Panji tidak duduk di kursi yang tersedia tapi dia memilih duduk di lantai tepat di depan pintu kamar kost Nidya. Dia masih menuggui Nidya yang tidak kungjung keluar, tapi mugkin perempuan itu sedang berganti pakaian sebelum bertemu dengan tamu. “Sorry, Mas aku—“ perkataan Nidya seketika terhenti ketika dia membuka pintu dan tidak menemukan sosok Ray, kekasihnya melainkan orang lain. Panji bangkit berdri dan kini posisinya berhadapan dengan Nidya, asistennya yang tadi siang dia marahi karena membuat bahan presentasi salah. Dari kacamata Panji, kini dia melihat Nidya yang wajahnya sembab dan terlihat takut untuk melihat ke arahnya karena perempuan itu kemudian menundukkan kepalanya hingga kini. “Maaf, Nidya. Saya ganggu kamu malam-malam begini.” Ucap Panji dengan tenang. “Oh iya, Pak. Ti