Pergi Berlibur

2217 Words
Soraya dan Ica terkejut melihat kedatangan Greg. Terlebih-lebih Soraya. Badannya bergetar, karena ketakutan.   “Ma-af, tuan. Kami hanya sedang berbicara tentang artis yang baru-baru ini sedang viral di televisi, karena ketahuan berselingkuh. Bohong Soraya kepada Greg.   Greg yang sebenarnya mengetahui kalau Soraya berbohong, menatap Soraya dengan tajam. “Lain kali, saya dengar kamu bicara macam-macam dengan Ica, saya akan pecat kamu.” Peringat Greg kepada Soraya.   “Apakah kamu sudah baikkan, Ca!, kalau kamu sudah baikkan, saya  mau mengajak kamu jalan-jalan dengan Lili.”   “Gantilah pakaianmu dan juga tolong kamu ganti pakaian Lili. Jangan lupa kamu bawa pakaian ganti untukmu juga Lili.”   ‘Iya tuan, saya sudah merasa baikkan.” Kemudian Ica menggandeng tangan Lili menuju ke lantai dua, di mana kamar mereka berada. Sesampainya di kamar Lili, Ica mengganti pakaian Lili dengan celana panjang dan kaos.   “Kita mau jalan-jalan kemana, nanny?.”   “Nanny juga tidak tahu, sayang. Daddy tidak mengatakan kemana ia akan mengajak kita pergi.”   Selesai mengganti pakaian Lili, Ica mengajak Lili ke kamarnya. “Kamu duduk dulu ya, di sini. Nanny mau ganti baju dulu.”   “Baik, nanny.” Sahut Lili kepada Ica.   Ica segera mengambil celana jeans dan kemeja, lalu di bawanya ke kamar mandi. Ia berganti pakaian di sana. Ia takut kalau sewaktu-waktu Greg datang memasuki kamarnya.   Selesai berganti pakaian, mereka berdua segera turun ke bawah dengan membawa tas ransel yang berisikan pakaian ganti untuk Lili juga dirinya. Greg sudah menunggu Ica dan Lili sambil duduk di sofa ruang tamu. Sama, seperti Ica dan Lili. Greg juga mengenakan celana jeans dan Kaos.   “Ayo, kita berangkat.” Kata Greg lalu menggandeng Lili, mereka berjalan menuju ke arah Heli milik Greg yang sudah terparkir di heliped yang ada di halaman rumah Greg..   “Kita mau kemana, dad?.” Tanya Lili.   “Kejutan sayang, kalau diberitahu duluan bukan kejutan namanya.”   “Daddy, kenapa harus main rahasi-rahasiaan. Daddy gak asyik.” Rajuk Lili.   Greg tertawa mendengar rajukan Lili. Diangkatnya Lili di pundaknya, hingga Lili tertawa kesenangan.   Greg membuka pintu heli dan duduk di jok samping pilot Heli miliknya. “Lili duduk di belakang, ya dengan nanny,” kata Greg kepada Lili.   “Iya, dad. Aku duduk di belakang dengan nanny. Asyik kita akan melihat pemandangan dari atas, nanny.” Teriak Lili dengan antusias, yang disambut senyuman oleh Ica.   Greg mengatakan tujuan mereka, kepada pilot pribadi helinya. “Tolong antarkan kami ke Pulau Ubin, setelah itu kamu dapat kembali lagi.” Kata Greg. “Siap, tuan. Nona-nona, tolong dipasang sabuk pengamannya!. Heli akan segera mengudara.” Peringat sang pilot kepada Lili dan Ica.   “Siap kapten!,” seru Ica dan Lili berbarengan.   Mereka dapat melihat keindahan pemandangan yang mereka lalui di sepanjang jalan melalui udara. Lili tidak merasa takut sama sekali naik burung besi ini.   Hingga tibalah mereka di sebuah pedesaan dengan pemandangan alam yang masih asri. Heli berhenti di depan sebuah rumah kayu bercat coklat. Rumah itu tampak sederhana dan lebih cocok di sebut dengan pondok.   Setelah mesin helicopter mati, Kris segera ke luar dari  heli, kemudian berjalan ke sisi Lili untuk membantu Lili turun dari heli. Setelahnya disusul Ica turun dari heli.   Pilot heli milik Greg juga turun, ikut membantu membawakan barang bawaan bosnya. Setelahnya pilot tersebut pun kembali ke heli dan dan membawanya terbang kembali.   Dengan bergandengan tangan Ica dan Lili menuju ke arah pintu rumah kayu yang ada di depan mereka.   Greg mengeluarkan kunci dari saku celananya, dimasukkannya anak kunci ke dalam lubang kunci.   Ceklek Dengan mudah Greg dapat membuka pintu kayu dari pondok tersebut. Setelah pintu terbuka, mereka pun masuk ke dalam pondok kayu yang terlihat begitu sederhana dari luar.   Setelah memasuki pondok tersebut, terlihat kalau pondok itu terawat dengan baik. Ruangan di dalam pondok itu tampak rapi dan bersih.   “Pilihlah, kamar manapun yang kamu mau, kamu tidur dengan Lili. Aku akan mengambil kamar yang kosong yang tersisa kata Greg.   “Baik tuan.”Sahut Lili kepada Greg.   Ica mengajak Lili untuk memilih kamar yang akan mereka tempati. Ternyata Lili memilih kamar yang ada di sisi sebelah kanan di samping dapur. Lili dan Ica memasuki kamar mereka, dan ternyata ruangan di dalam kamar itu terlihat bersih dan rapi.   Greg menyusul masuk ke dalam kamar pilihan Ica dan Lili. Di tangannya membawa tas ransel yang berisikan pakaian untuk Lili dan Ica.   “Kamar ini tampak bersih dan rapi, tuan.”   “Tentu saja, aku memiliki orang suruhan yang bertugas seminggu sekali untuk membersihkan dan merawat pondok ini.” Sekarang, ayo kita ke dapur. Kita harus membuat makanan kita sendiri. Kuharap kamu bisa memasak Ca, agar kita semua tidak kelaparan.” Kata Greg kepada Ica dengan bercanda.   “Saya bisa memasak, masakan tradisional Indonesia saja tuan. Saya tidak bisa memasak masakan Barat, seperti yang biasa tuan dan nona Lili makan.”   “TIdak mengapa, lidah saya juga lebih menyukai masakan yang sederhana saja tuan, terutama masakan tradisonal Indonesia. Dan saya juga senang kalau Lili menyukai masakan Indonesia. Karena, suatu hari nanti, mungkin saya akan kembali tinggal di Indonesia. Siapa yang tahu bukan.”   “Iya tuan, betul itu. Siapa yang tahu apa yang akn terjadi ke depannya nanti.”   Mereka kemudian menuju ke dapur, di sana terdapat satu meja makan dengan 4 kursi.   “Ambillah bahan makanan yang mau kamu masak di dalam kulkas.”   Ica berjalan ke arah kulkas, dibukanya pintu kulkas, ternyata di dalam kulkas tersedia banyak bahan mentah yang siap untuk di olah menjadi makanan.   “Apakah Lili sayang, mau membantu nanny untuk memasak?,”  Tanya Ica kepada Lili.   Dengan bersemangat Lili turun dari kursi yang didudukkinya. Tentu saja, nannya saya akan senang membantu nanny untuk memasak.   “Kita akan membuat sayur Cap Jay, sayang. Nanny minta tolong, ya. Nona Lili maukan membantu nanny mengambil tomat dan memotongnya, tapi jangan terlalu kecil ya, memotong tomatnya.”   “Baik nanny.” Lili lalu berjalan ke arah kulkas, diambilnya wadah yang berisikan tomat.   “Berapa buah tomatnya, nanny? Tanya Lili.   “Dua saja, sudah cukup.”   Greg yang“Apakah saya boleh membantu juga nanny,” Tanya Greg menirukan suara anak kecil.   Lili tertawa mendengar suara daddynya yang dibuat seperti anak kecil. “Daddy, mengapa berbicara seperti itu, daddy seperti bayi saja.” Protes Lili kepada Greg.   Greg mengelus kepala putrinya, “Daddy hanya bercanda sayang, daddy  tidak akan bersuara seperti bayi terus menerus.” Kata Greg menjelaskan kepada Lili, yang memang memiliki kecerdasan yang baik.   “Tentu  saja, tuan. Tuan dapat membantu kami memotong-motong sayuran. Maaf, sebelumnya tuan, kalau saya tanpa seizing tuan mengajak nona Lili untuk membantu saya memotong sayuran.”   “TIdak mengapa, Ca. Aku malah senang kalau Lili kamu ajak membantumu.”   Mereka bertiga kemudian saling bekerjasama dalam membuat makan siang mereka.   “Trara..makan siang buatan kita, siap untuk disantap.” Seru Ica dengan bersemangat.   Makanan hasil olahan mereka bertiga tersaji dengan rapi, setelah membaca doa makan, mereka pun makan bersama.   “Wah ternyata  masakan kita enak juga,” kata Greg. “Mungkin, nanti kalau aku pensiun, aku ingin membuka restoran saja.” Tambah Greg dengan  bercanda.   “Iya, benar tuan. Masakan yang kita olah bersama-sama ternyata terasa enak.”   Selesai makan, Ica kira Greg akan berlalu pergi dari dapur. Namun, ternyata tidak. Greg justru membantu Ica membereskan bekas makan mereka. Dan hal itu membuat Ica merasa canggung.   “Biar, saya saja tuan yang membereskannya. Tuan, bersantai saja dengan nona Lili,” kata Ica dengan canggung.   “Tidak mengapa, Ca. Tidak setiap hari juga aku melakukan hal ini.”   “Terimakasih tuan.”   Mereka berdua berdiri bersisian, di depan bak cuci piring, sesekali siku mereka bersentuhan. Ica yang menyabuni dan membilas, sementara Greg yang mengeringkan.   Dengan cepat pekerjaan mereka selesai. Ica menghampiri Lili yang duduk di atas kursi meja makan memperhatikan pekerjaan Greg dan Ica.   “Kita akan beristirahat dulu, tidur siang. Sorenya kita baru jalan-jalan di pedesaan dengan menggunakan sepeda.”   “Ada sepeda, dad?,” Tanya Lili dengan bersemangat.   “Iya sayang, ada sepeda. Untukmu sepeda roda tiga juga ada. Kita akan jalan-jalan di kebun sayur dan buah.”   “Asyik!, ayo nanny kita tidur dulu.”  Ajak Lili dengan bersemangat.   “Tunggu sebentar sayang, kita baru selesai makan. Lagipula, nanny juga harus sholat dulu.”   “Apa itu sholat, nanny?, Lili belum pernah mendengar.”   Mendengar perkataan putrinya Greg menunduk malu. Ia tidak pernah mengajarkan anaknya apa itu sholat, karena ia sendiri juga jarang mengerjakan kewajibannya sebagai seorang muslim.   “Apakah kamu mau nanny ajari untuk sholat dan bacaan sholat. Nanny juga  akan mengajari kamu mengaji.”   “Mau nanny, aku mau.” Sorak Lili dengan penuh antusias.   Ica tersenyum, mendengar keantusiasan Lili. “Sekarang, Lili melihat nanny saja dulu, ya!. Lili dapat melihat gerakkan nanny ketika sholat.”   “Baik, nanny.”   “Apakah nona Lili, mempunyai mukena tuan, saya akan mengajarinya untuk sholat.”   “Tidak. Lili, tidak memiliki mukena. Saya akan meminta orang kepercayaan saya untuk membelikan Lili mukena dan mengantarkannya ke sini.”   “Saatnya putri saya belajar mengenal agamanya. Saya bersyukur kamu yang menjadi nanny dari putriku.”   Greg yang tidak ingin harga dirinya jatuh di mata Ica, karena ia tidak mau Ica mengira dirinya ridak bisa sholat berkata. “Saya yang akan menjadi imam untuk sholat kita nanti.”   Melihat Ica yang terkejut melihatnya, Greg berucap, “Kenapa, kamu terkejut. Kamu fikir saya tidak bisa sholat dan tidak bisa menjadi imam untukmu. Saya memang masih banyak bolong-bolong menunaikan kewajiban saya sebagai seorang muslim Ca. Tapi kamu harus tahu, kalau saya juga dapat menjadi seorang imam.”   “Bukan begitu tuan, saya hanya terkejut kalau tuan bersedia menjadi imam buat saya. Kalau buat nona Lili tidak apa, karena dia putri tuan, tetapi  saya hanyalah pengasuh putri tuan.”   “Tidak apa Ca, kamu  tidak usah takut. Kamu juga tidak perlu khawatir, kalau nanti malam kita hanya akan tidur berdua saja. Pengurus rumah saya, akan datang menemani kita tidur di sini. Ia akan menempati kamar di bagian belakang.”   “Alhamdulillah, terimakasih tuan.”   Beberapa saat kemudian usai menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, Ica dan Lili pun tidur siang di kamar mereka. Sementara Greg beranjak ke luar dari kamar Ica dan Lili menuju kamarnya.   Greg mengambil gawainya, dihubunginya asistennya, David. “Hello David, aku mau kamu membelikan mukena untuk putriku Lili dan segera antarkan ke pondokku yang berada di pedesaan.   “Baik, tuan. Akan segera saya antarkan ke sana pesanan tuan.”   “Ok, terimakasih.”   Tuut, sambungan telpon pun di tutup oleh Greg.   Sore harinya, mereka bersiap untuk pergi bersepeda menjelajahi alam pedesaan Singapura. Greg pergi ke gudang yang terletak di belakang pondok, untuk mengambil sepeda yang akan mereka pakai jalan-jalan.   “Lili, kamu akan daddy bonceng, perjalanan kita hari ini lumayan jauh. Daddy tidak ingin kamu mennjadi kecapekkan” Mereka kemudian berangkat beriringan menyusuri jalanan di Pulau Ubin. Akirnya mereka berhenti di sebuah perkebunan buah-buahan.   Greg dan Lili, menyandarkan sepeda mereka, lalu mereka berjalan ke arah penjaga perkebunan itu. Setelah menyerahkan beberapa lembar dolar, Greg dan Lili juga Ica memasuki kebun buah itu.   Lili kesenangan melihat begitu banyak buah yang ada di situ, terlebih lagi ia diperbolehkan untuk memetik buah dengan sesuka hatinya.   Lili dengan bersemangat memetik buah jeruk, yang pohonnya tidaklah terlalu tinggi, hingga ia dapat memetik dengan tangannya sendiri.   Greg dan Ica, hanya mengawasi Lili memetik buah. Greg merasakan bahagia, melihat putrinya yang begitu ceria, Greg turut merasakan kesenangan putrinya.   “Ayo nanny, ke sini, temani memetik buah jeruk ini.” Ajak Lili kepada Ica.   Menjelang matahari tenggelam dengan membawa sekeranjang jeruk Lili, Ica dan Greg meninggalkan perkebunan jeruk itu. Lili kembali duduk dibonceng oleh Greg. Di sepanjang jalan Lili bernyanyi dengan riangnya.   Mereka tiba di pondok, saat hari sudah mulai gelap. Namun, pondok tampak terang, sepertinya pengurus rumah Greg sudah datang.   Setelah mengembalikan sepeda ke gudang mereka memasuki pondok, dengan Greg membawa sekeranjang jeruk. Greg menggoda putrinya, Lili. Ia mengatakan Lili mau menjadi jeruk yang dipetiknya. Karena , saat Greg ingin mengembalikan jeruk yang dipetik Lili kepada penjaga kebin itu Lili menangis.   Mereka bertiga memasuki pondnok dengan suasana hati riang. Tiba di dalam pondok mereka din sambut oleh seorang wanita dengan badan yang gemuk dan tubuh pendek.   “Hello, nama saya Marianne. Saya dan suami saya yang bertugas untuk membersihkan dan merawat pondok ini.” Katanya sambil mengulurkan tangan ke arah Ica dan Lili, yang diambut oleh Ica dan Lili.   Setelah perkenalan singkat mereka, Marianne berjalan ke luar dari pondok. Ia dan suaminya tidur di kamar yang ada pada bagian luar samping pondok.   Mereka lalu masuk ke kamar masing-masing, dan membersihkan diri mereka. Ica membantu membersihkan badan Lili, karena ia tidak yakin kalau Lili mandi sendiri akan bersih.   Selesai mandi dan berganti pakaian, kembali Greg mengajak Ica untuk sholat maghrib berjamaah. Mukena pesanan Greg untuk Lili telah tiba. Greg menyerahkan mukena itu kepada Ica, untuk membantu Lili memasang mukenanya.   Lili terkikik geli saat dipakaikan mukena, “Seperti pakaian hantu di film-film, ya nanny.” Kata Lili.   Ica hanya tersenyum menanggapi perkataan Lili, setelah selesai memasangkan mukena kepada Lili, mereka pun kembali sholat berjamaah.   Usai sholat, kembali mereka menyiapkan menu makan malam mereka bersama-sama. Mala mini, karena badan mereka sudah lelah, Ica menyarankan membuat makanan yang praktis saja. Ia membuat ayam goreng tepung.   Mereka menyantap makan malam mereka dengan lahap dan tenang. Tanpa bersuara. Namun, ketenangan mereka terganggu, saat terdengar suara helicopter di halaman pondok.   Greg bergegas ke luar, dibukanya pintu. Tampaklah beberapa orang wartawan, lengkap dengan kamera mereka.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD