Katanya beberapa hal yang gak disengaja itu bakalan berujung dengan kenyataan yang pahit. Lantas, bagaimana denganmu? Ketika aku juga tanpa sengaja mengenalmu?
Rara POV
Hari yang sangat benar-benar begitu amat sangat ah segalanya yang berlebihan untuk hatiku yang buruk dan membosankan. Hari-hari yang sudah dari 16 tahun kujalani namun tak ada faedahnya sama sekali. Aku punya dua orang sahabat,namanya Alexandra,kupanggil dia Lesi. Ntah kenapa,aku suka aja dengan nama itu. Aku juga punya seorang teman baik laki-laki.Namanya Mahendra,kupanggil dia Dadang. Karena aku juga suka dengan itu.
Yap,saat ini aku berjalan di atas aspal hitam yang terbakar. Rasa panas itu cukup terasa melewati molekul-molekul sepatuku. Untung telapak sepatuku tidak terlalu kandas,kalau tidak? Mungkin telapak kakiku sudah meleleh tergesek aspal.
Aku berjalan santai,pelan,cukup tak terlalu cepat untuk kalangan anak sepertiku. Karena rasa bosan,seperti saat aku menulis cerita ini,kupasang headset ku dan kuputar lagu kesayangan ku berjudul let's kill this love,by Blackpink.
Ya, lagu dengan beat keren namun tak seirama dengan langkah kakiku. Lagu ini lumayan menggairahkan, sedangkan hidupku begitu memuakkan.
Ah sial! Kenapa mataharinya seakan lebih condong kepadaku ya? Dan semua silauan cahaya menuju kepadaku? Apa salah dan dosaku sayang? Janji suciku kau buang-buang? Jarang goyang..jarang goyang..
Hush! Kok lari kesitu sih? Aneh banget ah!
Next!
Jalan ini kok terasa makin jauh aja ya? Atau sudah terjadi fatamorgana? Aduh,disaat yang seperti ini,kenapa aku harus lagi merasa haus. Kenapa? Apa salah dan dosaku sayang? Janji suciku kau buang-buang? Jarang goyang! Jarang goyang!
Eh,hush! Aneh banget sih! Lagu Blackpink diputar kok ini yang keluar?
Apa karna gue haus kali ya? Ya ampun! Kok banyak sih rintangan melanda ? Tapi harus kuat. Apapun cobaannya. Sedikit lagi,kalau sampai kerumah,bakalan aku minum satu galon! Bertahanlah!
***
Author POV
Gadis itu masih tidak percaya dengan apa yang terjadi di rumahnya. Dia menyenderkan kepalanya kepada galon kosong yang tidak bernyawa. Eskpresinya saat ini benar-benar kacau! Antara marah,haus,kesal ataupun tak percaya.
"Bonita! Sini Lo!" Panggilnya setengah berteriak. Dia sudah tak mampu lagi untuk mengamuk dengan heboh.
Adiknya datang dengan wajah berseri-seri. "Apa kak?" Tanyanya santai.
Gadis itu,ah ralat. Dia punya nama. Namanya Rara Sonata. Dia memandang wajah adiknya itu lemas.
"Kenapa galon kita gak Lo isi? Gue haus banget!" Katanya sambil mengelus-elus leher. Galon disini artinya adalah air minum.
Bonita memandangnya aneh. Bercampur rasa jijik dan iba.
"Gue juga baru balik kali kak, mana sempat beli aer! Eh tapi tenang dulu! Mama sama papa pernah kasih nomor tukang galon dekat simpang rumah sama aku!" Katanya semangat. "Tunggu,Bonita ambil dulu." Dia berlari menuju ruang tamu. Sedangkan Rara,gadis itu duduk dengan keadaan masih menelan ludahnya yang sudah mengental sambil meringis kehausan. Dia menunggu adiknya untuk mengambil nomor tukang jual air.
Tak berapa lama,dia datang. Adik manisnya membawa secarik kertas tanpa nama. Hanya sebuah nomor tanpa ada keterangan apapun.
"Yaudah,panggil gih! Gue haus banget loh!" Punya Rara sangat memohon.
Bonita menatapnya curiga. "Bukannya kakak ada pulsa? Bonita gak ada pulsa. Telpon aja sendiri. Dadah,Bonita ada janji sama temen! Dah!" Ucapnya santai sambil meletakkan secarik kertas itu ke tangan Rara kemudian berlari menuju pintu luar.
"Dasar kutu beras! Bonita! Bonitaaa!" Panggil Rara sekuat tenaga. Tak ada tanda-tanda Bonita akan kembali. Tidak ada gunanya jika membiarkan dirinya menunggu lagi. Sambil mengumpat kesal,gadis itu mengambil ponselnya lalu mengetik nomor sesuai yang dia terima.
Drrttttt
"Halo,"
"Halo,ini siapa ya?"
"Saya manusia biasa yang sedang kehausan berat. Alamat jalan mahoni raya no 1. Simpang tiga masuk dalam. Jangan lama dan jangan banyak tanya. Oke!"
Tuttuttut
Rara memutuskan sepihak. Dia berjalan menuju sofa ruang tamu lalu berbaring. Menunggu air galonnya datang.
"Aish lama bener tuh air,gue udah dehidrasi banget. Awas aja kalau ada masalah lagi!" Ucapnya lemas lalu menutup matanya untuk tidur sejenak.
***
"Bonita! Ini kita!" Teriak salah satu gadis dari seberang sana. Bonita yang baru saja turun dari angkot langsung menyebrang menuju arah mereka. Ada dua gadis disana.
"Gue udah dapat!" Kata Bonita terlihat begitu bahagia. Dia berteriak sambil melambaikan tangan dengan gembira.
"Udah? Hore! Ayo kita hubungin!" Sorak seorang yang lain. Mereka pun berjalan mencari tempat yang agak sepi.
"Gue yakin dia pasti angkat!" Ucap Bonita yakin. Gadis ini terlihat sangat antusias terhadap sesuatu.
Kedua gadis didepannya juga mengangguk setuju. Bonita pun mengambil secarik kertas yang berisi sebuah nomor dan ponselnya. Mereka melihat secarik kertas itu seperti melihat sebuah kertas emas yang berkilauan.
G.K.
"Apa tuh? G.K? Bukannya nama tuh cowok Aldo ya?" Tanya gadis yang tadi memanggilnya.
Bonita berpikir sejenak. Mencoba mengingat apa alasan kata tersebut.
"Ah, mungkin gue salah nulis! Kita hubungin aja ya. Sabar!" Katanya sembari mengetik nomor itu. Dia menekan tombol 'panggil' lalu mendekatkan ponsel itu ketengah-tengah mereka.
Drrttttt
"Masuk! Guys,gue gak nyangka kita bakalan dengerin suara bass kak Aldo!" Heboh mereka semua.
"Halo,ada yang bisa kami bantu? "
"Halo kak Aldo! Selamat siang. Ini Bonita,adik kelas kakak."
"Halo Bonita. Rumah kamu dimana? Jalan apa? Nomor berapa? Pesan berapa? Simpang apa?"
"Loh,kak Aldo jualan barang ya?" Tanya Bonita kepada dua orang temannya dengan berbisik.
Mereka semua menggeleng tak tahu.
"Loh,ini kak Aldo kelas sebelas IPA satu kan?" Tanya Bonita meyakinkan bahwa yang saat ini mereka telpon adalah Aldo sang kakak kelas pujaan hati.
"Oh,maaf! Adek salah sambung! Ini saya Aldo tukang galon air Kehausan. Abang kira adek mau pesan air galon!"
Deg
"Hahahaha" Sontak mereka semua tertawa. Bonita kembali memeriksa kertas yang dia pegang.
G.K
"Galon Kehausan? Ah iya? What the hell? " Tiba-tiba gadis itu berdiri dengan ekspresi kaget. "Mampus gue!" Katanya sambil memikul jidat.
"Halo,siapa yang di kampus? Tinggal di kampus ya? Di anterin ke kampus?"
Ternyata sambungan belum terputus. Bonita memandang ponselnya geram.
"Alamat jalan mahoni raya no 1 simpang tiga. Jangan lama ya bang,kakak saya udah mau ninggal karna kehausan. Oke"
"Oke,halo...halo.."
Tutttttt
Pernah sakit ..tapi tak pernah sesakit ini, karna pernah cinta.. tapi tak pernah sedalam ini, aku ingin semua cintamu hanya untukku,namun ku tak rela... Kau bagi dengan cinta lainnya..
"Bon?Bonita? Jadi gimana dong? Kalau ini nomor tukang galon air,jadi nomor kak Aldo sama siapa?" Bonita disadarkan oleh pertanyaan temannya.
"Sama siapa? Sama siapa? HAH! APA JANGAN-JANGAN?"
***
TING TONG
"Permisi,tukang galon air! Permisi!"
Lelaki itu menekan tombol bel beberapa kali. Karena tak ada sahutan dari dalam. "Halo!" Panggil nya lagi.
Didalam rumah,ada Rara yang sedang tidur dengan posisi kaki mengangkang,kepala kelantai, tangan terlentang,bahkan ngiler udah panjang. Kebiasaan buruk seorang gadis bila tidur di sofa.
"Permisi,halo!" Dari luar masih terdengar suara orang memanggil.
"Jangan lama ya bang,kakak saya udah mau ninggal gara-gara kehausan."
"Hah!Apa udah ninggal ya? Karna kehausan? Mampus! Apa yang harus dilakukan? Permisi? Apakah yang didalam udah meninggal?" Kembali si cowok bersikeras memanggil pemilik rumah yang dia pikir sudah 'meninggal' di dalam rumah.
"Permisi,apakah di dalam masih hidup?" Suara dari luar yang sangat kuat tiba-tiba membangunkan Rara dari tidurnya.
"Hm,apaan sih itu? Hah? Siapa yang meninggal?" Rara cepat-cepat berlari kearah pintu rumah sambil membersihkan wajahnya ketika berlari.
Cekrekkk
Pintu terbuka.
"Astaghfirullah!" Cowok itu melompat kebelakang sangking terkejutnya gara-gara melihat keadaan Rara yang mengenaskan.
"Siapa yang ninggal pak?" Tanya Rara ikut kaget. Dia melihat cowok itu dari atas sampai bawah. Hingga matanya terbelalak melihat sebuah benda berwarna biru berada didepan pintu.
Galon air.
"Ya Tuhan! Akhirnya kamu datang! Mama sudah lama menunggu mu!" Ucap Rara mendadak.
Cowok didepannya makin ngeri saat melihat Rara mencium ujung galon itu lalu memeluknya.
"Mbak? Harganya tujuh ribu. Galon mbak mana?" Tanyanya hati-hati.
"Tujuh ribu? Galon saya? Apa bapak bilang? Tunggu sebentar!" Jawab Rara terkesan horor. Dia masuk kedalam rumah sambil menutup pintu kuat.
Sang galon air hanya bisa mengelus d**a pelan ketika menghadapi cobaan seperti ini.
Krekkk
Pintu terbuka dan Rara keluar dengan uang tujuh ribu beserta sebuah galon. "Ini pak! Hati-hati!" Katanya pelan dan menakutkan. Kembali dia duduk sambil memeluk galon tadi.
"Baiklah,saya pergi dulu. Atau,mbak mau saya angkatkan ke dispenser mbak?" Cowok itu menawarkan bantuan.
"ENGGAK USAH! SAYA BISA SENDIRI!" Balas Rara dengan suara serak.
"Ya Allah!" Kembali cowok tadi mengusap dadanya mencoba tabah dengan pelanggannya yang satu ini. Perlahan dia mundur lalu berlari keluar dari areal rumah Rara.
Gadis itu melihatnya heran. "Dasar cowok aneh. Angkat dulu ahh," Diapun bangkit lalu mengangkat benda itu kedalam rumah. Setelah sampai didepan dispenser,dia kembali dibuat depresi.
"Gimana caranya gue angkat keatas? Udah berat? Dispensernya tinggi! Hoalahhh!" Sambil mengumpat kesal dia berjalan menuju dapur. Mencari pisau untuk membuka tutup galon air itu.
"Kok gak ada di meja ya? Atau di kulkas?" Tanyanya sendiri pada dirinya sendiri sambil membuka tutup kulkas.
Tiba-tiba..
Matanya merah tajam. Dia tak tau harus berkata apa lagi untuk satu hari yang sangat menguras emosinya.
"SIAL! Ternyata di kulkas ada air dingin! Kenapa gue kudu capek setengah mati menunggu galon air dan tidak kepikiran buat buka kulkas? KENAPA? TIDAKKKK"
Dan begitulah. Tanpa hitungan detik,dia susah menghabiskan satu botol air dingin . Setelah kenyang air,dia mengambil pisau lalu berjalan menuju galonnya dengan emosi berapi-api.
"Loh,ini kan bukan galon gue! Sialan tuh tukang galon!"
Rara makin emosi gara-gara melihat bahwa itu bukan galon mereka. Padahal memang begitu yang terjadi. Galon air di rumah akan diganti dengan galon yang diberikan oleh tukang galon air. Kembali dia mengambil ponselnya cepat-cepat lalu menghubungi nomor yang tadi dia panggil.
Tutttttt
Rara menunggu sambil memangku tangan . Merasa kesal dengan tukang galon barusan.
"Halo!"
"Halo! Ini tukang galon air Kehausan'kan? Kok galon saya ketuker sih? Ini bukan punya saya! Anda tolong kemari dan ganti punya saya dengan yang asli! Gimana sih,udah langganan kok masih aja salah! Saya haus banget nih,tapi ini bukan galon saya, saya tidak mau meminum air yang bukan air saya! Rasanya kayak ada asin-asinnya gitu!" Hardik gadis bertubuh satu meter kotor itu dengan seseorang yang sedang dia telpon.
Katanya tukang galon air.
Tak lama setelah gadis itu marah-marah gak jelas, akhirnya lawan teleponnya bersuara. "Halo, sebelumnya saya juga mau tanya,ini siapa ya? Kok bilangin saya tukang galon air? Maaf,anda salah orang." Jawabnya terdengar santai dari seberang sana.
Gadis tadi melihat kembali nomor yang dia panggil saat ini. Nomor tanpa nama yang dikasih oleh adiknya sewaktu dia minta. "Loh,tapi ini nomor yang dikasih seseorang yang katanya adalah nomor tukang galon air. Kamu pasti mengigau! Gara-gara saya minta tukar!" Ngototnya lagi.
Terdengar helaan nafas panjang diseberang sana. "Sudahlah, intinya anda salah sambung! Saya bukan member galon Kehausan. Maaf,"
Tuttuttut..
Sambungan diputuskan sepihak. Gadis itu masih memegang kertas putih berisi sederet angka berjumlah dua belas. Masih memikirkan jawaban dari lawan telponannya tadi.
"Lantas kalau bukan tukang galon,siapa dia?"
***