Satu-satunya Tuan

1843 Words

Sejurus pandangan menatap tangan Daffin yang menggandeng pergelangan tangan Nona memasuki ruang makan. Nita tersenyum melihat kemesraan Daffin dan Nona. Daffin menarik kursi untuk Nona.  “Ayo, duduk!” pintanya dengan tatapan tajam, memberi kode kalau Nona harus balas bersikap manis juga supaya mereka kelihatan mesra di hadapan Nita. Nona pun tersenyum lebar, berusaha menampilkan ekspresi riang.  “Makasih.” Elda menatap muak ke arah Nona, lalu ia memalingkan wajah. Daffin duduk di kursi yang tadi dia tinggalkan.  Tepat bersebelahan dengan Nona.   Perasaan Nona benar-benar was-was dan luar biasa gugup.  Dia merasa seperti berada di hadapan hakim dan akan disidang.  Nita memiliki kekuatan tersendiri di matanya, yang membuatnya menjadi kikuk dan tidak leluasa saat harus duduk berhadapan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD