Gue bukan tipe manusia yang percaya sama mitos. Apalagi hal-hal gila seperti yang sering terjadi di sinetron. Ah,gue gak masuk akal sama yang begituan. Kalau sempat itu terjadi,gue bakalan menjadi orang pertama yang ngelakuin hal itu.
Selepas ketiga sejoli ini tau bahwa nomor yang mereka hubungi bukanlah nomor kakak kelas bernama Aldo yang mereka kenal,dengan cepat Bonita kembali ke rumah.
"Jangan-jangan kak Rara udah menghubungi tuh nomor lagi! Ah sial! Masakan kakak gue yang dapet enaknya! Tapi tunggu! Kalau tadi gue kasih karena tuh nomor ialah nomor tukang galon air,berarti kak Rara manggil dia tukang galon dong? Hhahaah... Kasihan tuh kak Aldo. Tapi tunggu,kak Rara itu tipe cewek yang absurd. Apa mungkin dia malah ngatain sesuatu yang aneh? Aarghh.."
Sepanjang perjalanan,Bonita selalu menghela nafas panjang. Dia tak habis pikir atas apa yang terjadi. Bagaimana kalau Rara mengatakan sesuatu yang mengganjal? Atau dia marah-marah sama Aldo karena terjadi sesuatu? Ahhh,Bonita menarik rambutnya frustasi.
"Minggir pak!" Katanya lalu cepat keluar sambil membayar ongkos. "Makasih ya pak!" Bonita berlari secepat yang dia bisa.
"Semoga kak Rara belum nelpon tuh cowok!"
Bonita sampai di gerbang rumah dan langsung membukanya. Dia berlari kedalam rumah sambil berteriak memanggil Rara.
"Kak Rara!"
"Sudahlah, intinya anda salah sambung! Saya bukan member galon Kehausan. Maaf," Bonita menghentikan langkahnya ketika mendengar suara khas milik Aldo yang sedang menjadi lawan telpon kakaknya.
"Sial nih cowok! Asal matiin sepihak!" Umpat Rara kesal dalam hati sambil memandang gawainya kesal.
"Lantas,kalau bukan tukang galon,siapa dia?" Rara bertanya sendiri sambil Memutar-mutar pisau di tangannya.
"Mampus gue! Tuh kan! Kak Rara udah nelpon tuh cowok! Apes dah!"Bonita memukul jidatnya ngeri. Rara dengan ekspresi bego masih gak sadar dengan kedatangan adiknya itu. Bonita melangkah perlahan hendak berbicara dengan kakaknya.
Tiba-tiba Rara berteriak sekuat tenaga. Memecahkan keheningan yang sempat terjadi beberapa detik yang lalu. "YAK! SIAPA NIH COWOK? APA BONITA NGASIH NOMOR OM-OM GENIT SAMA GUE? EKSPRESI BONITA TADI AJA SEPERTI SEDANG m***m! APA JANGAN-JANGAN?"Rara berekspresi seperti melakonkan sebuah adegan menegangkan dalam sinetron Indonesia.
"Kak!" Panggil Bonita yang mengejutkan Rara sampai dia menjatuhkan pisau ditangannya.
Tlenggg
Mungkin terkejut tanpa bersuara, gadis yang sedang memegang pisau itu menjatuhkan pisau di tangannya. Dia spontan bergerak cepat menghindarkan kakinya dari pisau tersebut. "Untung gak kena!" Katanya kesal.
"Kak! Siapa yang barusan kakak telpon?" Tanpa basa-basi Bonita mendekati Rara lalu hendak mengambil ponselnya.
"Eits,anak ingusan! Lo kira gue mau aja ngasih nih ponsel sama Lo? Eh, elo tu yah! Kalau mau kegenitan,ga usah lebay! Nomor siapa yang elo kasih ke gue? Nomor siapa? Hayo,Lo mau ngebet om-om kan?" Rara yang berteriak bercampur kesal menggoda Bonita dengan mencolek pipinya.
Bonita kesal dengan segala pertanyaan dan kelakuan dari Rara. "Om-om genit? Jangan salah sangka deh kak! Balikin kertas tadi! Gue susah payah dapet tuh nomor!" Katanya sambil berusaha meraih kertas tadi dari tangan Rara.
Rara mengangkatnya keatas,sehingga susah diambil. "Gue tambah yakin Lo memang mau ngebet om-om genit!" Katanya ketus.
"Gue gak peduli! Balikin nomor itu sekarang!" Bentak Bonita tak terima.
Rara menatapnya curiga. "Gak bakal! Gue yang bakalan ngebet tuh om-om! Enak banget Lo! Sana!"
"Kak Rara! KAK RARA!!"
Nihil,Rara keburu kabur membawa tuh kertas beserta ponselnya. Sedangkan Bonita berteriak kesal dengan perbuatan kakaknya itu.
"Cari gebetan lain!" Teriak Rara dari kamar atas. Tepat setelah itu, terdengar suara pintu tertutup rapat.
Duarrrr
Dasar jomblo akut!
***
Sepulang dari sekolah,cowok dengan jaket abu-abu itu memakai helmnya. Helm yang selalu dia bawa kemana saja . Tiba-tiba seorang gadis SMP dengan pakaian rapi menahannya di tengah lapangan.
"Mm?" Dia mengangkat sebelah alisnya. Gadis itu menatapnya penuh harap.
"Kak? Perkenalkan saya Bonita . Saya adalah koordinator acara panitia Pentas Seni sekolj. Kata ibu Dita minta nomor kakak untuk tanya jawab tentang pensi kelas dua belas nanti." Kata gadis itu lembut, nyaris tak terdengar.
"Ibu Dita? Ooh,kamu anak SMP yang mau sharing sama saya ya?" Katanya ramah.
"Iya kak," Jawab Bonita antusias. Cowok itu pun mengeluarkan ponsel lalu menyebutkan nomornya. Gadis didepannya menulis dalam sebuah kertas dengan sangat hati-hati.
"Udah. Makasih ya kak atas nomornya. Kemungkinan nanti saya akan menghubungi kakak menanyakan perihal acara yang akan kita adakan." Katanya sopan.
"Ah iya. Tapi kenapa ga sharing langsung aja?" Balas cowok dengan tinggi 178 cm tersebut sedikit curiga. Bonita menarik nafas dalam-dalam.
"Bu Dita dimana?" Tanyanya lagi yang langsung membuat gadis itu seketika mati kutu.
Bonita menatapnya canggung. "Bu Dita? Beliau sedang di dalam ruangan BK kak." Jawabnya grogi.
Aldo,cowok yang sedang berada didepan Bonita mendekatkan wajahnya kepada wajah Bonita. "Ternyata sudah datang ya? Soalnya tadi kakak datang kesana beliau katanya sedang rapat diluar kota." Katanya menyelidiki. Meskipun sebenarnya dia hanya menggertak. Dia sendiri barusan bertemu dengan beliau sepulang sekolah tadi.
Bonita ingin lari secepatnya. Jarak mereka berdua cukup membuat jantungnya berdetak dua kali lebih kencang. Dia merasa kepalanya seketika kosong dan tak tahu harus berkata apa.
"Bu Dita? Iya kak. Dia sudah datang. Udah dulu ya kak. Takut beliau menunggu. Dadah!" Bonita langsung berlari kencang secepat yang dia bisa tanpa menoleh kebelakang. Jantungnya berdetak cepat dan kakinya mendadak lemas.
"Aneh! Ditanya gitu kok lari! " Kata Aldo keheranan. Dia hanya mengerutkan keningnya melihat Bonita yang benar-benar berlari maraton.
"Ah sudahlah!"
Kembali dia melanjutkan jalannya menuju motor hitam yang terparkir di parkiran sekolah.
Di sekolah mereka,Yayasan Pendidikan Mars, SMP dan SMA bergabung dalam satu lingkungan sekolah. Yang membedakan hanya gedung mereka berhadapan. Selain itu,seragam mereka warnanya berbeda walaupun bentuknya sama semua.
Aldo menyalakan motornya lalu melaju dengan cepat. Membelah jalanan dan menuju suatu tempat.
***
"Akhirnya kamu datang,cucuku!" Seorang pria tua dengan tongkat berwarna hitam ditangan kanannya menyambut kedatangan Aldo didepan gerbang rumah. Aldo memberhentikan motornya tepat didepan pria tersebut.
"Halo lelaki tua!" Sapa Aldo dengan kekehan jahilnya. Dia turun, melepaskan helmnya lalu memeluk pria yang barusan dia katakan tua.
"Kau cukup tinggi sekarang ya? Kakek gak nyangka ternyata kamu bisa juga tumbuh. Ayo masuk! Nenekmu sudah memasak rendang daging kesukaanmu." Ajak Dadang,kakek Aldo yang sangat akrab dengan cowok itu .
"Ayo kek,eh pria tua." Balas Aldo sambil tertawa lepas. Mereka berjalan menuju rumah dan menemui Lesiana,nenek Aldo yang jago masak dan lembut perawakannya.
"Sudah besar ternyata." Sama seperti Dadang,Lesi juga terkejut dengan perkembangan Aldo yang sangat besar dibandingkan tiga tahun lalu ketika mereka terakhir bertemu.
"Ayo duduk!" Mereka bertiga duduk diruang tamu yang cukup besar. Aldo langsung menyerbu cemilan yang ada diatas meja. Tak lupa meneguk air putih yang ada disampingnya.
"Ahhh, lega!" Aldo merasa lega setelah air itu menjalar di seluruh kerongkongannya.
Drrttttt
Ponselnya tiba-tiba berdering. Aldo mengangkatnya. "Permisi kek,nek,palingan guru saya mau menanyakan soal pensi sekolah." Katanya sopan hendak meminta izin mengangkat ponsel itu.
Keduanya tersenyum. Masih saja Aldo menempelkan ponselnya pada telinga, sungguh terkejutnya dia ketika mendengar suara seorang perempuan yang sangat keras.
"Halo,"
"Halo,ini siapa ya?"
"Saya manusia biasa yang sedang kehausan berat. Alamat jalan mahoni raya no 1. Simpang tiga masuk dalam. Jangan lama dan jangan banyak tanya. Oke!"
Tutttttt
Aldo melihat ponselnya sambil menaikkan salah satu alis.
Aneh bener tuh orang! Gak tau entah siapa tiba-tiba nyebutin alamat! Kehausan berat? Siapa peduli? Heran gue!
"Siapa Aldo?" Tanya Dadang ketika melihat cucu tunggalnya keheranan setelah menerima panggilan barusan.
Aldo tersadar. "Ah, gatau siapa kek. Tiba-tiba bilang dia manusia biasa yang sedang kehausan berat. Setelah itu nyebutin alamat lengkap. Aneh! Aldo gak pernah kenal itu nomor siapa. " Jawabnya heran.
Lesi mendekatkan diri kepada Aldo. "Siapa tau dia gadis yang suka sama kamu? Jangan sombong Aldo,respon saja baik-baik." Katanya lembut.
Respon baik-baik? Tunggu! Apa jangan-jangan dia cewek tadi yang minta nomor gue?
"Kalau dia gadis baik hati,pintar,tidak ceroboh,bijak dan tulus menerima kamu apa adanya, kenapa gak kamu respon saja?" Timpal Dadang.
Aldo masih kepikiran dengan yang terjadi barusan. Eh Dadang dan Lesi malah makin buat pusing!
"Ah kakek dan nenek setiap jumpa pasti bahasnya itu mulu! Cari topik lain napa sih?" Ujarnya kesal.
Lesi menutup mulutnya seperti baru salah mengatakan sesuatu.
Perempuan aneh!
???
Beberapa jam berlalu. Ketiga orang ini sudah tertawa terbahak-bahak dengan pembahasan mereka. Kali ini Lesi menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Dadang.
"Jadi kakek sama nenek ketemu di tempat telepon umum? Kok bisa sih kakek gak tau cara menggunakannya? Hahhaha... Untung nenek baik orangnya." Kata Aldo merasa lucu.
Dadang mendekatinya. "Tapi itu sebenarnya alasan kakke,supaya bisa berbicara dengan nenekmu ini. Setelah kejadian itu,kakek mulai melakukan pendekatan. Yah tegur sapa bila bertemu,malam Minggu kakek kerumahnya datang sambil main gitar. Yah siap itu ajak jalan-jalan,dan ungkapin perasaan." Jelasnya serius .
Lesi tertawa sambil memukul lengan Dadang. "Kakekmu ini Aldo,dia itu pandai berbicara basa-basi dengan kakek buyutmu. Padahal,beliau itu sangat cuek dan dingin. Tapi bisa diluluhkan sama dia." Lesi menatap mesra Dadang lalu mereka tertawa berdua. Dadang mencolek pipinya lesi gemes .
Sedangkan Aldo hanya tersenyum tak mengerti.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
Drrtttttt
"Halo!" Sapa Aldo santai . Kembali telinganya merasa sakit lantaran orang lawannya berkomunikasi mendadak teriak hingga melampaui batas nada manusia.
"Halo!
Ini tukang galon air Kehausan kan? Kok galon saya ketuker sih? Ini bukan punya saya! Anda tolong kemari dan ganti punya saya dengan yang asli! Gimana sih,udah langganan kok masih aja salah! Saya haus banget nih,tapi ini bukan galon saya, saya tidak mau meminum air yang bukan air saya! Rasanya kayak ada asin-asinnya gitu!"
Aldo melihat ponselnya kesal.
Ini nomor yang sama.
Aldo memijat keningnya pelan,menahan emosi atas orang yang dia tidak kenal dan sekarang meneleponnya dengan suara nyaring."Halo, sebelumnya saya juga mau tanya,ini siapa ya? Kok bilangin saya tukang galon air? Maaf,anda salah orang." Jawabnya terdengar santai, padahal hatinya benar-benar badmoood sekarang.
"Loh,tapi ini nomor yang dikasih seseorang yang katanya adalah nomor tukang galon air. Kamu pasti mengigau! Gara-gara saya minta tukar!" Ngototnya lagi.
Aldo menghela nafas panjang. Kali ini rasa kesalnya sudah tak tertahankan lagi. Tapi,dia berusaha untuk santai."Sudahlah, intinya anda salah sambung! Saya bukan member galon Kehausan. Maaf,"
Tuttuttut..
Aldo memutuskan sepihak. Dia melihat nomor tadi dan mencek semua nomor di hapenya. Ternyata tidak ada riwayat kalau nomor ini pernah dia simpan.
Satu hari yang melelahkan.
"Nomor yang tadi? Sudahlah Aldo, mungkin dia adik kelas yang lagi naksir sama kamu! Hihihi," Goda Dadang jahil.
Aldo langsung menunjukkan ponselnya. "Ini nomor yang tidak Aldo kenal kakek,dia malah manggil Aldo tukang galon air,trus marah-marah. Barusan dia telpon lagi malah nyolot kayak knalpot bocor. Aldo kesal jadinya." Katanya sambil mematikan ponsel itu.
Lesi tertawa lepas. "Hati-hati loh Aldo,bisa saja hal yang gak sengaja kayak gitu malah jadi jodoh." Katanya santai.
"Jodoh!!! Ah nenek jangan gitu dong! Aldo belum ada niat begituan. Udahlah,Aldo mau makan. Ayo makan,biar pulang." Hardik Aldo sambil berjalan menuju ruang makan.
Lesi dan Dadang bertatapan. Mereka seakan memberi kode lalu mengangguk paham.
"Tunggu nenek," Teriak Lesi sambil berjalan mengejar Aldo.
Aldo yang masih kesal tapi berusaha disembunyikan hanya berjalan cepat lalu duduk dengan rapi.
Kalau aja gue bisa tau ini nomor siapa? Gue bakalan kasih pelajaran! Kesal gue! Jodoh? Ah,itu mah mitos.
Kesal banget dah,gue hari ini.
***