Persiapan Pernikahan Abang

715 Words
aku masih menjadi obat nyamuk bagi seorang perempuan dan seorang laki-laki yang sedang berbincang hangat. "Jes, ayolah pulang sekarang, lagian acara sudah selesai, beberapa tamu undangan juga sudah pulang" pintaku memasang tampang memelas. Jujur walaupun aku sebel juga sama Jessika tapi setidaknya sedikit terhibur dengan adanya dia. Mood aku lagi buruk banget karena cowok aneh, anehnya kenapa aku selalu bertemu dia dalam keadaan yang sama, yaitu entah aku yang menabrak atau dia yang menabrak. "kalau kamu mau nungguin aku, kamu lo harus nurut kapan aku nentuin waktunya untuk pulang" kekehnya. aku yakin banget Ini pasti karena dia mau pendekatan dulu sama si Tentara itu. Awas aja kamu Jes. aku terpaksa ngiyain kali ini Tapi awas nanti ada saatnya aku membalas perbuatanmu ke aku. Lagian tanpa kamu telepon aku maksain jemput, aku ga akan sampai sini kali Jes. aku menarik nafas Saba. sabar Sasa, anggap ini cobaan buatmu naik pangkat. "Jangan sampai aja berpapasan lagi sama pria itu" gumam ku. "pria itu?, maksudnya?" tanya Jessika kali ternyata dia dengar gumamanku, dan ngerespon cepet. Padahal sebelumnya masih asyik ngobrol sama si mas-mas itu. Mas-mas dengan oesona seragamnya dan potongan rambutnya yang cepak jadi kelihatan berwibawa. "dia Tentara yang Nabrak aku di Rumah sakit sampai ponselku rusak, tetapi malah aku yang dipaksanya bertanggung jawab karena ponselnya juga pecah." Ungkapku pada Jessika. kebetulan mataku menangkap pria itu berdiri dan terlihat lebih menonjol diantara kaum-kaum tentara. "Itu orangnya" ujarku sambil menunjuk pria yang mengenakan batik bewarna kuning itu. Lantas Jessika beserta om Tentara itupun mengikuti arah jari telunjukku. "Maaf mbak, apa maksud mbak bang Dimas?" sahut Tentara itu yang ikut menimbrung pembicaraanku sama Jessika. "akuga tahu namanya, yang jelas aku jadi sial setiap ketemu dia" kataku penuh keyakinan. Tentara itu hanya manggut-manggut sambil berusaha menyembunyikan senyum tipisnya. "Dia sudah menikah kok mbak malah istrinya lagi hamil tua" jelasnya yang membuatku melotot seketika. lagian istri lagi hamil tua tapi tingkah lakunya kayak masih bujang saja. •••••• kebahagiaan menyambut hari ini. semua keluargaku tampak bersemangat di Acara lamaran abang. pagi ini aku sudah siap dengan kebaya yang sama seperti yang dipakai mama. keluarga kami memilih tema warna abu-abu yang lebih terlihat elegan dan fleksibel, make up ku juga lebih natural. aku tampil anggun dengan kebaya mewah yang pasti hasil rancangan sepupuku. untuk pernikahan abangku tersayang, aku dan sepupu juga sudah menyiapkan gaun super mewah dan modern. Selain itu seserahan saat lamaran pun ada kebaya hasil rancangan aku pribadi. Kami berempat dan beberapa orang perwakilan dari keluarga papa dan mama meluncur ke kediaman orang tua calon kakak iparku. Lima mobil berjalan beriring iringan. Hatiku merasa puas, akhirnya abangku akan segera melepas masa lajangnya. "Bang" seruku sambil memegang tangannya. dia disebelahku. Di depan ada papa yang nyetir. rumah kakak ipar tidak terlalu jauh dari kediaman kami, hanya memakan waktu tiga puluh menit untuk ke sana. Tangan abangku kok dingin gini ya?. apa dia nervous sekarang?. Waw abangku gugup sebelum bertemu calon istrinya. "Apa sih dek, pegang-pegang" tolaknya tidak suka kemudian menepis tanganku. "bang calon kakak ipar kerja apa?" tanyaku spontan karena sudah terlanjur penasaran. tidak ada ya g memberitahuku tentang ini. abangku langsung menoleh ke arahku. "Baru lulus SMA kemarin" jawabnya santai. aku sudah akan menggerutu, tapi jawaban abang membuatku langsung mengerti. "Meskipun baru lulus SMA, umurnya tidak terpaut jauh dari abang. dia telat sekolah karena dulu sakit-sakitan." "Abang, beneran cinta sama dia?" tanyaku lagi Tapi dengan hati-hati. "Iyalah dek, meskipun awalnya belum yakin tapi berjalannya waktu selama dua bulan pendekatan, dia jawaban dari doa-doa yang abang panjatkan" papar abangku sambil tersenyum tenang. Yakin nih bang?, bukannya sholatnya suka bolong-bolong ya. "Kok bisa abang mengenal dia, dari mana, apa dari medsos?, tapi abang kan sibuk" tanya gue lagi masih dengan rasa penasaran. "Papa dan mama yang ngenalin" jawaban abang membuatku sedikit khawatir, takutnya karena aku belum punya kekasih, papa berinisiatif sendiri mengenalkan aku dengan seorang pria asing. semoga saja tidak. •••• Acara lamaran berjalan dengan lancar. aku tidak berhenti tersenyum untuk memberikan predikat stigma baik bagi keluargaku. Calon kakak ipar berhijab, aku tidak terlalu jelas melihat wajahnya karena dia selalu menundukkan pandangan. sholeha sekali calon istrinya abang. semoga dia menjadi istri yang baik buat abang dan semoga kelak aku mendapatkan suami yang tidak suka mengatur atau otoriter terhadap istri. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat ku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD