July dan Lian sedang bersiap untuk pergi ke makam Ramon. Mereka memakai stelan serba hitam dan juga payung berwarna hitam. Keduanya berjalan ke luar rumah sambil beriringan. Silaunya matahari membuat Lian membuka payungnya dan membenarkan kaca mata hitam yang bertengger manis di antara kedua matanya.
July mengambil alih payung itu dengan lembut, kemudian menatap Lian yang terus berjalan lurus ke depan. Ia merasa sangat senang karena gadis itu mau keluar rumah dan menghirup udara segar. Setidaknya, perubahan kecil ini perlu di kembangkan secara perlahan.
“Udaranya sangat sejuk.” July mengawali pembicaraanya agar Lian tak diam membisu. Itu adalah langkah awalnya untuk membawa gadis itu seperti dulu, ceria dan hangat.
Lian tetap diam dan terus berjalan menghiraukan omongan July. Ia menatap sekeliling jalan yang merupakan kenangan kebersamaan bersama Ramon.
“July,” panggil Lian sambil menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah July. “Aku ingin pindah di dekat tempat kita kerja.”
July langsung mengangguk setuju dengan usul Lian. Lingkungan yang baru akan membawa dampak baik bagi gadis itu. “Aku akan mengurus semuanya. Kau bisa tinggal di apartemenku.”
“Terimakasih, aku selalu merepotkanmu.” Lian kembali melangkahkan kakinya berjalan lurus ke depan diikuti oleh July yang berada di sampingnya.
Lalu lalang orang yang sedang berjalan menatap ke arah mereka dan berbisik satu sama lain karena pakaian yang dikenakan. Keduanya tak ambil pusing dan membiarkan semua orang seperti angin lalu.
Tak lama kemudian, mereka sampai di persimpangan jalan sepi. Ada dua orang wanita yang keluar dari makam menatap ke arah kedua gadis itu, kemudian berhenti tepat di depan mereka.
“Lian Annabela atau dengan nama pena Anna,” panggil salah satu dari mereka. Lian mengambil nafas panjang, memilih untuk menghindar dan terus melanjutkan langkahnya.
“Jika kau tak menyuruh Tuan Krish datang setelah perjalanan bisnis, dia tak akan berakhir seperti itu!” teriaknya dengan sangat keras membuat July langsung menjawab.
“Diam! Atas dasar apa kalian menghakimi Lian sampai seperti ini!” July tak terima jika Lian di salahkan.
“Karena dia egois, Tuan Krish meninggal. Dia tak pantas jadi kekasihnya.” Gadis itu menangis, sementara Lian terus berjalan sendirian masuk ke dalam makam.
“Dengar!” tunjuk July ke arah kedua gadis itu, “Aku tahu kau diam-diam mencintai Ramon. Mana ada karyawan biasa bertingkah seperti ini!” July melipat kedua tangannya dengan bergaya sedikit sombong.
“Aku memang mencintainya. Cintaku tulus, tidak seperti Lian.” Gadis itu mengusap air mata yang terus menetes. Sedangkan teman yang ada di sampingnya mengajaknya untuk pergi dari tempat itu.
“Diam...! Biar aku yang membicarakan semuanya,” tolaknya dengan kasar sambil melepas pegangannya. Gadis yang ada di samping itu pun akhirnya pergi begitu saja tanpa memperdulikan apa yang akan selanjutnya.
“Temanmu sudah pergi... sebaiknya kau juga ikut pergi,” usir July dengan nada sinis. Ia tahu bahwa gadis itu selalu menempel ria dengan Ramon. Bisa di bilang dia adalah gadis penggoda. Untung saja Ramon adalah pria yang sangat setia dan mencintai Lian dengan tulus.
“Atas dasar apa kau mengusirku!” teriaknya tak terima.
“Jangan kau kira aku tak tahu apa yang kau lakukan kepada Ramon. Beruntung kau tak masuk penjara karena Ramon adalah pria baik hati.” Gadis itu pernah memasukan obat perangsang ke minuman Ramon saat pesta ulang tahun perusahaan yang dikelola pria itu.
Gadis itu pun langsung kaget, diam membisu tak berkutik sama sekali. Ia kemudian menunduk seperti padi dan terlihat lesu.
“Kau tahu, obat yang kau berikan bisa membuat Ramon meninggal. Beruntung ada Lian yang selalu siaga membawa ramuan, sehingga dia bisa selamat.” Keluarga Lian terkenal dengan pembuat ramuan alami untuk mengatasi berbagai penyakit. Hanya saja, gadis itu tak pernah membuka praktek untuk menjalankan bisnis keluarga setelah orang tuanya meninggal.
Tubuh gadis itu langsung gemetar setelah mendengar ucapan July. Lututnya terasa lemas dan kemudian memilih untuk jongkok sambil menangis tersedu.
“Renungkan kesalahanmu. Lian lebih baik darimu.” July pergi meninggalkan gadis itu sendirian sambil menghela nafas panjang. Orang yang jatuh cinta seperti gadis barusan dibutakan oleh ambisi yang menutupi hatinya. Cinta yang semula suci di nodai dengan perilaku kejahatan.
“Kasihan sekali dia. Mencintai seseorang yang jelas sudah memiliki kekasih,” gumam July sambil berjalan masuk ke dalam makam.
Dari jauh, July melihat Lian yang berdiri di depan makam Ramon. Punggung gadis itu terlihat sedikit membungkuk tanda sedang menahan sesuatu. July pun mempercepat laju kakinya agar cepat sampai. Ia kemudian meraih tangan gadis itu dengan erat.
“Kau hebat, Lian,” puji July dengan senyum hangat membuat Lian juga tersenyum. Gadis itu pun mengusap air mata temannya yang terus mengalir.
“Terimakasih, July.” Lian kembali tersenyum, kemudian menatap nisan Ramonkembali. Semua yang di katakan July memang benar, seorang yang sudah tiada tidak mungkin bangkit kembali. Semua yang di gariskan oleh Tuhan, tak dapat diubah sama sekali.
“Setelah keluar dari makam ini, kau akan menjadi Lian yang baru.” July memberi semangat untuk Lian.
“Benar... aku akan menjadi Lian yang baru tanpa Ramon di sisiku.” Lian mengambil sesuatu di sakunya, lalu menaruh tepat di atas nisan. Sebuah cincin berlian berwarna putih yang sangat indah dan elegan.
Setelah menaruh cincin itu, Lian mengajak July untuk kembali. Cincin yang tadinya berada di atas nisan jatuh begitu saja dan masuk ke dalam tanah. Bayangan putih tersenyum dari jauh, melambaikan tangan kepada mereka berdua.
Langkah kaki Lian pun berhenti, kemudian menoleh ke tempat mereka berdiri tadi. Gadis itu kemudian tersenyum.
Takdir di antara kita sudah sampai di sini, Ramon. Aku akan berusaha keras untuk kembali seperti dulu dan membuat cerita di atas kertas putih, batin Lian.
Lian melanjutkan langkah kakinya mengejar July yang sudah berada di pintu masuk. Ia tidak tahu, bahwa bayangan putih selalu mengawasi dirinya sampai benar-benar keluar makam. Setelah kedua gadis itu pergi, bayangan putih itu menghilang begitu saja di udara.
Kupu-kupu berwarna emas pun muncul mengitari makam. Cincin yang tadinya tenggelam masuk ke dalam tanah muncul ke permukaan. Hewan emas itu mendekat ke cincin, lalu hinggap di atasnya. Tidak lama kemudian, cincin itu menghilang seperti di telan bumi bersamaan dengan kupu-kupu emas tersebut.
'Aku akan membuat keajaiban seperti cerita dalam dongeng. Kau yang akan jadi pemeran utama nantinya,' kata seseorang wanita menggema di udara. Angin sejuk berhembus seakan mendukung perkataannya. Pohon-pohon ikut bergoyang memberi saksi untuk menantikan kabar baik selanjutnya.
Lian yang sedang berjalan pulang tiba-tiba merasa dingin sekaligus merinding. Tanpa sadar, gadis itu memegang tubuhnya sendiri. July melihat ada yang tak beres dengan gadis itu.
“Ada apa? Apakah kau baik-baik saja?” July menatap lekat wajah Lian yang terlihat cemas. “Katakan sesuatu... jangan diam saja!” rasa cemas datang merayap padanya.
“Aku merasa, akan ada hal yang aneh di masa mendatang.” Firasat Lian tak pernah salah. Sebelum Ramon meninggal, ia juga merasakan hal yang sama.
“Tidak akan terjadi hal buruk, Lian.” July mencoba untuk menenangkan Lian yang terus menatap ke arah langit. Tanpak kupu-kupu berwarna emas sedang melintas di depannya.
Mata Lian langsung melotot, tak berkedip sama sekali. Ia kemudian mengusap kedua matanya berulang kali, takut kalau yang dilihat hanyalah imajinasi.
'Tak mungkin... hewan seperti itu hanya khayalan semata, batin Lian terus menolak dengan keras'.
BERSAMBUNG