Bab 43

1092 Words
Siapa yang mengira bahwa orang yang di temui adalah pemilik rumah itu sendiri. Seorang atlit yang katanya tua, tapi malah muda. Amelia tak sanggup lagi menaruh mukanya sendiri di depan Erik. Sungguh dia sangat konyol dan merasa malu akan situasi yang di hadapinya. Sekarang mereka bertiga sedang duduk di ruang tamu. Erik memutuskan untuk menerima kedatangan Dave yang merupakan pemimpin dari Golden Grup Book yang terkenal. Dia tak menyangka kalau pemimpinnya sendiri yang akan datang. Sepertinya hubungan mereka lebih dari sekedar atasan dan bawahan. Meskipun Dave memiliki penyakit buta wajah, dia tahu kalau Erik Wilson memakai kursi roda. Jika itu orang lain dan pria itu salah menyebut, mungkin kualitasnya menjadi pemimpin perlu di pertanyakan. Sebab, tak ada orang yang tahu mengenai penyakitnya kecuali Delon dan Kevin. “Haruskah aku menjamu dengan hormat, Tuan Beltran?” tanya Erik sambil menatap Dave penuh selidik. “Tak perlu, karena aku hanya ingin menjemput karyawan ku.” Dave juga memasang wajah dinginnya. Hal itu membuat Amelia frustasi setengah mati. “Aku harus bicara dengan Erik. Kau pergi saja,” usir Amelia sambil berbisik. “Tidak...” tolak Dave secepatnya. “Bos... kau menyusahkan.” Amelia tersenyum saat Erik terus menatapnya. “Projek kami akan di bicarakan lebih menyeluruh lagi. Besar kemungkinan bukan Amelia yang mengurusnya.” Semakin Dave membuat alasan. Erik semakin penasaran dengan hubungan mereka berdua. “Aku sudah memutuskan untuk menerima Amelia sebagai pewawancara ku,” finalnya dengan tegas. Tak sia-sia aku masuk rumah ini dengan melewati lubang anjing. Aku memang membawa keberuntungan. “Terimakasih... aku akan bekerja dengan profesional,” kata Amelia segera mengeluarkan suaranya, takut kalau Dave menolak berkah itu. “Mel...,” geram Dave tak terima. “Aku permisi dulu... ingin bicara dengan Bos.” Segera gadis itu keluar ruangan menuju ke teras depan untuk bicara dengan Dave. “Bos... ini pekerjaanku. Dan Rosa sudah melimpahkan semuanya,” kata Amelia menegaskan. “Mel... aku bisa meminta orang lain untuk mengurusi projek ini.” Amelia tak tahu Erik adalah orang yang kejam. “Bos... aku akan profesional. Jadi tenang saja.” Tetap saja Dave tak bisa menyetujuinya karena Amelia masih hilang ingatan dan tak tahu mengenai Erik. “Aku adalah bosnya. Dan aku sudah memutuskan kalau kau tak bisa mengambil projek ini.” Pria itu tetap kukuh dan dengan sewotnya dia masuk ke dalam ruangan kembali. Apa yang di lakukan Dave? Dia tetap akan membicarakan kembali dengan karyawannya mengenai projek mereka. Erik tersenyum menatap pemimpin penerbit itu karena tingkahnya di luar dugaan. “Kalau begitu, aku permisi,” pamit Dave, lalu membawa Amelia pergi. Seorang pelayan memberikan kartu nama padanya. “Terimakasih,” kata Amelia tanpa bersuara. Gadis itu tersenyum lebar. Biarlah di seret, yang penting mendapatkan hasil. Langsung saja kartu itu dimasukan ke dalam tas tanpa sepengetahuan Dave. Saat hendak masuk mobil, Alrich menghadang mobil mereka, lalu keluar. “Apa yang kau lakukan Dave?” Dia tak menyangka kalau Dave akan pulang secepat itu. Dan juga, kenapa Amelia di seret-seret seperti tahanan. “Aku akan pulang dengan Alrich,” kata Amelia berusaha melepaskan diri. Jangankan pulang dnegan Alrich, Dave malah mendorong tubuh Amelia dengan paksa masuk ke dalam mobil lalu menguncinya. Gadis itu menggedor-gedor pintu sambil berteriak. Dia melihat Alrich dan Dave bicara sambil menahan emosi. “Kau sudah punya Rosa. Jangan mengambil Amelia dariku.” “Al, bukankah kau tahu kalau hubunganku dengan Rosa hanya hubungan palsu.” Meskipun emosi, Dave masih bicara dengan tenang. “Aku sudah menyatakan perasaan ku terhadap Amelia,” kata Alrich dengan sombong. “Apakah Amelia sudah menerima perasaanmu? Jika belum, berarti dia masih sendirian.” Dave yakin kalau Amelia belum menerima perasaan Alrich, melihat gelagat temannya sudah jelas. “Aku lebih membutuhkannya dari pada dirimu.” Dave membenahi dasinya menunjukkan sikap arogan di depan Alrich yang tak bisa berbuat apa-apa. Pria itu masuk ke dalam mobil, bergegas meninggalkan tempat itu. Amelia yang lelah berteriak keras memilih diam. Sepanjang perjalanan, gadis itu bungkam. Kesal setengah mati karena ia merasa dikendalikan oleh Dave. Tapi setidaknya, Amelia mendapatkan hasil yang memuaskan. “Mel... aku harap kau tak marah padaku.” Entah kenapa Dave takut kalau Amelia kecewa terhadapnya. “Seharusnya kau berlama-lama di luar kuta,” cibirnya pelan tanpa di dengar oleh Dave. “Apa kau bilang? Bicaralah lebih keras agar aku mendengarnya.” Dave melirik sekilas ke arah Amelia, lalu dia menghentikan mobilnya mendadak. “Kenapa berhenti?” pekik Amelia dengan kaget. Dave menatap gadis itu dnegan tajam. Bulir keringatnya yang jatuh dengan bibir merah menggoda. Sejak kapan wajah itu terlihat jelas? Entah Dave tak tahu iyu? Yang jelas pria tersebut merasa kecanduan dengan wajah Amelia. “Jangan menatapku dengan pandangan aneh.” Amelia merasa posisinya dalam bahaya saat ini. bayangkan saja, Dave terlihat seakan memakannya hidup-hidup. “Karena kau indah,” ucap Dave tanpa sadar. Dia gila! Bagaimana bisa Dave yang membenciku berkata seperti itu. Pasti otaknya sudah ke masukan udara atau air. Dave mencondongkan tubuhnya untuk menatap Amelia penuh selidik. Dia menelan ludahnya banyak kali hingga terlihat jakunnya naik turun. Entah kenapa tangan Amelia terangkat menyentuh leher pria itu tanpa sadar, mengelusnya sambil mengamati jakun yang naik turun. Tahukan Amelia kalau perilaku itu membuat hasrat Dave memuncak. Elusan yang lembut membuat Dave memejamkan mata karena sensasi yang luar biasa. Sensasi aneh yang membuat seluruh tubuhnya merinding. Wow... jangan membayangkan karena pasti tak sanggup. Aku tak menyangka leher pria ternyata sangat seksi. Benar-benar membuat Amelia lupa diri karena terlalu menikmati indahnya leher Dave yang menggairahkan karena terlihat menggoda. Semakin elusan itu berlangsung, maka Dave semakin tersiksa dan terlena. Tersiksa karena keenakan dan terlena karena menikmati. “Apakah kau begitu menyukainya?” tanya Dave dalam kondisi yang sulit di tahan. Jujur pria itu menahan semuanya yang sudah meluap sampai ubun-ubun. Jantung yang terus berdugun-dugun tiada henti hingga akan hilang akal. “Iya. Sangat seksi dan juga menggairahkan,” jawab Amelia tanpa sadar. Dave mengepalkan tangannya dengan kuat. Sungguh dia tak tahan lagi mendapatkan perilaku seperti itu. Tangan kananya pun bergerak melepas sabuk pengamannya. Segera dia langsung menerjang gadis itu hingga memekik kaget. “Apakah kau sadar, apa yang kau lakukan?” tanya Dave dengan hasrat yang memuncak. Kedua tangan pria itu memegang bahu Amelia cukup erat. Kenapa aku bisa berpikir seperti itu? batin Amelia yang sudah mulai sadar. Gadis itu ingin segera keluar dari situasi yang berbahaya tersebut. Lihat mata Dave yang menatapnya garang, seperti kelaparan. Di dalam hati Amelia terus mengatai dirinya sangat bodoh. Mana ada gadis yang tahan dengan leher seksi, tentu tak ada. Dia pun normal dan memuja leher seksi seorang pria, terlebih pria hot seperti Dave. Tiada yang bisa menolak pesonanya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD