Napas Ivy memburu. Tangannya bergetar, berusaha untuk meluapkan sesuatu yang ingin meledak dari dalam dirinya. “Sayang, kamu nggak apa-apa? Nggak ada yang luka, kan?” Saat mata Ivy terbuka, tatapannya langsung beradu dengan manik gelap lelaki yang ia sebut suami. “Aku udah bilang jalannya hati-hati aja, kan? Kamu yang nggak dengar. Kamu mau kita celaka, hah?” Marah Ivy. Bagaimana tidak? Hampir saja mereka meregang nyawa karena kecerobohan Kenan dan sifat egois lelaki itu yang tak mau mendengarkannya. “Aku benar-benar minta maaf. Tapi nggak ada yang-” “Ah …” Ivy mengaduh, memegangi perutnya sambil meringis. Kenan pun panik dibuatnya. “Kamu kenapa? Perutnya sakit?” tanya Kenan. Ia ingin menyentuh dan memeriksa perut istrinya itu. Namun, Ivy melarang. “Udah, ayo jalan! Aku nggak mau bi