BERTEMU

1216 Words
Aku melamun di meja kerjaku. Konsentrasiku benar-benar pecah dengan masalah yang menimpa keluargaku. Bulan berkali-kali menelponku, tapi aku sengaja tak mengangkatnya karena aku malas berdebat dengan Bulan. Aku memegang kotak perhiasan yang berisi kalung. Aku membelinya saat dulu kita masih tinggal bersama. Aku ingat Bulan memintaku untuk membelikan kalung keluaran terbaru itu. "Sayang, bagus ya ?" Tanya Bulan. "Iya bagus." Jawabku. "Aku beli ini boleh ?" "Ambil sayang." "Makasih sayang." Kata Bulan sambil merangkul tanganku. "Sayang, Pelangi gak kamu belikan juga ?" Tanyaku. "Boleh, tapi jangan sama kaya punyaku ya ?" "Kenapa ?" "Untuk urusan perhiasan dan penampilan aku tidak ingin disamakan dengan Pelangi. Kamu mengerti kan sayang ?" "Oke." Entahlah, aku merasa kalung berwarna putih bermata merah itu juga cantik dipakai Pelangi. "Sayang, kamu masuk ke mobil dulu. Aku bayar dulu ya." "Oke. Aku tunggu di mobil ya, sekalian mau nyobain kalungnya." Kata Bulan sambil beranjak keluar dari toko perhiasan. "Mbak, yang seri tadi masih adakah ?" Tanyaku pada pegawai toko perhiasan begitu Bulan pergi. "Masih ada pak, tapi warna matanya beda, tapi untuk model sama pak." Jawab pegawai toko perhiasan. "Apa warna matanya ?" "Putih pak, sama dengan kalungnya." "Baik, saya minta tolong disimpankan ya, ini saya bayar sekalian. Tapi saya ambil besok. Bisa ?" "Bisa pak. Atas nama siapa ya ?" "Moondy Alsegara." "Baik, saya buatkan kuitansi untuk pengambilan ya pak ?" "Iya. Sekalian di total ya?" Dan dari hari itu hingga hari ini aku belum sempat memberikan kalung itu pada Pelangi. Aku sempat ingin memberikannya pada Pelangi saat kami mengucap ijab qabul kembali, tapi aku takut Pelangi tak akan menerimanya. Mengingat Pelangi marah besar saat mengetahui aku pergi ke toko perhiasan tanpa memberitahunya dulu. Klek .. Pintu terbuka tanpa adanya ketukan. "Sayang kemana aja? Kok kamu abai sama telponku?" Tanya Bulan yang tiba-tiba datang ke resto cabang Colomadu. "Ngapain kamu disini ?" Tanyaku menyelidik. "Mencarimu. Kamu tidak menjawab telponku dari kemarin." Jawwbnya sambil duduk di sofa ruanganku. "Aku sedang tidak ingin berbicara denganmu." Jawabku singkat dan tidak melihat ke arahnya. "Apa ini ?" Tanya Bulan sambil mengambil kotak perhiasan dari mejaku secara tiba-tiba. "Kembalikan !" Bentakku. "Kalung ini ? Untuk siapa ?" Tanya Bulan saat dia membuka kotaknya. "Pelangi." Jawabku singkat. "Aku gak asing sama kalung ini, ini mirip dengan milikku yang kamu belikan 3 taun lalu, atau jangan-jangan ?" "Iya, aku memang membelikannya untuk Pelangi." "Kamu kan tau aku tidak suka perhiasan dan penampilanku sama dengan Pelangi, kenapa kamu membelikannya untuk Pelangi ?" "Warna matanya berbeda, jadi tidak ada hal yang perlu kamu perdebatkan." Jawabku singkat sambil merebut kembali kotak perhiasan dan kalungnya. "Bawa sini dulu !" Pinta Bulan memaksa. "Tidak ! Darimana kamu tau aku disini ?" Tanyaku. "Dari Pelangi !" Jawabnya. Dan seketika itu membuatku berdiri dari kursi kerjaku dan mendekat ke arahnya. "Apa maksudmu dari Pelangi ?" "Apa aku salah menyimpan nomer maduku ?" Tanyanya lagi. "Kamu mencuri nomer Pelangi ? Apa saja yang kalian bicarakan ? Hah ?" Tanyaku menyelidik. "Haruskah aku menceritakan semuanya ?" "Sekali kamu membuat dia terluka, aku tidak akan segan memberikanmu pelajaran." "Takut banget sih kamu ? Apakah Pelangi melarangmu menghubungiku ?" "Aku tanya, apa yang kalian bicarakan ? Jawab !" Kucengkeram lengan Bulan hingga dia merasa kesakitan. "Lepas!" Bulan melepas tanganku. "Aku tidak membicarakan sesuatu yang aneh. Aku hanya menyakan kabarnya, lalu dimana kamu sekarang, dan merencakan pertemuan kita siang nanti." "Apa ?" "Iya, aku mengajak Pelangi bertemu, menunggumu terlalu lama, jadi aku putuskan untuk mengajaknya bertemu sendiri." Jelasnya. "Dan pertemuan itu akan berlangsung disini, tepat jam 12 siang saat jam makan siang dia akan menyusul kita disini." Lanjutnya dan spontan membuatku membulatkan kedua mataku. "s**t !" Aku melihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul jam 10.55. Kulirik Bulan yang tersenyum jahat. Kuambil kunci mobilku. Aku tak bisa membiarkan Pelangi sendirian kemari. "Mau kemana ?" Tanya Bulan sambil menarik tanganku. "Lepas ! Aku mau menjemput Pelangi!" "Untuk apa ? Pelangi sudah menyanggupinya bahwa dia akan kesini sendiri. Dia bilang dia akan menyusul kita dan makan siang bersama disini. Untuk apa kamu repot-repot menjemputnya ? Kamu sampai rumah juga pasti dia sudah berangkat." Aku menepis tangan Bulan. Kuambil ponselku. Kutelpon Pelangi. Tak ada jawaban. Aku terus mengulangnya, tetap tak ada jawaban. Aku gantian menelpon mamaku. "Halo .." Jawab mamaku diujung telpon. "Ma, Pelangi dimana ?" Tanyaku. "Dia bilang tadi kamu telpon, kamu suruh ke cabang Colomadu. Gimana sih kamu tuh ? Istri hamil, disuruh nyusul sendirian, naik motor pula." Omel mamaku. "Pelangi bilang sama mama apa lagi ?" "Apa lagi ? Dia cuma bilang itu tadi. Kok kamu tega sih ? Gak kasihan sama istrimu!" Aku bernafas lega karena Pelangi tak memberitahu mama soal Bulan. "Cilla ikut ma?" "Iya. Tadi dia nangis. Jadinya diajak oleh Pelangi. Awas saja ya kamu sampai rumah nanti ! Sama sekali tidak menghargai wanita !" "Maaf ma. Nanti aku bawa Pelangi dan Cilla pulang sama aku." Tut tut tut telpon mati. Mama mematikan telponnya. Kubuka gorden, panas menyeruak masuk. Aku bisa membayangkan betapa Pelangi berpanas-panasan di jalan dengan Cilla. Kulihat Bulan duduk di sofa tamu sambil mengoles lipstik merah pada bibirnya. Melihatnya aku merasa sedikit muak. Aku berjalan meninggalkannya dari ruang kerjaku. Aku menunggu Pelangi di pintu masuk cafe. "Ada apa pak ?" Tanya karyawanku. "Saya sedang menunggi istri pertama saya. Kamu lanjutkan bekerja." "Baik pak." Rata-rata karyawanku memang sudah tau jika aku memiliki 2 istri. Tak heran jika mereka terkadang kedatangan Bulan atau Pelangi disini dulu. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkam pukul jam 11.35 terik matahari semakin menyilaukan mata. Tak kulihat tanda-tanda Pelangi sampai. Pikiranku sungguh tidak karuan. Aku khawatir terjadi sesuatu pada istriku Pelangi. "Sayang, ngapain kamu disini ? Panas tau." Kata Bulan yang tiba-tiba menyusulku ke depan. Aku tak menjawab pertanyaannya. Hanya kulirik dia sekilas. Riasan wajahnya sudah menunjukkan kembalinya Bulan seperti dulu. Yang anggun dan cantik. Tapi aku tak tertarik padanya untuk saat ini. "Alhamdulillah." Ucapku begitu melihat Pelangi datang. Aku langsung berlari kearahnya untuk membantunya. Pelangi mengenakan hijab berwarna hijau dipadukan dengan setelan tiedie longgarnya sehingga tidak menampakkan perut buncitnya. Cilla tertidur dalam gendongannya. Peluh membasahi kening Pelangi. Wajar saja, perjalanan dari rumahku di Laweyan Solo menuju Colomadu memang agak jauh, apalagi Pelangi mengendarai sepeda motor scoopy yang dulu kuberikan padanya. "Sayang .... " Aku mendekatinya dan membantunya memarkirkan motornya. "Mas ... " Panggilnya dengan senyum yang menurutku sedikit menyimpan kekecewaan. "Aku bantu gendong Cilla ya sayag ?" Tanyaku. "Aku bisa sendiri mas." "Yaudah masuk yuk. Maaf ya kamu jadi panas-panasan begini. Aku sungguh tidak tau kalau ... " "Ga pa-pa mas." Potongnya. "Yasudah ayo kita masuk sayang." Kami masuk ke dalam cafe, di depan pintu masuk sudah ada Bulan yang berdiri disana menunggu kedatangan kami. "Halo Pelangi apa kabar ?" Tanya Bulan saat kami datang sambil memeluk Pelangi. "Baik Bulan." Jawab Pelangi singkat. "Kamu masih pake motor itu ? Apakah suamimu ini belum membelikanmu mobil juga ? Aku kan jadi ga enak nyuruh kamu kesini sendiri tadi. Sama Cilla juga." Kata Bulan sambil mentowel pipi Cilla. "Tidak perlu. Aku juga tidak bisa mengendarai mobil. Itu saja sudah cukup." Jawab Pelangi. "Yaudah ayo kita masuk kedalam." Kataku. Aku memilihkan tempat duduk untuk kami bertiga. Cilla terbangun saat kami akan duduk. "Ayah ....." Panggilnya. "Halo sayangnya ayah. Sini ikut ayah. Mama capek sayang, kasian." Aku kemudian menggendong Cilla. Kasian putri kecilku. Wajah putihnya jadi memerah. "Halo Cilla sayang, sini gendong bunda yuk." Kata Bulan mendekat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD