Bab 36

1157 Words
Tessa berjalan gontai dengan wajah kuyu dan sayu menuju ke rumah Rosa. Baginya dunia sekarang tak ada lagi hidup yang tersisa. Meskipun dia berusaha keras untuk melupakan kehormatan yang direnggut oleh Lee Sun, tapi tetap saja jiwanya tak bisa menerima. Gadis itu merasa tertelan oleh kegelapan, berjalan dengan pandangan kosong menerobos hujan malam. Bunyi petir yang terus menggema dihiraukannya. Orang-orang yang kehujanan berlari menjauh untuk berlindung, tapi tidak dengannya. “Kenapa?” gumam Tessa sambil meneteskan air mata. Ia hanya ingin hidup dengan kekayaan melimpah, makanya ikut dengan Rosa sebagai tangan kanan. Akan tetapi semua yang dilakukan tidak sebanding dengan pengorbanannya. Ternyata nasibnya lebih buruk dari Lea yang hanya di skor seminggu oleh perusahaan. “Aku lelah...” Tessa terus berjalan menerobos hujan yang begitu lebat. Lea yang tidak sengaja melihat gadis itu pun langsung menghampirinya dengan membawa payung. “Kenapa kau berjalan di tengah hujan yang deras, Tes?” tanya Lea terus menatap gadis itu penuh selidik. Wajah pucat pasi dengan mata sembab, di iringi gumaman yang terus keluar dari mulutnya. “Dia tak mendengarkan ku.” Lea memutuskan untuk membawa Tessa ke rumahnya. “Gantilah dengan pakaian ini.” Tessa tetap diam, tak bergeming sama sekali, malah dia merangkul tubuhnya sendiri. “Jangan... aku tak mau. Kotor... sangat kotor.” Lea diam sejenak, melihat reaksi Tessa yang jiwanya terguncang. “Apa yang terjadi, tes? Kenapa kau seperti ini?” “Dia m*****i ku... pria itu merenggut segalanya. Aku bodoh...,” isak Tessa tertahan. Jiwanya memang terguncang, tapi masih bisa di arahkan. “Tes,” panggil Lea sambil mengangkat dagu gadis itu. “Lea.” Tessa langsung memeluk Lea dengan erat. “Maafkan aku. Maaf karena telah merendahkan mu.” “Apakah ada sesuatu yang menimpamu? Sepertinya kau terguncang.” Lea paham ikut dengan Rosa tidaklah mudah sama sekali. Ketika tidak berguna, maka akan langsung di tendang. “Bagaimana aku menjalankan hidupku setelah ini? Aku melakukan kesalahan besar. Rosa ingin reputasi Amelia hancur, tapi aku yang kena. Sepertinya, aku kena karma.” Wajah Tessa terlihat bingung dan juga merasa bersalah. Tidak hanya itu, dia juga menyebutkan nama Lee Sun berulang kali. Lea dapat menarik kesimpulan, bahwa Tessa telah dinodai oleh Lee Sun. Bisa di pastikan rencana Rosa gagal, dan dia telah di buang. “Tidurlah di sini dan tenangkan pikiranmu. Jangan menemui Rosa terlebih dulu.” Tessa hanya mengangguk lemah dan berterimakasih kepada Lea atas kebaikannya. Mereka berdua sudah menjadi korban Rosa. Di masa depan kemungkinan juga bisa menjadi bumerang bagi gadis itu. Kafe Luxury Alrich dan Amelia memutuskan untuk minum kopi di kafe dekat dengan apartemen, tentu saja masih kawasan Luxury. Untuk sekian kali, gadis itu menghela nafas dengan kasar. “Al, kalau aku pindah, apakah mungkin?” “Pindah rumah!” seru Alrich tak percaya. Bukankah Amelia sangat menyukai dekorasi Apartemen Luxury, tapi kenapa dia minta pindah. ‘Apakah kau yakin mau pindah?” “Tentu saja. Aku tak betah berada di sana.” Tak betahku ada mereka berdua, Ken dan Dave, lanjutnya di dalam hati. “Sayangnya kawasan sekitar kantor dan juga beberapa apartemen milik Luxury,” ucap Alrich sambil menyesap kopinya perlahan. Gila benar... Dave sangat kaya dong... selain menjadi CEO penerbit, dia juga memiliki bisnis properti, pekik Amelia dalam pikirannya. “Carikan aku rumah kecil yang sederhana. Aku benar-benar ingin pindah.” Menjual rumahnya di kawasan Luxury sangat mudah, tentu banyak pembeli yang berminat. Alrich merasa semakin hari gadis yang ada di hadapannya benar-benar berbeda, bukan Amelia yang dulu lagi. “Aku akan mencobanya.” Alrich senang jika Amelia pindah, tentu ia juga akan pindah. Hidup bersama di rumah sederhana bukankah itu menyenangkan. “Kau memang yang terbaik,” seru Amelia sangat girang. Alrich tahu Amelia begitu tertekan dnegan keberadaan Ken dan Dave di sekitar rumahnya. Untung saja ia juga ikut pindah. “Al... aku pergi ke toilet dulu.” Gadis itu langsung bergegas ke kamar mandi, sayangnya di tengah perjalan ia menabrak seseorang. "Kalau jalan pakai mata!” bentaknya cukup keras. Mata mereka beradu dan Amelia terkejut bukan main. Kenapa aku sila sekali? “Amelia...,” panggil Lee Sun cukup lembut. Bau anggur di mulutnya menyebar keluar membuat gadis itu di landa pusing. “Kau banyak minum,” kata Amelia sambil mengibaskan tangannya. Kenapa di kafe mahal ada orang macam Lee Sun. Seharusnya dia minum di klub malam. “Aku memesan ruangan VVIP untuk menikmati pesta kecil-kecilan. Kau ikutlah denganku.” Dengan lancang, Lee Sun menarik lengan Amelia untuk langsung dibawa ke ruangannya. “Lepaskan aku... kau sangat tak sop-.” Perkataan Amelia berhenti saat memasuki ruangan itu. Banyak gadis cantik dan seksi, tak lupa beberapa pria muda. Amelia melepas tangan Lee Sun dengan cepat. “Ini bukan tempatku. Aku harus pergi.” Kafe Luxury ternyata menerima pelanggan yang menyediakan jasa plus-plus seperti klub malam, sungguh menjijikkan. Apakah Dave tak tahu akan hal ini? “Tunggu... aku akan mengenalkan mu dengan temanku.” Lee Sun kembali meraih tangan Amelia. “Dia ini adalah gadis yang aku ceritakan. Cantik bukan?” “Kau terpesona dengan gadis biasa seperti dia! Sungguh tak masuk akal,” kata pria yang memakai kaca mata hitam sambil merangkul kedua gadis di sampingnya. “Kurang seksi.” Aku! Kurang seksi! Matanya juling kali. Meskipun Amelia merasa tak nyaman berada di ruangan itu, tapi tetap saja dia merasa terhina. “Jangan menghinanya!” Lee Sun menarik kerah pria itu. “Samuel... sepertinya aku terlalu memanjakan mu.” Pria yang bernama Samuel itu membuang muka ke arah lain. Amelia pun penasaran dengan dua pria yang lain. Pria yang memakai kaos hitam duduk dengan santai, sementara pria yang memakai hoodie terlihat acuh. “Oke.. aku salah,” kata Samuel dengan pasrah. “Hanya seperti itu... tak seru sama sekali,” gumam Amelia lirih. Padahal ia ingin sekali melihat adegan live perkelahian antara dua orang pria. Nah ini tak sesuai dengan harapannya. “Lebih baik aku pergi.” Mendengar langkah kaki Amelia menjauh, Lee Sun langsung memanggil para penjaganya yang berada di luar untuk menghalangi gadis itu. “Lee Sun! Apa yang kau lakukan?” pekiknya tertahan. “Itu artinya nona tak bisa pergi dari ruangan ini.” Pria berkaos hitam itu bangkit. “... selamat datang di dunia kami, Nona Amelia Caroline.” Sialan... aku terjebak. Sepertinya identitas Lee Sun bukan main-main. Apa yang harus aku lakukan? Ini gila.... Amelia begitu frustasi dengan keadaan yang di alaminya sekarang. Jika Lee Sun tahu bahwa ia telah menjebaknya, semua akan berakhir sudah. “Hentikan ocehanmu, Zen.” Lee Sun berjalan menghampiri Amelia yang memiliki ketenangan dalam menghadapi masalah yang dihadapai. “Jika orang biasa, pasti merasa ketakutan menghadapi banyak pria dan juga orang sepertiku.” Sebenarnya Amelia juga takut, tapi dia berusaha bersikap dengan tenang. Yang dilakukan saat ini adalah membaca situasi. “Inilah kenapa? Aku begitu menyukainya, karena dia berbeda.” Bahaya, Lee Sun sangat bahaya. Dia bukan orang biasa jika berwajah seperti itu, bak ular yang siap memangsa buruannya. Tenang, Mel. Kau bisa mengatasi situasi ini dalam waktu singkat Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD