melanjutkan pekerjaan yang tadi terhenti karena beristirahat.
Luke yang sudah tidak memiliki semangat lagi untuk bekerja, membiarkan Billy seorang diri bekerja. Ia akan memerintahkan salah seorang tukang yang sedang merenovasi rumahnya untuk membantu Billy bekerja.
Sesampainya di rumahnya, Luke segera saja memerintahkan kepada anak buahnya untuk membantu Billy. Sementara ia, langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengambil kunci mobilnya lalu ke luar dan masuk ke dalam mobilnya.
Dipacunya mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kota, ia pergi untuk minum-minum sampai mabuk, Sesuatu hal yang selama ini tidak pernah dilakukannya. Namun, karena Anne, apa yang tidak pernah dilakukannya, kini ia lakukan.
Masuk ke dalam bar, Luke menuju meja bartender dan memesan whiskey yang dengan cepat ia habiskan.
Luke, kemudian duduk diam, mengamati orang-orang yang masuk ke dalam bar tersebut. Luke memutar-mutar gelas berisi minuman keras yang ada di dalam tangannya.
Seorang teman lama Luke, semasa ia masih duduk di bangku high school dahulu, datang menghampirinya dan duduk disampingnya.
“Hello, Luke!, apa kabar?. Mungkin, kau sudah lupa denganku. Aku Matthew, teman satu sekolahmu dahulu.”
Luke menoleh ke arah temannya itu dan iapun tersenyum, karena mengenali siapa orang yang duduk di sampingnya ini.
“Tentu saja, aku masih ingat denganmu.” jawab Luke. Keduanya kemudian terlibat dalam obrolan yang mengenang masa lalu mereka selagi bersekolah di tempat yang sama. Temannya ini, tidak mengetahui hubungannya dengan Anne yang merupakan suatu hubungan rahasia dan tidak ada yang mengetahuinya.
“Apakah kau datang ke sini sendirian?, atau bersama dengan istri dan anakmu, Luke?” tanya Matthew.
Luke tersenyum kecut kecil ke arah temannya itu dan berkata, “Aku belum menikah dan mempunyai anak, aku pria yang bebas, tetapi hanya selama berada di sini saja.” kata Luke, sambil terkekeh dengan suara khas orang mabuk, karena sambil berbincang. Luke dan temannya itu juga minum-minum.bn
Mendengar jawaban dari Luke, Matthew pun ikut tertawa, “Apa maksudmu dengan mengatakan, tidak mempunyai kekasih hanya selama berada di sini?”
“Aku, entahlah. Apakah bisa disebut mempunyai kekasih, yang pasti saat ini aku memang sedang dekat dengan seorang perempuan.”
Luke lalu berdiri dan karena sedang mabuk jalannya pun menjadi goyah, sehingga ia menabrak salah seorang pengunjung bar. Luke yang menyenggol, tetapi ia juga yang tidak terima dan mengajak pria yang menabraknya untuk berkelahi.
Akhirnya, terjadilah perkelahian yang disebabkan oleh Luke. Banyak barang-barang yang ada di bar menjadi rusak, akibat dari perkelahian tersebut.
Pihak keamanan bar pun menghubungi polisi dan membawa Luke beserta pria yang berkelahi dengannya ke kantor polisi.
Luke yang sudah mabuk, selama berada di dalam sel terus saja meracau tidak jelas, menyebut nama Anne berulang kali. Ulah Luke yang meracau dan tidak bisa ditanya, membuat ia dimasukkan ke dalam penjara. Begitu, masuk ke dalam penjara, Luke pun jatuh tertidur dengan menyebut nama Anne dalam igauanya.
…
Anne menegakkan duduknya, ketika ia mendengar suara langkah kaki yang menginjak daun kering yang ada di dekat sungai. Rasa waspada Anne muncul dan ia menyesali dirinya yang tidak membawa apapun, sebagai senjata untuk melindungi dirinya, kalau yang datang itu adalah orang jahat.
Mata Anne menatap ke sekeliling, tempat ia berada untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikannya sebagai senjata.
Dilihatnya, ada sebuah batu yang dengan ujung yang tajam, Anne pun berdiri dari duduknya dan berjalan untuk mengambil batu tersebut. Ia lalu menggenggamnya dengan erat, sambil memandang ke arah datangnya sumber suara.
Tak lama kemudian muncullah sosok pria yang sudah dikenal oleh Anne. Ia pun menarik napas lega melihat pria tersebut. Dijatuhkannya ke tanah, batu yang tadi ia pegang, kemudian ia pun berjalan menuju batu yang tadi didudukinya dan kembali duduk di sana.
Chris berjalan menghampiri Anne dan duduk di sebelahnya. Ia lalu meraih jemari Anne yang kulitnya terasa kasar, karena pekerjaan yang sering dilakukannya.
“Kalau kau ingin menangis!, menangislah!. Ada aku di sini yang akan menguatkan dirimu. Ada pundakku sebagai tempat untuk kau bersandar.” kata Chris.
“Aku tidak tahu ada hubungan apa antara kau dengan pria itu, tetapi aku tidak suka dengan caranya memperlakukan dirimu. Ia sangat tidak menghargai perasaanmu sebagai seorang wanita.” tambah Chris lagi.
Anne menoleh ke arah Chris dan merebahkan kepalanya di pundak pria itu. “Kau pasti melihat pertengkaran kami. Pria itu, dulunya adalah kekasihku dan kami merahasiakan hubungan kami dari siapapun, termasuk dari ayahku. Sekarang kami hanyalah dua orang yang saling membenci dengan dendam terhadap masa lalu kami yang ada di dalam d**a Luke.”
Chris mengusap punggung Anne yang terluka, karena ia tidak mengetahuinya dan tindakannya itu membuat Anne merintih kesakitan.
Chris menjauhkan tubuhnya dari Anne dan menatap khawatir ke arahnya, “Apakah Luke menyakitimu?, kalau iya, maka aku akan membalaskannya untukmu!” Kata Chris dengan tangan yang terkepal, karena emosi.
Anne menyunggingkan senyum tipis ke arah Chris. “Ia tidak menyakitiku, aku terluka karena terlilit kawat berduri yang coba kupasang.”
“Bolehkah, aku melihat lukamu, agar aku bisa mengobatinya?”
Anne menganggukkan kepalanya, sambil membuka kancing kemeja yang dikenakannya. Lalu dilepasnya kemeja tersebut. hingga terlihatlah badannya yang terluka.
“Aku akan mengobati lukamu, sayangnya tidak sekarang, karena aku tidak membawa perlengkapan ku.” kata Chris yang memang merupakan seorang dokter dan bertugas di rumah sakit yang ada di kota.
Anne pun memasang kembali kemejanya dengan dibantu oleh Chris, mereka berdua tidak menyadari, kalau ada seorang pria yang memotret apa yang dilakukan oleh Anne dan Chris.
Pria itu dengan cepat bersembunyi, ketika Anne dan Chris berdiri dan berjalan ke luar dari sungai yang letaknya tersembunyi di antara pepohonan yang rindang.
Anne kemudian naik ke atas kuda yang di bawa oleh Chris dan mereka menunggangi kuda tersebut menuju ke rumah Chris, karena di sana tersedia perlengkapan kesehatan milik Chris.
Keduanya masuk ke dalam ruang kerja Chris yang berada di lantai dua, Anne harus menahan air matanya, karena masuk kembali ke rumah masa kecil hingga akhirnya ia harus terusir dari rumah ini.
Melihat raut wajah Anne yang sedih, Chris pun memahami perasaan melankolis Anne. Ia lalu menggenggam tangan Anne dan membawanya menuju ke lantai dua, di mana ruang kerjanya berada.
Begitu keduanya sudah duduk di kursi yang ada di ruang kerja tersebut, Chris mengeluarkan botol berisi salep yang mengeluarkan aroma tidak sedap. Namun, Anne ketahui sebagai obat yang ampuh untuk mengobati lukanya.
Selesai lukanya diobati Anne pun mengenakan kembali kemejanya yang tadi ia buka. Anne lalu pamit kepada Luke, karena ia harus kembali ke rumahnya.
Chris bersikeras akan mengantarkan Anne pulang ke rumahnya, karena hari sudah malam dan juga jalan yang harus dilewati Anne tidaklah aman untuk dilewati sendirian pada malam hari.
Dengan menumpang mobil milik Chris, Anne pun akhirnya sampai juga di halaman rumahnya, Setelah berbasa-basi sebentar dengan Chris dan mengucapkan terima kasih kepadanya, Anne pun masuk ke dalam rumah dan disambut oleh ayahnya yang terlihat cemas.
“Ayah tadi datang ke ladang dan tidak menemukan kau di sana, hanya bekas bekal makan siang saja yang ayah temukan. Kau membuat ayah khawatir.”
Anne menundukkan wajahnya, ia menyesal sudah membuat ayahnya mengkhawatirkan dirinya. “Maafkan aku, Yah!, tadi aku pergi bersama dengan dokter Chris ke rumahnya.” sahut Anne pelan. Ia kemudian pamit undur diri kepada Ayahnya untuk beristirahat, karena ia merasa lelah.
Tiba di dalam kamarnya yang sempit Anne, langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya dan berganti pakaian dengan pakaian yang bersih. Setelahnya ia langsung merebahkan badannya di atas tempat tidur. Dalam waktu yang singkat, ia pun tertidur dengan lelap.
Sementara itu, Luke akhirnya dibebaskan dari dalam penjara, setelah pihak kepolisian memeriksa ponsel Luke dan menemukan nomor kontak Billy, sebagai orang yang terakhir dihubungi oleh Luke. Luke dibebaskan dengan membayar uang jaminan, oleh Billy.
Selama di perjalanan di dalam mobil menuju ke rumah Luke, Luke yang dalam keadaan mabuk masih saja mengigau menyebut nama Anne. Billy mendengar betapa frustrasinya Luke karena Anne.
“Rasakan kau Luke!, Bahkan dalam keadaan mabuk saja kau masih merindukan Anne. Teruslah kau sangkal perasaanmu Luke, maka kau pun juga akan terluka, tidak hanya Anne seorang.” gerutu Billy kesal.
Mobil yang dikemudikan oleh Billy pun sampai juga di depan halaman rumah Luke. Keduanya lalu turun dari dalam mobil, dengan keadaan Luke dipapah oleh Billy.
Billy menggerutu, karena harus memapah badan Luke yang berat, sehingga menyulitkan dirinya untuk membawa Luke masuk ke dalam rumah. Billy pun akhirnya berhasil juga membawa Luke masuk ke dalam rumah, ia menempatkan Luke ke atas sofa yang ada di ruang tengah.
Ketika tengah malam, Luke terbangun dengan kepala yang sakit dan pusing, juga rasa mual. Luke berjalan cepat ke kamarnya untuk memuntahkan seluruh isi perutnya. Keringat dingin membasahi wajahnya. Luke menyalahkan Anne yang sudah membuatnya menjadi menderita seperti ini.
Dengan sempoyongan Luke kembali berjalan menuju tempat tidurnya dan langsung menghempaskan badannya di sana. Besok, ia akan mendatangi Anne dan memarahinya, karena sudah membuat dirinya menjadi mabuk seperti ini.