Part 2

1637 Words
Tak perlu menjadi burung agar kau bisa terbang di udara,cukup pakai pesawat maka kau akan menikmatinya. Tak perlu menjadi kupu-kupu agar terlihat cantik dan disukai oleh banyak orang,cukup jadilah pribadi baik yang bisa menjadi berkat. Tak perlu menjadi sempurna,agar aku bisa mencintaimu dan menjadikanku milikmu. Cukup jadilah apa adanya kamu ,dan sesuatu yang bisa mewujudnyatakan betapa besarnya rasamu padaku. Raih tanganku,dan kita bersama mengarungi bahtera kehidupan. Rara dengan earphone dan sapu ditangannya sedang asik membersihkan rumah. Dia selalu mendengar musik kapanpun merasa butuh. Enggak kayak adeknya,Bonita yang lebih suka dengan kedamaian dan ketenangan. "Kamar udah siap,cus bawah!" Kata gadis itu bersemangat lalu menuruni tangga untuk membersihkan ruang tamu. Hingga mendadak dia berhenti. "Loh, bukannya gue tadi udah bersihin nih ruangan ya? Ah masa? Gue inget atau lupa sih? Bersihin aja dah." Katanya sambil membersihkan kembali ruangan itu. Padahal,itu adalah ruangan pertama yang dia bersihkan. "Lanjut,dapur." Gadis itu membersihkan dapur. Namun,setiap kali dia membersihkannya,dia selalu merasa ada yang janggal . "Ini udah gue bersihin kali ya? Kok bersih?" Tanyanya sendiri pada dirinya sendiri. Nyatanya memang sudah. "Ah,gue gak inget. Lanjut kekamar dah." Katanya lalu pergi ke kamarnya. Dia heran. Kok ruangan kamarnya bersih? "Siapa yang bersihin ya? Kok gue gak inget? Ah, bersihin lagi ah." Dan kembali terulang. Dia membersihkan ruangan itu. Setelah merasa kelelahan,Rara mengembalikan peralatan kebersihan ketempat semula. Lalu kembali ke kamar. "Setelah semua bersih,gue akan mandi,trus belajar. Oke deh." Gadis itu menyusun jadwalnya diatas selembar kertas lalu meletakkannya di atas meja. "Kalau diatas meja,pasti gak kebaca. Mending gue buat di dekat pintu." Katanya sambil mengambil isolatif dan melengketkan jadwal itu dibelakang pintu kamarnya,supaya dia selalu ingat. Niatnya sih gitu. "Gue mandi ah," Rara mengambil handuk lalu masuk kedalam kamar mandi. Terdengar suara air keran mengalir. ??? "Aldo pulang!" Sapa cowok itu setelah melangkah di dalam rumahnya. Tika,selaku ibunya dengan senang hati menyambut kepulangan putra semata wayangnya itu. "Kamu udah pulang ya? Oh iya. Tadi Arleta datang, nungguin kamu! Tapi,kamu lama datangnya. Akhirnya dia pulang deh. Oh iya,dia juga bawakan kue coklat buatannya sendiri. Kamu harus coba ya!" Kata Tika bersemangat. Aldo memutar bola matanya jengah. Berapa kali dia harus mengatakan bahwa dia tak tertarik sedikitpun kepada gadis itu,Arleta. "Ma,Aldo masih capek. Lagipula kakek sama nenek buatin Aldo makan enak. Aldo masih kenyang. Mama aja yang makan. Udah ah,Aldo mau mandi dulu." Katanya sembari berjalan menuju kamarnya. "Kalau gitu,mama masukin kulkas,besok makan ya." "Hm,iya ma. Biar cepat." Aldo masuk kedalam kamarnya lalu menutup pintu dengan cepat. Dia menghela nafas panjang. "Emang ini zaman Siti Nurbaya? Kenapa gue harus dijodohin? Emang gue gak bisa gitu,ambil calon istri gue sendiri? Lagipula gue masih SMA. Apa hebatnya dijodohin masih kecil? Dasar orang tua!" Celoteh cowok itu kayak emak-emak kehabisan gula sama beras. Jujur,Aldo tidak suka dengan perjodohan ini. Bukan karena dia benci dengan Arleta,bukan! Tapi perjodohan dia rasa adalah cara yang salah untuk menyatukan dua insan yang akan hidup berdampingan sampai tua. Aldo berjalan gontai menuju kasurnya lalu merebahkan diri. Dia mengeluarkan ponselnya. Hingga tiba-tiba teringat akan kejadian tadi sore,sewaktu ada gadis yang meneleponnya dan memanggil dia tukang galon air. "Puft,darimana cocoknya,gue jadi tukang galon air? Lagipula,ini cewek rewelnya setengah gila! Buat penasaran aja." Dia membuka ponselnya lalu menghubungi nomor yang tadi membuatnya kesal. Drrtttttt Aldo menunggu. Kali pertama dia menunggu supaya panggilannya diangkat oleh orang lain. Sedangkan dirumah Rara,gadis itu masih menggosok gigi dan dipenuhi oleh busa sabun. Ponselnya yang bernada dering 'Bang Jali' seakan sedang konser dengan volume tinggi. "Anjir,siapa yang manggil gue? Oi,gue lagi mandi. Nanti gue angkat!" Teriaknya dari dalam kamar mandi. Padahal ponselnya di atas meja belajar. Rara kepedihan saat matanya terkena busa sabun,dia membilasnya lalu kembali menggosok gigi. Kembali kepada Aldo. Cowok itu hanya mendengar nada 'tuuttt' dari ponselnya. Dahinya berkerut lantaran orang yang dia panggil tidak juga mengangkat. "Kenapa gak diangkat ya? Atau dia takut gue bentak habis? Ah, sekali lagi coba." Katanya sambil memanggil lagi. Aldo benar-benar menunggu jawaban dari orang yang sedang dia panggil. Namun nihil,orang itu tidak juga mengangkat. "Tau ah,mending gue mandi dulu." Akhirnya dia nyerah deh! Aldo meletakkan ponselnya diatas meja samping kasur lalu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Rara,suara ponselnya yang bikin gak tahan membuatnya kesal didalam kamar mandi. "Woi! Siapapun yang nelpon gue sekarang,gue lagi mandi. Siap itu mau eek,jangan gangguin dulu Napa sih! Kalau penting,nanti gue angkat." Teriaknya dari dalam kamar mandi. Untuk apa dia teriak? Toh enggak ada yang dengar ataupun ponselnya gak bakalan mati. "Kalau masih bunyi,gue bakalan banting Lo nanti! Sibuk banget sih! Gue beol jadi gak jadi." Teriaknya kesal. Dia menunggu sebentar. Untunglah ponselnya sudah tidak berdering lagi. Rara pun melakukan hal yang barusan dia katakan. Siapa yang miscal gue ya? Kayaknya penting. Setelah itu Rara cepat-cepat keluar dan berpakaian. Dia langsung mengambil ponsel dan membukanya. "Loh,nomor yang dia bilang tukang galon air? Ngapain dia ngubungin gue?" Gadis itu keheranan melihat siapa orang yang telah menganggunya. Dengan inisiatif yang tinggi,dia menelepon balik nomor tadi. Drrttttt Suara ponsel Aldo berdering. Aldo yang memasang kerannya deras tidak mendengar sedikitpun. Dia sedang membasahi rambutnya. Bentuk tubuhnya yang six pack membuat air mengalir dengan pelan. "Kok gak diangkat sih? Sialan nih orang! Tadi gue diganggu mandi!" Berulangkali Rara mengumpat sambil terus memanggil nomor itu. Padahal orang yang dia panggil masih sibuk membersihkan diri. "Awas aja kalau nanti dia hubungi gue! Bakalan gue buat nyesal seumur hidup!" Karena tak kunjung dijawab, Rara memilih untuk berhenti memanggilnya. Gadis itu memakai lotion lalu membuat masker wajah. Rasanya terbalik. Kebanyakan orang memilih membuat masker wajah dulu,lalu mandi. Tetapi Rara memilih mandi dulu baru membuat masker. Memang tiap orang berbeda. Mau apa dia manggil gue? Apa jangan-jangan dia mau minta maaf? Oh,dia akan tau berhadapan dengan siapa. ??? Aldo keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepala dan di pinggang. Dia mengambil pakaiannya lalu memakai dan merebahkan diri di atas kasur. Tangannya bergerak otomatis mengambil ponselnya. Pertama dia menghidupkannya,lalu memasang kode sandi dan boom, matanya terbelalak melihat panggilan sebanyak 50 kali dari orang yang tadi dia hubungi. "Loh,dia miscal balik?" Dengan cepat,entah ada angin apa Aldo langsung menghubunginya. Tak ada satu menit,panggilan itu dijawab. Kali pertama jantung Aldo merasa gelisah. "Halo!" "Halo," "Ngapain Lo manggil-manggil gue segala? Gue tadi lagi mandi! Mau ngomong apa? Mau minta maaf? Lo kira minta maaf gampang? Apa sih mau Lo? Lo siapa sebenarnya? Lo mau ngapain?" Aldo terkekeh geli dengan pertanyaan konyol dari cewek ini. Sedangkan Rara,gadis itu berusaha ngomong sikit tapi gak terlalu vokal. Supaya maskernya gak pecah. "Gue mau tanya. Lo dapat nomor gue dari mana? Gue Aldo. Anak kelas sebelas IPA satu SMA Yayasan Pendidikan Mars. Gue mau ngomong baik-baik." Katanya Aldo santai. " Gue tadi kehausan berat. Lantas minta nomor tukang galon air dari adek gue. Eh,ternyata gue malah dikasih nomor ini!" Aldo mengangguk paham. Eh,kok cewek ini mendadak lembut? "Jadi,gue bukan tukang galon air ya. Oh iya,nama adek Lo siapa? " Tanya Aldo cepat. "Namanya Bonita. Dia SMP Mars juga." Bonita? Aldo teringat dengan seorang gadis yang mengaku meminta nomornya lantaran disuruh sama Bu Dita. Dan bodohnya,Aldo tau tuh guru lagi rapat. Eh,malah ngasih nomornya sembarangan. "Oke,gue akan cari tau. Btw,nama Lo siapa?" Deg-deg Rara melihat kembali ponsel yang dia pegang. Ini benar nomor tadi. Tapi,kok cowok itu gak semenyebalkan yang dia pikirkan ya? "Lo gak perlu tau siapa gue. Yang jelas,gue minta maaf karena udah salah sambung. Udah bilang kalau Lo itu tukang galon air. Dan terakhir,jangan ganggu adek gue! Jangan deket-deket sama dia! Gue tau Lo pasti playboy. Jadi,ini peringatan keras buat Lo!" Seketika Aldo mengekeh pelan. Nih cewek kok unik banget ya? Belum pernah jumpa udah ngatain Playboy? "Oke. Gue maafin Lo. Tapi,jangan gitu lagi yah?" Kata Aldo terdengar menggoda. Rara spontan berdiri tegak. Tanpa sadar maskernya pecah. Dia melihat ponselnya tajam. "Gila Lo! Sebenernya yang minta maaf itu elo! Bukan gue! Kok jadi elo yang maafin gue! Kan elo yang ganggu gue!" Rara memberontak keras. Aldo sejenak diam. Loh,kan tadi dia minta maaf? "Kan elo tadi yang minta maaf deluan. Ya gue maafinlah! Lagipula gue salah apa? Toh yang salah sambung elo,yang memfitnah gue nuker galon air Lo juga elo! Trus yang ganggu gue juga elo!" Akhirnya Aldo enggak kalem lagi. Dia ikutan berdiri karena kesalnya. Rara dan Aldo berdiri. Andaikan diedit,mereka seperti sedang berhadapan dengan ekspresi kesal satu sama lain,dan ponsel di dekat telinga masing-masing. "Kapan gue minta maaf? Kapan juga gue bilang Lo nuker galon gue? Ah,Lo ngaco aja! Udah ah,gue muak dengan pembahasan ini!" "Lo itu pura-pura lupa atau sok amnesia sih? Barusan Lo minta maaf,udah Lo pungkiri. Gimana sih Lo?" Mereka menunjukkan ekspresi mereka sendiri sambil menunjuk-nunjuk angin. Ingat,kalau diedit mereka seakan berhadapan dan saling menyalahkan. "Loh,gue yang lupa kok elo yang sewot! Terserah gue gimana orangnya itu bukan urusan Lo!" "Lo aneh banget tau gak? Ngeselin jadi orang!" Aldo langsung memutuskan hubungan. Dia mengerutkan keningnya lalu menatap layar hape itu jengkel. Tak ada berapa lama,dia membanting kan tubuhnya ke atas kasur. "Kali pertama gue jadi orang gila. Marah-marah sama cewek gak gue kenal trus mencapai titik kekesalan yang luar biasa." Sedangkan Rara, dia langsung meremas masker di wajahnya. "Halo, halo! Kok gadak suara! Lo takut sama gue? Halo!" Tak ada jawaban. "Halo,gue bakalan laporin Lo ke polisi." Tetap gak ada jawaban. "Halo,dasar b******k!" Untung Aldo gak denger. Rara melihat hapenya , alangkah terkejutnya dia melihat bahwa sudah lama ternyata Aldo memutuskan sambungan. Berarti dia dari tadi marah-marah sendiri,mencaci sendiri,bicara sendiri,bahkan mau melaporkan ke polisi juga sendiri. "Emang siapa yang bilang dia tukang galon air? Lucu banget!" Katanya yang membuat auto tiba-tiba ngakak karena Rara gak pernah ingat sama kejadian yang pernah dia alami. Gadis itu meletakkan hapenya pelan. Lalu melihat kekaca,dan makin kesal lantaran maskernya sudah rusak. "Dasar orang gila! Gara-gara dia gue jadi gak maskeran dengan baik. Ah,dasar!" Rara membersihkan wajahnya,lalu tidur bahkan dengan rambut basah. Sedangkan Aldo,dia menutup mata menenangkan diri lalu tak sadar bahwa dia sudah tidur juga. Berarti,selamat tidur buat mereka berdua. ***

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD