Meski dunia mengguncang kehidupan Icha tapi gadis itu melakukan segala aktivitas seperti biasa di pagi hari. Dia sudah mengenakan seragam sekolahnya meski tanpa riasan wajah Icha yang hanya memiliki tinggi 156 cm akan selalu terlihat manis dan cantik di mata orang yang melihatnya dengan hanya mengenakan bedak saja.
Dari atas sana Icha dapat melihat bahwa ibunya masih melakukan pekerjaan aktivitas biasanya menyiapkan sarapan untuk mereka dan pergi bekerja biasanya, Icha akan mendengar teriakan sang ayah di pagi hari mengingat Icha yang selalu terlambat bangun atau pun bersiap-siap untuk pergi ke sekolah padahal sang ayah juga harus pergi bekerja.
Namun dia tetap dengan sabar menunggu Icha berjalan perlahan menuruni anak tangga Icha mencoba untuk menstabilkan perasaannya untuk memahami sang ibu. Akan tetapi sesampai di meja makan Icha hanya mendapati Ibunya yang membisu dia tahu wanita yang menyandang status sebagai pekerja serabutan di sebuah perusahaan tekstil itu menyimpan luka yang begitu mendalam hingga dia memilih untuk diam.
Meski Icha ingin sekali memeluk sang Ibu dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja, seiring berjalannya waktu namun Icha merutu ke dirinya ketika dia tidak mampu melakukannya saat sang ibu menyiapkan segala keperluan untuk Icha. Wanita itu pergi begitu saja membuat Icha hanya bisa terdiam, dia mendengar dengan sangat jelas sang Ibu sudah menyalakan mobil dan pergi begitu saja tanpa menemani Icha sarapan.
Sepi, hampa dan juga rasa sakit yang dirasakan oleh Icha masih berharap keluarganya akan kembali baik-baik saja sama persis seperti yang sering dilalui olehnya.
"Apakah aku tidak pantas jika berharap keluargaku kembali utuh? Apakah Tuhan akan mendengarkanku?" lirih Icha menahan tangisan hingga dia memakan sarapannya tanpa ada rasa.
Berulang kali gadis itu melihat ke arah pintu rumah berharap senyuman dan semangat dari sang ayah akan dia dapatkan lagi. Namun ternyata semua itu hanya ada jawaban dari sebuah kekosongan di rumah yang cukup besar jika hanya untuk dia dengan sang ibu tinggal.
Siapa sangka gadis yang baru berusia 19 tahun seperti Icha mampu menutupi segala masalah yang dia hadapi dan juga perasaan hancur ketika dia tidak lagi dapat merasakan keluarga utuh antara dia. Ayah dan Ibunya hingga Icha tetap mencoba untuk melanjutkan hidupnya dan juga berusaha.
Saat dia sekolah kembali di hari senin bagi Icha hari itu adalah hari yang sangat berat dia lewati ketika harus menghadapi kenyataan yang pahit tentang kedua orang tuanya. Namun dia juga harus tetap menjalani kehidupan seperti biasanya dan tidak terlalu terpuruk dengan sikap sang ibu yang semakin dingin kepadanya
Dia tampak bersemangat dengan perasaan bahagia yang menyerap didalam dirinya dan juga rasa ragu-ragu dia untuk masuk ke dalam kelas perlahan. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk mempersiapkan diri masuk ke dalam kelas berharap tidak ada seseorang yang dia takut akan lebih tepatnya Icha takut bertemu dengan seorang pria yang ternyata sudah duduk tepat di kursi miliknya meski Icha sempat mencoba untuk menstabilkan langkah kaki dan juga perasaannya.
Tetap saja saat dia berjalan menghampiri kursi meja duduknya, namun ternyata perasaan itu membohongi dirinya hingga dia semakin merasakan detak jantungnya berdetak sangat kencang ketika Samuel beralih melihat ke arahnya dengan senyuman manis yang tidak bisa dipungkiri oleh pandangan Icha saat mendapatkan tatapan lembut dan juga senyuman manis dari seorang pria yang duduk tepat di hadapannya membuat Icha semakin tertegun.
"Selamat pagi, apakah tidurmu nyenyak kenapa aku merasa pagi ini kamu semakin cantik?"
Pertanyaan dan ucapan Samuel membuat Icha semakin tersipu malu, namun dia terkejut ketika pria yang mengaku dirinya sebagai kekasih Icha menarik tangannya dan duduk tepat di kursi di sampingnya. Samuel pria berparas tampan dengan tubuh tinggi 176 cm dengan perawakannya yang tinggi wajah tampan berkulit putih dia mengeluarkan sebuah bingkisan di dalam tasnya dan memberikan bingkisan terukir berwarna biru muda ke hadapan Icha.
"Wow, beruntung sekali pagi-pagi sudah mendapatkan hadiah dari sang kekasih!" seru Nadira dibalas tepukan tangan oleh Alex teman Samuel.
"Apa ini?" tanya Icha.
"Kau boleh membukanya hingga semua orang mengetahuinya, tapi jika kau tidak mau kau boleh membukanya nanti di rumah," ucap Samuel.
"Apakah boleh aku membukanya sekarang?" tanya Icha dibalas anggukan oleh Samuel yang berstatus sebagai kekasih Icha.
Mereka memang bukan pertama kali bertemu dan juga bukan pertama kalinya mereka seperti itu, hanya saja hubungan mereka berdua kini sudah diketahui oleh banyak teman-temannya hingga membuat Icha merasa takut akan ke beneran yang diketahui oleh teman-teman saat Icha membuka dia terkejut.
Samuel memberinya sebuah kotak kecil berisikan kalung dengan liontin berinisial nama mereka berdua S dan I.
"Wow, so sweet sekali kalian berdua! Aku bahkan masih penasaran bagaimana kalian bisa berpacaran sampai-sampai semua orang tidak mengetahuinya!" seru Alex.
"Yang menjalani bukan kalian memangnya apa yang harus dipublikasikan jika hubungan itu. Bahkan tidak bersama tapi aku dengan Icha menjalaninya tanpa tekanan dari orang-orang yang tidak berguna. Karena gadisku ini mengizinkannya, jadi kalian kuperbolehkan mengetahuinya," tegas Samuel.
"Astaga, kalian ini benar-benar sangat pelit meski hanya sekedar memberitahu kami," ucap Nadira
"Baiklah-baiklah, lain kali aku tidak akan pernah menduga-duga tapi aku akan menyebar luaskan sebuah hubungan kalian berdua Agar kalian menjadi sepasang kekasih yang dapat heboh seluruh sekolah!" ucap Alex.
Icha sendiri tidak tahu jika semua ini akan menjadi semakin di luar dugaannya, ketika Samuel sudah mengumumkan tentang hubungan mereka yang sudah mulai menjadi sepasang kekasih awalnya Icha hanya menganggap bahwa pria itu hanya bermain-main dengan ucapannya.
Tapi ternyata dia meyakinkan teman-teman sekelasnya tentang kedekatan mereka kali ini meski ada perasaan ragu dan malu tapi Icha hanya bisa menerima semuanya yang terjadi hingga dia menoleh ke arah Samuel yang tanpa menunjukkan keraguan, ketika dia mengumumkan hubungan mereka. Samuel tersenyum tipis menoleh ke arah hijau mengajak rambut harus milik gadis itu Samuel tersenyum tipis menunjukkan bentuk perhatiannya kepada sang gadis.
Siapa yang dapat menyangka jika pria dengan perawakan tinggi dan paras yang begitu tampan apalagi keluarganya adalah donatur terbesar di sekolah hingga membuat Samuel menjadi sorotan utama dan juga idola para siswi dan para gadis di sekolahnya. Masih belum percaya dengan apa yang terjadi Icha hanya bisa terdiam dia melupakan masalah keluarganya dan mencoba untuk menanggapi maksud dari ucapan Samuel dan menerimanya.
"Jam istirahat nanti kamu pergi ke kantin bersamaku, jangan hanya diam di kelas saja," tegas Samuel.
Icha yang masih terpaku dan kaku dengan kedekatan dia dan Samuel hanya bisa mengangguk dan mendengarkan apapun yang dikatakan oleh Samuel. Pria itu tersenyum tertahan saat melihat tanggapan Icha hingga gadis itu terkejut beralih dan memperhatikan dirinya sendiri takut ada hal yang salah dengan dirinya.
"Apa yang kamu cari?" tanya Samuel tersenyum.
"Tidak ada."
Icha menggelengkan kepala kembali mencoba untuk memperbaiki hati dan perasaannya agar tidak terlalu menunjukkan kecanggungan dia terhadap Samuel.