PELANGI MERAJUK

1188 Words
"Pagi sayangku." Kataku sambil memeluk Pelangi dari belakang. Aku langsung berlari masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan mobilku sembarang. Kusapa orang tuaku yang sedang berjemur di teras rumah, setelahnya aku langsung menuju ke kamar. Benar saja dugaannku kalau Pelangi sedang merias diri di depan cermin. Aku tersenyum dan langsung memeluk dia dari belakang. Menyadari kehadiranku Pelangi hanya melirikku sebentar lalu melepas pelukanku dan beranjak pergi meninggalkan aku. "Hei .... Suami pulang bukannya dipeluk kok malah di dicuekin sih ?" Kataku protes. "Bukankah kamu sendiri juga cuek sama aku ?" "Iya aku tau aku salah. Sebenarnya aku ingin menelponmu semalam, tapi .... " "Kamu tidak perlu menceritakan padaku. Aku sudah tau semuanya." "Maksudmu ?" "Bulan sudah memberitahuku. Dia menceritakan apa yang terjadi pada cabang Tembalang dan sudah menceritakan bahwa kalian bersama di rumah Semarang." Kata Pelangi sambil menahan air matanya. "Apa ?" Tanyaku sambil membulatkan mata. "Apakah kamu tidak bisa memberitahuku sendiri ? Apakah kamu harus memerintah Bulan untuk menelponku dan mengatakan keinginan kalian untuk bermalam bersama mengenang masa-masa indah kalian dulu ?" Tanya Pelangi dengan nada suara bergetar. "Tunggu, aku gak ngerti apa maksud kamu." "Udahlah gak usah bohong. Menyentuh ponselmu saja aku tak berani. Tapi kamu memberikan akses penuh pada Bulan. Sampai disini aku ngerti seberapa besar arti hadirnya aku dan Bulan di hati kamu." Pelangi menghamburkan dirinya di kasur. Wajahnya dia tenggelamkan di dalam bantal. Aku sungguh tak mengerti apa maksud Pelangi. Aku bahkan tidak pernah sekalipun membiarkan Bulan menyentuh ponselku. Tunggu ! Astaga aku baru ingat. Pasti Bulan sengaja melakukannya ketika aku sedang mandi. Apa maksud dia melakukan itu di belakangku. "Sayang aku ..... " "Aku gak mau ngomong sama kamu!" Pelangi berbicara dengan nada mengeras. Bahkan dia menepis sentuhanku di bahunya. "Aku bisa jelasin sayang, aku ..." "Aku ga pa-pa kalau kamu pergi sama Bulan, tapi kamu tak perlu menyuruh dia menelponku dan menceritakan kemesraan kalian di Semarang. Itu sangat menjijikkan jika kalian harus berbagi cerita saat kalian bercinta." Kali ini suara Pelangi penuh penekanan. "Sayang ......" "Jangan mendekatiku. Aku kecewa sama kamu !" Kata Pelangi. Aku mundur. Aku tak ingin Pelangi semakin marah padaku. Kuambil ponselku. Kutelpon Bulan segera. " Halo sayang. Kamu sudah sampai rumah ?" Tanya Bulan. "Apa maksudmu menelpon Pelangi dengan ponselku tanpa izin dariku ?" Tanyaku begitu Bulan mengangkat telponku. "Kenapa ? Ada masalah?" "Aku tidak suka kamu bersikap lancang ya !" "Lancang ? Maksudmu ? Bukankah selama ini diantara kita tidak ada larangan untuk membuka ponsel satu satu sama lain ? Lalu apa masalahnya ?" "Itu dulu ! Sekarang tidak ! Apalagi kamu dengan lancang menelpon Pelangi tanpa seijinku!" "Apa perlu ? Apa yang Pelangi katakan padamu sehingga kamu berani sekali membentakku seperti ini ?" "Itu bukan urusanmu! Yang jelas aku sangat tidak suka jika kamu lancang menyentuh ponselku tanpa ijin dan itu digunakan untuk menelpon Pelangi !" Kumatikan telponnya. Emosiku sungguh meledak. Pelangi masih menenggelamkan wajahnya di bantal. Dia pasti masih kecewa dan marah padaku. "Sayang ...." Aku coba untuk mendekatinya. Tapi dia masih menepis tanganku. Kutinggalkan dia keluar agar dia bisa meredam emosinya dulu. **** Sudah dua hari aku berusaha membujuk Pelangi. Tapi dia masih saja mendiamkanku. Tidur saja dia selalu memunggungiku. Sungguh ini membuatku uring-uringan. "Ayah ayah ......" Panggil Cilla. "Apa sayang?" Tanyaku." "Inan inan." Celoteh Cilla. "Oh mainan ? Iya, mainan yuk sama ayah. Mau main apa anak cantik ?" "Daa... Udaaa ." "Main kuda ? Yaudah ayok sini Cilla naik ke punggung ayah, ayah yang jadi kudanya ya?" Aku mendekati Pelangi yang bermain dengan Cilla, tapi dia malah menghindar. Aku menggelengkan kepala. Saat aku mengajak main Cilla kuda-kudaan, saking senengnya Cilla dia terperosot dari punggungku. Sebelum Cilla terjatuh, reflek kuterima dia, dan akhirnya membuat tangan kananku terkilir. Cilla menangis karena kaget. "Mama mama ......." Cilla menangis. "Kenapa sayang. Sini sini sama mama." Pelangi menggendong Cilla. "Kenapa yah ?" Tanya Pelangi. Aku tersenyum mendengarnya, setidaknya dia sudah memanggilku dengan panggilan 'yah'. "Cilla terperosot, aku berusaha menghalangi agar dia tidak jatuh. Beruntung kepalanya tidak kena lantai, mungkin dia hanya kaget." "Alhamdulillah.... Kamu gak pa-pa ?" "Tanganku terkilir mah. Sakit banget." Keluhku, padahal sebenarnya tidak. Aku tau pasti Pelangi akan luluh setelah ini." "Yaudah bentar ya aku diemin Cilla dulu, nanti aku urut pakai minyak tawon." "Iya sayang." Benar kan dugaanku. Pelangi memang orangnya pemaaf. Setelah ini akan kugunakan kesempatan untuk meminta maaf dan menceritakan semuanya padanya. Tangisan Cilla cukup membuat seisi rumah khawatir. Maklum saja cucu perempuan pertama di keluarga ini. Jadi wajar jika Cilla dimanja. Setelah Cilla tenang mamaku mengambil alih Cilla. Dan Pelangi mengajakku kekamar sambil mengoles tanganku dengan minyak tawon. "Aku minta maaf." Kataku. "Aku tau aku salah, tapi itu tidak seperti yang kamu bayangkan." Lanjutku. "Aku memang bersama Bulan, tapi itu diluar rencanaku. Dan saat Bulan menelponmu, aku sungguh tidak tahu." "Iya." Jawabnya singkat tanpa melihatku dan masih fokus memijat tanganku. "Sayang ... Percaya padaku. Waktu itu aku ingin menelponmu, dan jujur memang iya Bulan melarangku. Dia bilang, dia ingin satu malam saja aku bersamanya tanpa menghubungimu. Aku mengiyakan. Karena kupikir aku akan pulang pagi-pagi dan meneceritakan semuanya padamu." "Hmmmm." "Ayolah jangan marah. Aku minta maaf, aku janji tidak akan mengulanginya lagi." "Tidak perlu berjanji. Aku tidak bisa egois, toh Bulan juga masih istri sahmu." "Bukan begitu. Aku cuma ...." "Sudahlah, aku tidak mau membahasnya lagi. Aku yang salah sudah berlebihan. Aku seharusnya tidak semarah ini padamu. Maaf." "Tidak, kamu ga salah sayang." "Tapi sungguh, aku tidak ingin lagi Bulan menghubungiku. Dan bilang padanya untuk tidak usah menceritakan apa saja yang kalian berdua lakukan, termasuk saat kalian bercinta." Jelas Pelangi sebelum dia meninggalkanku. ***** Bulan sungguh sudah keterlaluan. Sikapnya sungguh benar-benar membuatku muak. Aku tidak menyangka dia sejahat itu sekarang. Dulu dia selalu mengajakku bercinta di setiap sudut rumah ketika ada Pelangi, dan sekarag diapun mengatakan tentang hubungan kami via telpon, apa sesungguhnya yang ada di fikiran Bulan. "Apa sesungguhnya rencanamu ?" Tanyaku pada Bulan saat aku bertemu dengannya. "Rencana apa maksud kamu ?" "Kamu tidak usah pura-pura tidak tau, untuk apa kamu menceritakan urusan ranjang kita pada Pelangi ? Apakah itu hal penting ?" "Aku hanya ingin menunjukkan padanya bahwa kita masih romantis. Bahwa kita memiliki suami yang sama, bahwa kita bisa berbagi pengalaman bercinta kita." "Pelangi tidak rendah seperti itu. Apa kamu tidak punya malu !" "Kamu tu berubah !" "Tidak ada yang berubah dariku !" "Kamu beda dari yang dulu. Baru berapa lama kalian kembali bersama, tapi kamu sudah berani bersikap kasar padaku. Padahal dulu membuatku menangispun kamu tidak mau. Apa Pelangi menghasudmu ?" "Pelangi tidak seburuk itu. Dia bahkan jauh lebih baik dari kamu!" "Berhenti membandingkan aku dengan Pelangi ! Aku jauh lebih segalanya dibanding dia. Aku punya semuanya lebih dari dia ! Jangan sekalipun kamu membandingkan aku dengannya. Kekuranganku hanya satu, aku tak bisa memiliki keturunan, tapi ingatlah kamu pernah berjanji padaku bahwa Cilla juga anakku, dan janji itu kupegang sampai saat ini. Aku akan mengambilnya dari Pelangi nanti." "Jangan pernah sekalipun menyentuh Cilla. Jika tidak kamu akan berurusan dengangku !" Kutinggalkan Bulan sendirian. Bulan sungguh berubah. Dia berbeda dari yang kukenal dulu. Yang begitu halus dan manis, pemaaf, selalu tersenyum, dan tak pernah sejahat ini. Jika seperti ini terus-terusan mungkinkah aku sungguh-sungguh akan menceraikannya ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD