Kedatangan Vivianne

2181 Words
Kedatangan Viviane   Setelah menerima telpon dari mantan istrinya, Greg menjadi gusar. Mengapa wanita tidak tahu malau itu masih berani untuk datang ke rumahku. Greg membatalkan niatnya untuk pergi ke kantor. Greg lalu menelpon asistennya David Ansel.   Tut…tut…tut…akhirnya setelah dering ke tiga telponpun diangkat oleh David.   “Hello, selamat pagi, David. Saya tidak akan ke kantor hari ini, kamu tangani semua urusan kantor, tolong jadwalkan ulang pertemuan saya dengan beberapa klien.”   “Oke bos, akan saya jadwalkan ulang pertemuan bos dengan klien.”   “Oke, terimakasih.”   Klik, sambungan telponpun diputus Greg. Lantas ia beranjak dari kamarnya menuju ke ruang makan. Ternyata di sana sudah ada putrinya dan juga Soraya yang sedang menyiapkan sarapan untuk Lili.   Setelah selesai menyiapkan sarapan untuk Lili, Soraya beranjak pergi.  Namun, sebelum Soraya beranjak pergi, Greg berkata, “Lili hari ini tidak berangkat ke sekolah dan saya yang akan menemaninya di rumah.”   “Baik tuan,” sahut Soraya.   Kemudian Greg dan Lili makan dalam diam, hanya sesekali suara sendok dan garpu mereka yang terdengar.   Selesai makan Greg mengajak Lili  untuk bermain di ruang bermain Lili. “Kita bermain di dalam saja ya, sambil menunggu nannya kamu baikkan dan dapat menemanimu bermain.”   “Ok dad, let’s go,” ucap Lili sambil berlari, karena dikejar daddynya.   “Hup!, daddy berhasil menangkap peri kecil, sekarang kita apakan ya, peri kecil ini?,” Tanya Greg dengan bercanda kepada putrinya. Sambil menggendong Lili menuju ke kamar bermain milik Lili.   Setiba di kamar bermain Lili, Greg segera menurunkan Lili dari gendongannya. Lilipun menuju ke boneka-boneka miliknya, dan asyik bermain dengan bonekanya itu.   “Daddy, kenapa nanny menjadi sakit?, apakah nanny akan meninggal dad?, Tanya Lili sambil bermain boneka.   Greg mendekat ke arah Lili, “Nanny hanya sakit biasa, sebentar lagi juga nanny akan turun dan menemani Lili bermain.”   Vivianne, mantan istri Greg tiba di kediaman Greg, saat jam menunjukkan pukul 11.00.   “Pasti Lili sudah pulang dari sekolahnya jam seperti ini,” ucap Vivianne dalam hatinya.   Dipencetnya bel pintu rumah Greg dengan tidak sabar.    Tak lama berselang datang seorang pelayan membukakan pintu untuk Vivianne.   “Mengapa lama sekali membukakan pintu untuk saya, kalian ini bekerja atau bersantai,” ucap Vivianne kepada maid Greg yang membukakan pintu untuknya.   “Katakan dimana putriku, Lili, berada” Tanya Vivianne dengan angkuhnya.   “Nona muda sedang bermain di ruang bermain, nyonya.” Jawab maid di rumah Greg.   Dengan gayanya yang angkuh Vivianne berjalan masuk ke dalam rumah, melewati sang maid yang berdiri di samping pintu. Ia segera menaiki tangga meuju ke lantai dua.   Begitu tiba di depan pintu bercat merah muda, segera dibukanya pintu tersebut. Dilihatnya Lili sedang bermain dengan boneka-bonekanya. Sementara Greg ada di samping Lili.   “Tumben sekali Greg ada di rumah tidak pergi ke kantor.”   Vivianne berjalan mendekati kea rah Lili, suara hak sepatunya berbunyi dengan nyaring. Membuat Lili dan Greg menoleh kea rah Vivianne.   Vivianne berseru dengan nyaring, “Lili sayang, ini Mommy. Apakah kamu merindukan mommy?”, Tanya vivianne sambil merentangkan kedua tangannya.   Namun, Lili bergeming di tempatnya duduk. Tak dihiraukannya Vivianne ibu kandungnya. Lili justru tertarik melihat seseorang yang berdiri di balik punggung ibunya.   Lili berlari menyambut Ica yang berdiri di belakang Vivianne, “Nanny, apakah nanny sudah tidak sakit lagi?, apakah nanny sudah bias menemaniku bermain lagi.” Ditempatnya berdiri Vivianne tertegun, hatinya terasa sakit. Putri kandungnya sendiri mengabaikan kehadiran dirinya. Dan justru memilih orang lain untuk dipeluknya.   Greg melihat kea rah Vivianne dan Ica bergantian. Dalam hatinya dapat merasakan kekecewaan Vivianne. Namun, itu semua adalah ulah Vivianne yang menyebabkan putri kandungnya yang masih kecil menjauhi dirinya.   Kalau saja dulu ia lebih memperhatikan putrinya dan bukannya berselingkuh, mungkin Lili akan dekat dengan ibunya.   Namun, apa yang dilakukan Vivianne sebagai seorang ibu sangat jauh dari perilaku seorang ibu yang sesungguhnya. Ia lebih sering meninggalkan Lili di rumah bersama dengan pengasuhnya dan tak jarang ia memukul dan membantak Lili yang dianggap mengganggu dirinya.   Dengan gusar Vivianne menghampiri Lili dan Ica, dipukulnya wajah Ica dengan keras hingga menimbulkan bunyi plak, “Kamu fikir siapa kamu?, mau merebut putriku agar kamu dapat memikat daddy putriku?, kamu hanya seorang pengasuh, jangan pernah bermimpi untuk menjadi pengganti diriku sebagai mommy dari putriku.”   “Kamu itu tidak pantas!,” caci Vivianne kepada Ica.   Ica mengelus pipinya yang terasa sakit akibat pukulan Vivianne. Belum hilang sepenuhnya rasa pusing di kepalanya, kini di tambah lagi dengan masalah baru.   Dalam hatinya Ica bertanya-tanya, “Apa maksud perkataan wanita ini, dan mengapa ia marah-marah kepadaku.”   “Maaf, nyonya saya tidak memgerti apa maksud nyonya. Saya memang hanyalah seorang pengasuh nyonya, dan saya tidak mengerti apa maksud nyonya kalau saya mau merebut tempat nyonya sebagai ibu kandung Lili.”   “Bohong kamu!, kamu sudah meracuni fikiran putriku. Lihat, mengapa ia tidak mau menerima pelukkan dariku malah memeluk dirimu.”   “Anda dapat menanyakan sendiri kepada putri anda nyonya, mengapa ia lebih memilih saya nannynya untuk dipeluknya, bukannya anda yang merupakan ibu kandungnya.   Lili yang ketakutan melihat kemarahan Vivianne kepada Lili, segera berlari kepada daddynya. Dipeluknya daddynya dengan erat.   “Mengapa nanny dipukul dad?, tidak dapatkah daddy menolong nanny?,” Tanya Lili sambil menatap kea rah daddynya dengan tatapan permohonan.   “Tentu saja daddy akan menolong nanny, kita tidak mau  nanny terluka bukan. Namun, sekarang Lili keluarlah, temui aunty Soraya. Nanti Daddy dan Nanny akan menyusul Lili.   Lili menganggukkan kepalanya. Kemudian iapun berlari keluar dari ruang bermain.   Greg mendesah lega, Lili  keluar dari ruang bermainnya tanpa banyak pertanyaan. Kemudian dihampirinya Ica dan Vivianne yang sedang bersitegang.   Ditepiskannya tangan Vivianne yang kembali akan memukul Ica. “Jangan coba-coba untuk memukul Ica lagi.” Ancam Greg kepada Vivianne.   “Putri kandungmu membencimu itu akibat dari perbuatan sendiri. Mengapa putri kandungmu seolah-olah tidak mengenali dirimu.”   “Coba kamu tanyakan kepada hatimu, pernahkah kamu menemani Lili bermain?, pernahkah kamu mengajaknya berjalan-jalan tanpat kamu membentak dan memarahinya.”   “Sekarang katakan kepadaku. Apakah kamu pernah sekali saja tidak membentak Lili saat ia mengajakmu untuk menemaninya bermain,” Tanya Greg bertubi-tubi kepada Vivianne.   Vivianne menundukkan kepalanya, dalam hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh Greg. Jujur kalau bisa memutar kembali waktu, ia akan lebih mendekatkan diri dengan putri kecilnya.   “Sekarang aku sudah berubah Greg, aku ingin dekat dengan putri kandungku sendiri. Tolong berikan kesempatan dan waktu bagiku untuk berdua dengan putriku.”   “Izinkan aku untuk mengajak Lili menginap di apartemenku bersama dengan suamiku, Greg.” Mohon Vivianne kepada Greg.   “Aku akan mempertimbangkan permintaanmu. Namun, untuk saat ini kau dapat lihat sendiri, kalau Lili tidak mau dekat denganmu. Kalau kau mau mendapatkan perhatiannya kembali, cobalah untuk berlaku baik dengan Nannynya Lili, karena ia sangat menyayangi nannynya.”   “Apa maksudmu dengan aku harus berlaku baik dengan nannynya Lili. Dia hanya seorang maid, bagaimana mungkin kamu membuatku merendahkan harga diriku sendiri.”   “Lili, putrimu sangat menyayangi nannynya, kalau kamu mau mendapatkan kembali hati putrimu, kamu harus mampu mengambil hatinya dengan cara menerima orang yang disayangi putrimu.”   “Aku tidak perduli kamu menerima saran dariku atau tidak. Namun, dapat kupastikan selama Lili tidak dapat menerima kehadiranmu, jangan harap aku akan mengijinkan kamu bertemu dengan Lili berdua saja tanpa sepengetahuanku. Apalagi mengajak Lili untuk menginap diapartemenmu.”   Vivianne mendengus kesal, ia berlalu keluar dari kamar bermain Lili, saat melewati Ica, dengan senagja badannya menyenggol Ica. Ica yang masih belum sepenuhnya sadar dari mabuknyapun terjatuh ke lantai.   Greg menggeram marah kepada Vivianne, dihampirinya Ica yang sedang terduduk di lantai. Lalu dibantunya Ica berdiri, “Apakah pusingmu sudah hilang?,” tanya Greg lembut kepada Ica.   “Sudah tuan.”   “Syukurlah kalau begitu, sekarang turunlah ke bawah isi perutmu dengan makanan agar kamu tidak jatuh sakit.”   “Baik tuan,” sahut Ica.” Ia kemudian berlalu ke luar dari ruang bermain Lili.  Di susurinya tangga menuju ke lantai satu. Ia kemudian menuju ke arah dapur.   “Hari ini aku makan di dapur saja, tidak mungkin aku makan sendiri di ruang makan,” gumam Ica dalam hatinya.   Di dapur ternyata ada bude Karsimah yang sedang memotong-motong sayuran, Ica dengan suara takut-takut bertanya kepada Karsimah, “Maaf Bude, apakah masih ada makanan, saya tadi belum sempat sarapan.” “Tentu saja, masih ada banyak makanan. Duduklah, akan bude ambilkan makanan untukmu. Bude juga sudah mendengar kabar kalau kamu sedang sakit, sebenarnya kamu sakit apa , Ca?.   Dengan malu-malu Ica menjawab pertanyaan bude Karsimah, “Saya tidak sakit, bude. Tuan mengajak saya makan malam dan saat makan malam  tuan memberikan saya minuman yang membuat saya mabuk.”   Bude Karsimah menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar penuturan Ica, “Dengar ya, Ca. Bude tidak keberatan kamu pergi dan bergaul dengan siapa saja. Tapi bude takut kamu terluka, karena tuan itu pacarnya selalu berganti-ganti. Kamu jangan terlalu berharap mempunyai hubungan lebih dengan tuan.” Peringat bude Karsimah kepada Ica.   “Ica berterimakasih atas perhatian bude, iya bude. Ica juga sadar tidak mungkin tuan akan menyukai pengasuh anaknya sendiri.”   “Ica sudah menganggap bude sebagai orang tua Ica selama berada di perantauan.”   Bude Karsimah membawakan makanan untuk Ica, setelah melatakkan makanan itu di atas meja, diusapnya kepala Ica. “Bude juga meanggap Ica seperti anak bude sendiri. Bude tidak mau kamu patah hati.”   Ica menganggukkan kepalanya kea rah bude Karsimah.   “Lain kali, kalau tuan memberikan minuman seperti itu jangan kamu minum Ca, kamu cukup meminum air putih atau air lainnya yang tidak memabukkan.”   “Iya bude, Ica sudah kapok meminum minuman keras. Ternyata mabuk itu gak enak bude.”   Sepeninggal Ica, Greg menuju ke ruang kerjanya. Kepalanya terasa pusing memikirkan ulah mantan istrinya. Ia tidak menginginkan putrinya untuk menjauhi ibu kandungnya sendiri, meski ia sangat membatasi waktu kebersamaan Vivianne dengan Lili.   Karena ia tahu melalui orang kepercayaanya yangn dimintanya untuk mengawasi putrinya sebelum perceraian antara dirinya d an Vivianne terjadi kalau Vivianne sering berlaku kasar dan kejam kepada putri mereka.   Greg mengambil gawainya, tanpa sengaja matanya melihat artikel yang memuat berita mengenai dirinya dan Ica yang sedang berjalan berdua ke luar dari hotel. Artikel tersebut memberi judul “Kekasih baru tuan Billionaire ternyata adalah nanny dari putrinya sendiri.”   Menurut artikel tersebut dari sumber yang terpercaya, sang nanny merupakan wanita miskin, yang bersedia melayani tuannya, demi mendapatkan uang yang banyak.   Dan rentetan kalimat lainnya yang menyudutkan Ica. Greg menggeram marah membaca artikel tersebut, ia merasa tidak senang ada yang mengusik Ica. Karena Ica sama sekali tidak seperti yang mereka tulis.   Di kamarnya Dodi membaca berita tentang Ica, Ia yang merasa patah hati, karena tidak dapat menghubungi Ica menjadi marah kepada Ica setelah membaca artikel yang memuat tentang Ica dan Bosnya.   “Jadi ini sebabnya kamu memblokir nomor kontakku, ternyata kamu hanyalah seorang w************n Ca.”   “Kamu berpura-pura menjadi gadis polos, tahunya kamu mau saja menjadi simpanan bos.” Kecam Dodi kepada Ica dalam hatinya. Greg menghubungi David, asistennya melalui gawainya. “Hello, David, tolong kamu klarifikasi berita mengenai Nanny putriku, jelaskan kepada mereka kalau Ica bukanlah wanita simpananku. Aku tidak ingin ada yang merendahkan nanny dari putriku.”   “Siap, bos. Akan segera saya laksanakan,” sahut David  kepada Greg.   “Terimakasih, kamu memang bias diandalkan.”   Tuuut, sambungan telponpun diputus oleh Greg.   Selesai makan, Ica berjalan menuju ke halaman samping rumah, dimana Lili sedang bermain bersama dengan Soraya. Tampak Lili sedang bermain puzzle. Icapun berjalan menghampiri Lili.   “Hello, Lili sayang. Apakah kamu perlu bantuan untuk memasang puzzle ini, sayang.” Tanya Ica kepada Lili.   “No, nanny. Thank you. Aku bias menyelesaikannya sendiri.   “Anak pintar,” ucap Ica sambil mengelus kepala Lili dengan sayang.   Ica lalu duduk di samping Soraya dan Lili, mereka berdua memperhatikan Lili yang begitu serius dalam menghubungkan kepingan puzzle yang ada di hadapannya.   Soraya berbisik di telinga Ica, “Ada hubungan apa kamu dengan tuan, Ca?.”   Ica balas berbisik menjawab pertanyaan Soraya. “Saya tidak memiliki hubungan apapun dengan tuan. Hubungan kami hanyalah tuan dan majikan.”   “TIdak mungkin diantara kalian tidak ada hubungan istimewa Ca. Mana ada tuan yang mengajak pengasuh putrinya makan malam berdua.”   “Aku tidak tahu alasan tuan mengajakku makan malam berdua saja, aku juga tidak mengerti dengan sikap tuan.”   “Kamu tahu, Ca. Dodi sopir pribadi nona Lili telah dipindahtugaskan. Ia bukan lagi sopir pribadi nona Lili.”   “Sopir pribadi nona Lili yang baru orangnya sudah tua, Ca. Saya  rasa itu karena tuan cemburu dengan Dodi, sehingga ia memindahtugaskan Dodi sebagai sopir pribadi nona Lili.”   “Itu tidak mungkin, aku sangat yakin sekali kalau tuan tidak mungkin cemburu dengan Dodi. Karena saat ditanya para wartawan yang melihat kami berdua dengan tegas ia mengatakan kepada para wartawan itu, kalau aku hanyalah seorang nanny bagi putrinya.” Sanggah Ica kepada Soraya.   “Aku tidak percaya, Ca. Tapi aku memperingatkan kepadamu ya Ca, karena akuk menyayangimu sebagai teman. Agar kamu jangan termakan rayuan tuan. Tuan itu terkenal sebagai playboy, kekasihnya berganti-ganti. Aku tidak mau kamu menjadi sakit hati kalau dicampakkan tuan.   Greg yang mendengar perkataan Soraya kepada Ica berdehem dengan keras dan sengaja.   “Ekhem…, siapa yang akan mencampakkan Ica, dan siapa yang kamu bilang playboy itu  Soraya?”, Tanya Greg dengan emosi kepada Soraya.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD