Dave merasa menolong Amelia tadi di depan semua orang tidaklah berguna sama sekali. Ternyata gadis itu sangat kuat, bisa menangani hebohnya publik dengan santai. Pria itu sedikit kesal karena Amelia menolak bantuannya.
Dulu, gadis itu selalu merengek minta bantuan jika ada masalah. Tapi semuanya sekarang berubah pasca kecelakaan. “Di masa depan, aku akan bertindak di balik layar.” Entah kenapa Dave begitu peduli dengan gadis itu. Apakah mungkin karena penyakit yang di deritanya?
“Untuk mencari tahu, aku harus mendekati Amelia.” Dave memutuskan untuk dekat dengan gadis itu guna menelusuri sejauh mana kesembuhan penyakit buta wajah yang deritanya.
Ketika melihat Amelia datang ke kantornya kemarin, wajah gadis itu terlihat jelas tapi hanya beberapa detik. Saat melihatnya lagi, durasi kejelasan wajah bertambah. Tapi, hanya wajah Amelia saja yang terlihat.
Karena keasikan melamun, Dave tak menyadari kalau Delon sudah berada di depan meja kerjanya. “Bos,” panggilnya sudah sebanyak tiga kali. Bahkan pria itu juga mengibaskan tangannya tepat di depan waja Dave, tapi tak ada respon sama sekali.
“Bos!” Kali ini dengan nada suara tinggi hingga Dave tersentak kaget.
“Apa kau gila!”
“Kau melamun tak jelas, Bos! Aku sudah memanggilmu sebanyak tiga kali.” Delon duduk dnegan kasar, merubah sikap dan cara bicaranya yang melambai-lambai itu menjadi jantel.
“Di masa depan, jangan membuat hal seperti ini lagi.” Dave melirik sekilas ke arah Delon. “Apa ada kabar?”
“Lee Sun ingin bertemu karena kau tak segera memberinya editor,” kata Delon memulai pembicaraannya. “... ada berita penting selain itu.”
“Untuk Lee Sun, suruh Rosa yang menangani. Aku tak ingin dia terlibat dengan Amelia.” Dave mengambil remote pintu otomatis miliknya. Setelah memencet salah satu tombol, ia bangkit menuju ke jendela kaca. “Katakan padaku, apa berita pentingnya?”
“Sepertinya, Ken sangat tertarik dengan Amelia. Dan juga, dia tadi datang ke devisi biografi.”
Padahal Ken tak pernah sekalipun datang ke devisi biografi. Entah dorongan dari mana dia berubah pikiran. “Bukankah kau bilang dia berhubungan dnegan Rosa?”
“Mereka memang menjalin hubungan. Tapi karena Rosa sudah menjadi tunagan mu, hubungan mereka kandang.”
“Sial! Sampai kapan aku terlibat dalam pertunangan konyol ini?” Dave lelah jika harus berurusan dnegan Rosa setiap harinya.
“Gampang, Bos,” kata Delon sambil melipat kedua tangannya. “Kau bisa membuat Amelia jadi kekasihmu.”
“Apakah kau gila? Alrich sangat menyukai Amelia?” Dave tahu kalau Alrich menyimpan rasa pada gadis itu. Dapat dilihat dari gelagatnya.
“Amelia sudah berubah, Bos. Pasti dia mau menjadi pacarmu. Bisa jadi pacar kontrak,” usul Delon tanpa pikir panjang lagi. “Kau kaya, tampan, hebat. Kurang apa coba?” Dia terus memprovokasi Dave.
“Kau benar,” ucap Dave sambil mengangguk pelan. Mengikat Amelia dengan surat kontrak tentu tindakan itu akan dilakukannya. Amelia yang sedang dibicarakan untuk sekian kalinya pun bersin-bersin.
Alrich yang perhatian langsung memberikan tisu kepadanya. “Sudah aku bilang, kalau sebaiknya kau tetap di rumah.”
Amelia melipat kedua tangannya, mengabaikan itikad baik dari Alrich. Gadis itu kesal karena pria tersebut tak mau jujur padanya. Melihat rekasi negatif dari Amelia, Alrich tahu kalau dirinya telah salah.
“Maafkan aku,” melas Alrich. Pria itu terus menyodorkan tisu itu meski tangannya sudah capek. Amelia melirik sekilas, mengambil tisu itu dengan cepat.
“Kalau kau menutupi ini lagi dariku, aku akan marah beneran,” katanya tanpa sambil membuang muka.
“Aku berjanji.” Pria itu mengangkat kedua jarinya. “Aku akan memabntumu menyelesaikan ini.” Dia mengambil beberapa berkas dengan wajah senang.
Amelia menggelengkan kepala melihat tingkah Alrich yang seperti anak kecil. Gadis itu pun mengambil pena yang ada di gelas. “Aku ingin melihat, siapa yang telah membuatku dalam masalah hari ini.”
Dengan tersenyum semirik, dia melakukan kegiatan tanpa ada orang yang menyadari. Bukan lagi wajah terkejut yang di dapat, melainkan wajah bosan. Amelia yakin bahwa orang yang melakukan tindakan pencemaran nama baiknya adalah Rosa. “Jalur hukum atau beri tahu tunangannya.”
Di masa depan, Amelia tak ingin berurusan dengan Dave dan juga Rosa. Entah kenapa, firasatnya buruk jika terlibat dengan mereka. “Hais... sampai kapan aku harus berpura-pura menjadi Amelia.”
Jujur saja, dia rindu dengan kesehariannya menjadi Lian. Rindu menulis, rindu pula dengan July yang cerewet selalu menasehatinya. “Untuk kali ini, aku akan bersikap baik membiarkannya begitu saja. Tapi, jika dia berulah lagi aku tak akan segan-segan.”
Gadis itu mengirim video tersebut ke ponselnya, lalu bergegas pergi menuju ke ruangan Dave. Alrich yang melihat itu hendak bangkit, tapi niatnya di urungkan, takut kalau Amelia marah padanya.
Wajah Amelia terlihat dingin ketika sudah sampai di depan ruangan Dave. Dia mengetuk pintu pelan, lalu masuk begitu saja. Dua orang pria yang sedang saling bicara itu menoleh. Wajah Delon yang tampak kemayu itu membuatnya sedikit risih.
“Bos, aku pergi dulu,” pamitnya kepada Dave di angguki pelan. Delon berjalan melintasi Amelia begitu saja tanpa menoleh.
Ada apa dengannya? Cemburu? Ah... Aku tak ingin terlibat dengan manusia macam itu.
Amelia tersenyum, “Aku ingin bicara denganmu, Bos.”
“Jika tak penting, lebih baik keluar.”
Apa dia marah karena masalah tadi? Aku hanya tak ingin dia ikut campur saja.
“Ini perihal masalah tadi pagi. Jika aku melakukannya lewat jalur hukum? Apakah kau setuju?” Walau bagaimanapun Rosa adalah tunangannya, tentu saja Dave harus memberi keputusan. Dia juga tak ingin di anggap sebagai gadis tidak punya hati nurani ataupun pelakor.
“Apa yang kau dapat?” Dave masih tenang. Jujur dia kesal dengan sikap Amelia tadi pagi.
Amelia mengirim video yang ada di ponselnya. “Jika aku mengirim ke forum perusahaan, tentu akan menjadi kehebohan masal.”
Dave tak berkata apa-apa hal itu membuat canggung bagi Amelia, bahkan wajahnya terlihat dingin.
Apakah aku salah? Gawat... aku tak mungkin di pecat bukan?
“Kau keluar... aku akan mengurusi masalah ini.”
Keputusan Dave membuat Amelia bingung. Seharusnya, dia langsung saja mengirim video itu ke forum perusahaan biar kelar sudah.
Namanya juga tunangan. Ya wajarlah
“Ini pertama dan terakhir, Bos. Di masa depan, jika dia berulah, aku akan bertindak sesuai dengan hukum. Terus terang saja, apa yang dia lakukan sangat merugikan ku.”
Sudah cukup Amelia berbaik hati, ia tak ingin berpikir rumit lagi. Prioritas utamanya saat ini adalah mencari tubuhnya.
“Kau bisa keluar,” kata Dave dingin membuat Amelia acuh dan pergi begitu saja. Setelah gadis itu benar-benar pergi, tangan pria itu terkepal kuat. Bisa-bisanya Rosa bertindak seperti itu? mencoreng nama baik orang lain? Ayah dan anak sama saja.
“Jika aku membuat Amelia menjadi kekasihku, dia pasti akan bertindak lebih gila lagi.”
Dave tak ingin membuat semuanya jadi rumit, tapi perkembangan penyakit yang di derita berhubungan dengan Amelia. “bagaimana caranya membungkam Rosa?” Dia lelah harus berjalan di atas duri, selalu saja berbohong mengenai perasaannya.
Pria itu mengeluarkan ponsel, menulis sesuatu lalu di kirim ke Delon. Pria yang mendapat pesan tersenyum, bergegas pergi ke tempat Tessa berada, tak lupa dia melakukan aksen layaknya gadis sungguhan.
“Apakah kau melihat Tessa?” tanya Delon kepada salah satu staf editor.
“Ada di ruangan Nona Rosa. Kau bisa ke sana, Del,” kata karyawan itu.
“Terimakasih, Cantik.” Delon hendak melangkahkan kaki, tapi Tessa sudah keluar ruangan Rosa. “Tessa!” Ia melambai-lambaikan tangannya. Tessa terlihat gugup, tapi dia bersikap biasa. Padahal dalam hatinya ketar-ketir.
“Ada apa?”
“Ini,” kata Delon sambil menyodorkan berkas yang di bawanya. “Kau menangani penulis Lee Sun.”
Mata Tessa berbinar cerah seketika membuat semua orang yang mendengar berita itu saling pandang satu sama lain, merasa tidak adil.
“Aku senang bos memilihku mengurusi naskah penulis terkenal!” pekik Tessa kegirangan, merasa menang lotre.”
“Hanya itu saja. Aku pergi. Lakukan tugasmu.”
Awalnya Delon yang akan memberikan naskah Lee Sun kepada orang lain, tapi karena permintaan Dave, jadi dia hanya melakukan tugasnya saja.
“terimakasih, aku akan mengerjakan dengan baik!” seru Tessa dengan bahagia. Siapa yang tak senang dengan projek yang menguntungkan. Di samping itu, sang bisa percaya padanya. Tentu itu bisa menjadi jembatan karirnya di masa depan.
Tessa saja tak tahu kalau dia sebenarnya terperangkap oleh permainan Dave. Entah apa yang ada di otak pria itu, Delon sendiri juga tidak tahu.
Nasibmu sangat malang, Tes. Kau menyinggung orang yang salah. batin Delon sambil terus melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan itu.
Bersambung