Bab 37

1114 Words
Alrich begitu gelisah karena Amelia tak kunjung datang juga. Hal yang ada di otaknya saat ini adalah mencari keberadaan gadis itu. setiap sudut toilet sudah di carinya, tapi tetap saja dia tak kunjung ketemu. Pria itu yakin pasti terjadi sesuatu dengan Amelia, mengingat setelah bangun dari koma, gadis itu sangat mudah menarik perhatian semua orang. Mata Alrich mentajam saat melihat beberapa pria berpakaian hitam bergegas menuju ke sebuah ruangan. Samar-samar, ia mendengar suara Lee Sun. “Tak ada untungnya kau menahanku.” Amelia masih mengulur waktu untuk memikirkan cara agar keluar dari ruangan itu. “Nona Amelia sangat cerdik, pantas saja Lee Sun kita sangat menyukainya.” Pria yang memakai hoodie itu ikut berdiri, menatapnya penuh selidik. Tentu saja Amelia sangat risih dengan tatapan itu. “Kau benar..., Drew,” tambah Lee Sun dengan santai. “Makanya aku ingin memilikinya.” Amelia tak bisa menganggap situasi yang di alami sekarang sangat enteng. Zen, Drew, dan yang terakhir pria yang lebih suka kesenangan, tapi banyak kejanggalan, yaitu Samuel. Tentu pemimpin gengnya adalah Lee Sun. Dua orang serius, satu orang bersikap layaknya hidung belang. Di antara mereka berempat hanya satu orang yang perlu di waspadai yaitu dia. Mata gadis itu terus menatap tajam ke arah Samuel yang sedang asik bermain dengan dua gadis tanpa memperdulikan sekitar. Lee sun kesal karena di abaikan oleh Amelia. Dengan kasar dia menarik tangan gadis itu untuk menjauh. “Dengar... kau milikku... jangan menatap pria lain selain diriku.” “Bawa aku keluar dari ruangan ini. Aku akan mempertimbangkannya.” Amelia tak punya pilihan lain selain meminta Lee Sun untuk mengeluarkan dirinya. Karena berada di dalam sekitar mereka sangat tak aman. “Bohong!” sentak Lee Sun. Pria itu masih dalam kondisi mabuk. Zen tak tahan dan langsung memukul tengkuk lehernya hingga pingsan. “Aku sudah membereskannya.” Amelia menatap mereka satu persatu lalu melihat Samuel mengusir dua gadis yang ada di sampingnya. Tak lupa dia meminta anak buahnya untuk membawa Lee Sun pergi dari ruangan itu. “Banyak orang mengira bahwa Lee Sun adalah pemimpinnya, tapi dengan mudah kau bisa membaca situasi.” Drew bertepuk tangan memuji kehebatan Amelia. Untuk seukuran gadis seperti Amelia, dia tak takut sama sekali. Aku pernah mendengar namanya. Tapi dimana ya? Gadis itu terlihat memikirkan sesuatu, membuat Samuel tertarik kepadanya. “Aku akan melepaskanmu.” “Benarkah...,” tanggap Amelia begitu cepat. “Tapi, dimasa depan aku akan bertemu lagi denganmu.” Samuel mengambil jas hitamnya lalu mendekati Amelia. “Tunggu aku. Besar kemungkinan kita akan terus berhubungan.” “Cih, siapa juga yang mau berhubungan denganmu.” Samuel tersenyum, mengelus rambut Amelia dengan lembut. “Kita pergi sekarang.” Dia pergi bersama dua orang lainnya. Jadi, ketika pertama kali mereka bertemu, dia sengaja bertindak bodoh untuk mengamatinya. Samuel dan antek-anteknya pun keluar kafe lewat jalur rahasia. “Zen, berikan ini kepada Hisao.” Pria itu memberikan sehelai rambut milik Amelia kepadanya. “Aku butuh hasil cepat dan akurat. Tak lupa ia mencabut rambutnya sendiri, dan juga mengeluarkan sesuatu yang ada di balik jasnya. “Baik, Tuan,” jawab Zen mengangguk patuh. Samuel yakin seratus persen, bahwa Amelia ada hubungan dengannya. Dialah orang yang di cari selama ini. “Aku akan melindungi mu, meskipun dari jauh sekalipun. Sementara itu, Alrich mencari cara untuk masuk ke ruangan di mana Amelia berada, tapi ketika dia sedang membawa beberapa orang, gadis itu sudah keluar terlebih dahulu. “Mel...” Amelia menoleh dengan wajah yang sangat lega. “Aku hampir mati. Sumpah, mereka benar-benar berbahaya.” “Kita pergi dari sini,” ajak Alrich bergegas meninggalkan kafe itu. “Maafkan aku. Kencan kita jadi gagal.” Gadis itu merasa bersalah atas semua yang baru saja terjadi. “Tak apa. Masih ada waktu lain. Kita pulang saja.” Mereka memutuskan untuk kembali ke apartemen. Anak buah Samuel terus saja memantau pergerakan gadis itu, tak lupa dia juga mengabadikannya untuk di jadikan bukti, lalu mengirimnya kepada sang tuan. Samuel yang menerima foto itu langsung meminta Drew untuk mencari tahu siapa pria yang bersama Amelia. “Aku tak menyangka kalau Amelia yang di maksud adalah Amelia Caroline.” Banyak nama Amelia Caroline, dan pastinya Samuel mengira Lee Sun membicarakan Amelia yang lain. “Lalu, apa yang harus kita lakukan, Tuan?” Samuel sudah memeriksa latar belakang Amelia dan juga orang-orang yang berhubungan dengannya. Informasi yang di terima cukup cepat karena mempunyai detektif handal. Jadi, dalam waktu sekejap dia bisa menemukan asal-asul orang yang di maksud. “Hidupnya sangat miris. Tinggal di panti asuhan. Di adopsi oleh orang tua kaya, tapi selang dua tahun orang tuanya meninggal. Sejak saat itu, keluarga Beltran yang mengurusnya. Sayang sekali keluarga Beltran juga mengalami kecelakaan di hari yang sama, tapi beda waktu.” Silsilah Amelia begitu rumit sampai Samuel tak puas dengan informasi yang di terimanya. “Gali lagi lebih dalam, waktumu satu jam.” Jika benar dia adalah Dea, maka aku akan melindunginya “Deandra Rosmillen Xander,” gumam Samuel di dengar oleh Drew. Nama itu adalah nama tabu yang tak boleh di ucapkan dalam keluarga Xander. Pasti ada hubungannya dengan Amelia. Gadis itu memang bukan gadis biasa. Apartemen Luxury, rumah Amelia Amelia bersandar di punggung sofa menatap langit kamar untuk mengingat wajah Samuel dan dua orang lainnya. Gadis itu langsung mengeluarkan catatan untuk menulis nama-nama mereka. “Kau yakin... dia memiliki sesuatu.” Daya ingatnya cukup tinggi sampai ia bisa menghafal semua aksesoris yang di pakai oleh orang lain. Satu hal yang membuat Amelia penasaran, yaitu pin wajah singa yang ada di jasnya. “Tidak mungkin dia mafia!” pekiknya tertahan. “gawat... hidupku dalam bahaya.” Belum kelar mengurusi dua pria lainnya, muncul pria aneh lain yang mengusik hidupnya. “Aku harus lebih dekat lagi dengan Alrich untuk melindungi diriku sendiri.” Amelia memutuskan untuk bersikap egois demi hidup yang nyaman di dunia entah berantah itu. Dia tak sanggup lagi kalau harus memeras otaknya jika menambah satu musuh lagi. “Aku harus tidur, karena besok waktunya berperang.” Perang yang di maksud Amelia adalah perang melawan nenek sihir Rosa yang telah memberinya pekerjaan. Dan besok jiga, ia harus bertemu dengan Dave untuk meeting. “Sial! Aku tak suka ini!” erangnya frustasi. Sedangkan Dave yang sedang duduk tenang mendapatkan kabar mengejutkan dari keluarganya. Pria itu pun bergegas menuju ke atas gedung untuk menunggu helikopter pribadi miliknya. “Apakah kau yakin mau pergi sekarang, Bos?” tanya Delon memastikan. “Karena aku tak punya pilihan lain. Kau awasi Amelia dan juga kabari aku jika ada sesuatu tentangnya.” “baik,” jawab Delon sedikit enggan. Kenapa juga selalu Amelia? Sejak Dave memikirkan gadis itu, pikirannya jadi tak fokus. Memang benar, aura Amelia sangat berbeda, seperti membawa kehidupan baru dan juga menarik perhatian, khususnya pria Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD