Berkat kerja keras dan doa dari Orang tua juga Allah yang telah mengizinkan aku berada di posisi sekarang ini. aku sudah menjadi Direktur di Instalasi Ahli Bedah Rumah Sakit ternama yang ada di Ibu Kota. aku sangat bersyukur pencapaianku begitu besar di tahun ini. namun Aku tidak boleh sombongndengan dinaikannya jabatan, itu artinya ujian bagiku, apakah aku bisa mengemban amanah ini dengan baik atau sebaliknya.
Aku dokter Zhezsha akan selalu berusaha semampuku untuk menjadikan instalasi Bedah Central di rumah sakit ini menjadi lebih baik lagi. saat ini aku berada diruangan Meeting bersama rekan Tim sejawat di Rumah Sakit ini. aku akan menyampaikan pidato sederhana untuk mewakili rasa terimakasihku dan meminta semua tim dari Instalasi Bedah untuk bekerja sama dalam satu tujuan.
"Assalammualaikum wr.. Wb.. Selamat pagi salam sejahtera untuk kita semua.
Saya disini akan menyampaikan sedikit uraian kepada kalian semua. Pertama-tama saya mengucapkan terimakasih kepada Allah swt, keluarga yang senantiasa mendukung dan kalian semua rekan tim sejawat. Tanpa dukungan kalian, saya tidak mungkin berada disini, dihadapan kalian dengan status yang baru."
aku menarik nafas menetralisir sedikit kegugupan yang mulai menguasaiku.
"Tujuan kita sama, menjadikan Instalasi Bedah sebagai fasilitas terbaik serta memberikan pelayanan terbaik untuk kenyamanan pasien. Mohon kerja samanya, jika ada hal yang perlu disampaikan sekarang ataupun nanti terkait ide gagasan atau pendapat mengenai prosedur yang akan kita berlakukan mulai saat ini, saya sangat menerima dengan senang hati. Hanya Itu yang dapat saya sampaikan, Terimakasih. Saya akhiri wassalam."
meskipun di tengah-tengah pidato merasa gugup, namun pidato singkat itu berjalan lancar. dihadapanku tadi, banyak para dokter yang mendengarkan dengan seksama, mereka semua manggut-manggut dengan apa yang aku sampaikan. walaupun jabatanku direktur disini tapi banyak yang lebih senior dariku. Dan aku sangat menghargai itu.
•••••
Jam dinding di Rumah berdenting menunjukkan pukul sepuluh malam. aku baru pulang jam segini karena harus mengurusi beberapa berkas pembaharuan. badanku terasa letih, rencanaku mandi setelah itu tidur. melihat keadaan rumah begitu sepi, aku pun melenggang saja.
"Mbak sasa, baru pulang?" suara bik Nana mengagetkanku. Tiba-tiba orangnya sudah berada di belakangku.
"Ih ngagetin saja bibi. iya bik" jawabku sambil melakukan peregangan sebelum naik tangga menuju kamar.
"Bibik sudah siapin air anget mbak" ucap bik Nana, memang paling mengerti, dia terbiasa dengan kepulanganku jam 10 malem ya selama beberapa hari ini aku pulang malam terus. Punggungku pegel banget pengen cepet berbaring.
"Makasih ya bi" ucapku sekaligus mengakhiri percakapan ini dan lantas naik ke atas.
aku sudah mandi saatnya bobok cantik. kok lampu kamar ga nyala?, bukannya tadi pas mau mandi nyala ya?. itu cahaya apa?
"Happy birthday to you, Happy birthday to you. Happy birthday to you."
terdengar suara nyanyian lagu ulang tahun dari balik cahaya itu. Ya Allah aku baru inget ini tanggal sepuluh september ya?. usiaku sudah bertambah satu tahun.
Seketika lampu menyala, memperlihatkan Papa, Mama dan Abang. aku terharu sampai menangis. kesibukan aku di dunia kedokteran sampai membuatku lupa hari kelahiran. aku tidak bisa berkata-kata, hanya linangan air mata yang mewakili perasaanku saat ini. nikmat yang begitu besar diberikan oleh sang maha pencipta untukku.
"Selamat hari kelahiran anak gadis Papa, di usia kamu yang sekarang papa harap kamu segera menemukan jodoh" Harapan papa begitu besar agar aku menemukan jodoh du tahun ini. papa memeluk erat anak perempuannya, tangisanku tambah menjadi di bahu kokoh papa, tak berapa lama papa melepas pelukannya dan mamaku maju mencium keningku.
"Selamat hari kelahiran putri mama tersayang. eemoga sehat dan sukses selalu ya nak" Untaian doa mama sambil memelukku hangat. sudah lama rasanya aku tidak merasakan kehangatan ini.
"Adik abang tersayang, doa dari abang untukmu adalah semoga segera menikah" ucap abangku memelukku dan juga Mama. apa harus di usia sekarang menemukan jodohnya?. kalau dua tahun kedepan bagaimana?. aku belum memikirkan tentang pernikahan apalagi menjadi seorang istri.
"Abang dulu yang nikah, kalau sudah ketemu jodohnya baru Sasa" ujarku menenangkan hati mereka. bagaimana bisa menikah kalau pasangan saja belum ada.
aku menatap mata keluargaku satu persatu, sorot mata itu seolah sangat dalam berharap padaku. apa doa mereka tadi menandakan benar-benar ingin aku menikah di Tahun ini?.
"papa, Mama Maafin Sasa ya belum bisa bahagiain kalian, banyak salah sama Papa dan Mama. Ma, Pa, Bang, Sasa baru dilantik hari ini tadi menjadi Direktur Rumah Sakit bagian Instalasi Bedah. Mohon doa nya biar Sasa dapat mengemban tugas dan amanah dengan baik" jelasku, tampak ekspresi mereka kaget bercampur binar bahagia.
"Selamat atas keberhasilan kamu, kami disini selalu mendukungmu dek" ucapan abangku terdengar begitu tulus. abang mencium puncak kepalaku. bisa dibilang abang menunjukkan kasih sayang secara nyata. akhirnya kami bertiga berpelukan mencurahkan kasih sayang satu sama lain.
Dan akhirnya sebelum tiup lilin, aku membuat harapan. harapanku yang pertama dan paling utama di Hari Ulang Tahunku ini aku dan keluargaku diberi kesehatan, terutama Papa dan Mama yang semakin hari semakin Tua. aku ingin Papa dan Mama menyaksikanku memiliki keluarga yang sama hangatnya seperti ini.
aku juga ingin karir ku berjalan lancar dan aku dipertemukan sama jodoh pilihan Tuhan. maaf jika aku terlalu banyak berharap ya Allah, semoga engkau mengabulkannya.
••••
Tin!!..Tin!!..
Aku memukul stir setelah menekan klakson mobil. paling males menghadapi macet. andai mobil bisa terbang, sudah aku terbangin aja ini mobil. Sebelah kiri ada warung bakso rasanya udah lama tidak makan bakso. Mampir makan dulu deh daripada bosan menunggu macet. Setelah mengisi perut baru deh ngelanjutin perjalanan untuk berbelanja kebutuhan. Ini mobil Fortuner hitam punya siapa sih, ga bener banget cara parkirinya. Ga ada tukang parkir apa?.
Aku menarik nafas, tidak perlu pakai emosi. Kamu harus berlatih banyak sabar Zhezsha. Setelah turun dari mobil, aku mencium aroma khas kuah bakso yang menggugah selera. Aku menengok ke sekeliling, warung bakso ini ramai sekali ya sampai tidak ada tempat duduk yang tersisa. Eh tidak, penglihatanku salah, masih tersisa satu tempat duduk di sebelah mas-mas yang berambut cepak.
Aku mendudukkan boking tepat di kursi sebelah mas-mas yang lagi memalingkan wajahnya sambil memegang ponsel dan menempelkannya di daun telinga, sepertinya dia lagi berusaha menghubungi seseorang.
"Mbak baksonya satu lengkap sama es teh" Pesanku pada mbak-mbak yang di berdiri di depanku sambil mengisi kotak tissue yang hampir habis. Mbak dihadapanku ini mengangguk dan tersenyum ramah.
Aku duduk ditengah keramaian suara bising pelanggan bakso yang sepertinya terkenal enak ini. Aku membaca nama warung bakso yang terpampang dengan huruf kapital, BAKSO PAK JARWO.
Tidak menunggu lama, bakso dan teh yang aku pesan sudah ada di depan mata. Saatnya menikmati, sudah lama sekali tidak memanjakan lidah dengan makanan berbentuk bulat ini.
satu bakso yang berukuran besar bulat berhasil masuk ke dalam mulutku setelah aku potong-potong menjadi beberapa bagian. Walaupun disini sangat ramai pelanggan, tetapi karyawan yang melayani juga banyak, jadi pelanggan tidak akan menunggu lama untuk dapat menikmati satu mangkok bakso.
"Kamu?!" Tiba-tiba suara seseorang menegurku, lebih tepatnya orang yang duduk di sampingku. Aku yang sedang menyantap bakso pun menoleh ke samping, mata ku terbelalak melihat pria itu lagi di sampingku. dia si pria aneh. Tanpa bisa di cegah, aku jadi tersedak. Kok bisa sih ada dia dimana mana. Untung di depanku sudah ada es teh langsung aku sedot untuk menetralisir tenggorokan ku.
"Kamu lagi?, Jakarta itu luas, kenapa ketemunya sama kamu terus" Omelku, aku sampai tidak habis pikir, apa ini hanya sebuah kebetulan?.
yang di omelin malah diam saja kemudian pergi setelah sebelumnya membayar bakso yang dia makan. Aku hanya memperhatikan kepergiannya. Dia berjalan santai ke arah parkiran. Pria itu juga berpakaian santai mengenakan kaos bewarna coklat dengan bawahan celana hitam selutut. ternyata dia pemilik mobil Fortuner hitam. aku tidak jadi heran, dia parkir seolah tempat parkir adalah miliknya sendiri. Tapi kenapa juga aku harus memperhatikan dia sampai mobilnya hilang dari pandanganku.