Pagi itu Rianto mengantarkan Stella menyekar ke makam nenek serta ayahnya. Letak makam tidak terlalu jauh dari rumah, namun cukup untuk membuat Stella kelelahan karena tidak ada cara lain menuju ke ke sana kecuali dengan berjalan kaki. Keluarga Buliknya tidak mempunyai sepeda apalagi sepeda motor, dan mereka tidak menemukan ojek sepeda motor di sekitar tempat tinggal sang Bulik. Untungnya, cuaca pagi itu terbilang cukup ramah, udara juga segar. Stella yakin, kalau dia harus menempuh jarak yang sama di Jakarta, dia bakalan mengomel panjang pendek. Begitu melihat kemunculan keponakannya yang diiringi anaknya, Bulik Gayatri menyambut dengan senyuman ramah. “Nah, kebetulan kamu sudah pulang, Stella. Duduk sini, istirahat dulu. Cicipi ini dulu,”