Sebenarnya, ada begitu banyak kehampaan dalam hati dan pikiran Icha. Tapi menghadapi Samuel yang bersemangat, berusaha membuat Icha senang. Gadis itu hanya bisa menatap kosong ke arah pria yang sudah izin pergi dan berjalan memesan makanan untuk mereka berdua di kantin.
Icha bertanya-tanya bagaimana jadinya jika kamu tahu tentang kehidupan latar belakang keluarga Icha sangat tidak mudah bagi orang-orang sekitar untuk menerima dirinya. Dalam diam Icha mengingat kembali bayangan dan juga moment bersama keluarga yang tanpa tanda keretakan sama sekali.
"Icha?"
Suara Samuel memanggil membuyarkan lamunan Icha. Dia menoleh ke arah pria yang berdiri di sampingnya memberikan makanan dan menyimpannya di atas meja.
"Makan yang banyak, aku merasa kamu semakin kurus juga tinggimu tidak pernah bertambah," ucap Samuel.
Icha yang di buat kesal dengan ucapan itu hanya bisa menatap tajam Samuel. Dia memang paling tidak suka jika membicarakan tentang postur tubuhnya yang tertinggal jauh dari para gadis yang memikiki tubuh ideal dengan tinggi yang jauh lebih menarik dari kebanyakan wanita.
"Tapi kamu memiliki wajah cantik dan menggemaskan, apalagi dengan bibir cemberutmu ini," tambah Samuel mencoba mencairkan suasana antara mereka.
"Kamu tidak cocok untuk menjadi seorang pria yang membujuk kekasihnya, sebaiknya kamu cukup tebar pesona saja para wanita akan jatuh ke pelukanmu," cetus Icha.
Dia memalingkan wajah tanpa mencoba untuk melihat kembali ke arah Samuel yang tersenyum tipis, mendengar penuturan dari Icha.
"Kamu ini tidak pernah banyak berbicara tapi sekali ngomong selalu benar," ucap Samuel.
Icha tidak menghiraukan ucapan Samuel ,dia memilih untuk memakan makanannya tanpa ragu-ragu. Permasalahan keluarga yang sudah jauh lebih lapang Icha terima dan juga kenyataan tentang Samuel yang kini menjadi kekasihnya membuat Icha hanya bisa menghadapi segala hal yang terjadi sehingga dia terfokus untuk meniti pendidikannya.
Meski Icha tahu rencana dari kedua orang tuanya tentang dia yang akan tinggal di rumah saudaranya lebih tepatnya Icha akan tinggal di rumah kakek dan nenek bersama dengan anak-anaknya yang lain. Semakin memikirkannya Icha berulang kali membuang nafas sembari menghabiskan makanannya.
"Apakah kamu perlu nafas buatan dariku? Kamu membuang nafas dari tadi dengan berat hati apa yang kamu pikirkan sampai-sampai menghelan apa sedari tadi?"
Pertanyaan Samuel membuat Icha gini menatap tajam ke arah pria yang menyandang status kekasihnya dia menopang dagu dengan sebelah tangannya di atas meja menatap Samuel dengan tajam.
"Sam?"
"Hmm."
"Bagaimana jika aku tidak sesuai harapanmu?" tanya Icha.
"Kalo begitu, aku yang akan menjadi harapanmu," jawab Samuel.
"Bukan itu!" seru Icha.
"Iya apa?" balas Samuel.
"Aku ...."
Icha ragu-ragu saat dia mencoba untuk menceritakan keadaan keluarganya namun dia mengurungkan niat itu dan memilih untuk terdiam.
"Hei, apakah kalian tahu di sekolah kita ada berita baru yang mengatakan bahwa keluarga seseorang berantakan hanya gara-gara anaknya tidak memberitahu tentang perselingkuhan ayahnya dengan wanita lain dan kini berujung perpisahan yang sangat mengerikan."
Terdengar ucapan dan perbincangan beberapa anak yang duduk tidak jauh dari keberadaan Icha dan Samuel, saat mendengar tentang hal itu hingga dia melihat ke arah mereka termasuk dibalas tatapan menyeringai dari mereka seakan akan menunjukkan bahwa mereka sedang membicarakan tentang Icha.
"Ya dan asal kau tahu, gadis itu saat ini sedang duduk bersama dengan pangeran di sekolah. Aku masih ragu apakah pangeran itu masih berminat untuk bersama dengan seorang anak dari broken home atau mungkin dia akan berakhir jauh lebih mengenaskan dari ibunya?" tambah mereka berbicara sengaja cukup nyaring agar terdengar oleh banyak orang.
Icha tidak menyangka jika berita itu tersebar begitu cepat hingga sampai di sekolahnya. Dia tahu ada beberapa teman dari tetangganya namun seharusnya semua itu tidak begitu cepat dan di luar dugaannya.
"Apakah kalian begitu tidak memiliki pekerjaan untuk mengisi kekosongan kehidupan kalian selain membicarakan orang lain?"
Pertanyaan Samuel membuat mereka tertegun dia tidak percaya jika Samuel bahkan tidak merasa ilfil kepada Icha, melainkan menjadi perwakilan dari protes Icha tentang mereka yang membicarakannya.
"Kalian memang cocok yang satu keras kepala dan yang satunya tidak tahu malu kenapa kamu tidak memilih gadis-gadis lain saja yang latar belakangnya jauh lebih baik darinya, malah memilih anak broken home yang bahkan tidak jelas kehidupannya," tegas seorang gadis bernama Nia, dia penuh percaya diri melangkah ke depan menghampiri Samuel.
"Kalian tidak memenuhi kriteriaku bahkan jauh lebih payah dari seorang pekerja kebun." Hampir semua orang terkejut saat mendengar penuturan Samuel.
Samuel berdiri dari duduknya membuat Icha terkejut melihat apa yang akan dilakukan oleh kekasihnya itu.
"Aku tekankan kepada kalian diantara kalian semua para wanita di sekolah ini tidak ada yang membuat ketertarik selain Icha Bahkan dia jauh lebih baik dari kalian yang hanya mengandalkan polesan dan juga koneksi dari belakang kalian dan aku hanya akan tetap bersamanya dengan ataupun tanpa kalian sukai itu tidak penting bagiku."
Penegasan Samuel membuat semua orang terkejut termasuk Ica pria itu meraih tangan mungil kecil milik Icha, menggenggamnya dan membawa kekasihnya itu pergi dari kantin begitu saja dengan gemuruh percakapan dan perbincangan orang-orang di sana membicarakan tentang Samuel dan Icha. Ada yang memuji tentang mereka yang serasi satu sama lain dan juga ada yang menyayangkan Samuel bersama dengan seorang gadis broken home.
Icha sempat melihat suasana dan pemandangan orang-orang membicarakan tentang dirinya, saat dia berjalan di bawah tuntunan Samuel keluar dari kantin semua itu akan terjadi dan dia hanya bisa berpasrah tentang resiko yang akan dia dapatkan termasuk hubungannya dengan Samuel tidak akan berjalan dengan baik. Jika dia memang memprioritaskan tentang latar belakang seseorang dan itu tidak akan memberikan peluang bagi Icha untuk bersamanya.
Langkah yang membuat Samuel sama sekali tidak teralihkan dia mengajak Icha berada di atas gedung sekolah, keduanya duduk saling berdampingan begitupun Icha melihat Samuel yang duduk di sampingnya cukup lama mereka saling berdiam satu sama lain dan Icha tidak tahu harus merangkai kata dan mengawali penjelasannya kepada Samuel tentang semua yang terjadi kepada keluarganya.
Di tengah-tengah kebingungan Icha memikirkan bagaimana cara dia berbicara menjelaskan kepada pria di sampingnya semua yang menarik nafas dalam-dalam menoleh ke arah Icha yang sedang kebingungan.
"Aku sangat menyukaimu dan aku juga sangat mencintaimu semua itu tidak akan pernah merubah pendirianku meski keadaan kamu berubah tanpa kejelasan," ucap Samuel.
Sempat Icha tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari Samuel, tapi ada perasaan lega yang dia rasakan ketika Samuel bahkan tidak mempermasalahkan tentang keadaannya apalagi latar belakang yang disandang oleh Icha kali ini adalah sebagai anak broken home.
"Mungkin besok atau lusa aku akan pindah tempat tinggal ke rumah nenek atau ke rumah orang yang mau menampung ku," ucap Icha.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Samuel.
"Menurutmu apakah aku harus bersedih atau protes? Mungkin aku harus menutupi semuanya dengan senyuman dan gelak tawa?" senyum pahit Icha menjawab pertanyaan dari Samuel.
"Bodoh, kau boleh melakukan semua hal itu ketika bersama denganku dan aku akan selalu ada di sampingmu!" ucap Samuel, dia menarik sehingga kepelukannya.
Benar saja untuk pertama kalinya Icha merasa rapuh saat berada di pelukan Samuel kali ini.
"Menangislah selama kamu memang ingin menangis. Meski nanti pakaianku akan habis dibuat basah oleh air matamu, tapi setidaknya aku mendapatkan nilai plus bisa memelukmu."
Ucapkan Samuel hanya dibalas senyuman pahit oleh Icha, dia tahu Samuel tidak pandai berbicara lebih banyak tapi setidaknya perasaan dia jauh lebih baik setelah berada di pelukan Samuel masih ada begitu banyak hal yang harus dia pikirkan tentang kedua orang tuanya yang tidak pernah memiliki pengertian yang sama seperti Samuel.