Pagi sekali, aku sudah berada di bandara berniat untuk pergi ke tempat yang di tuju Alex. Pergi ke rumah saudaranya yang menikah. Perasaan takut sempat ada, karena ini kali pertama aku naik pesawat meski di temani suami. Aku sudah duduk dengan baik kali ini, Alex pergi ke toilet terlebih dahulu sebelum lepas landas. Sempat perasaan takut itu menyeruak ketika melihat ke arah jendela, terpikirkan bagaimana dengan putriku? Apakahaku masih bisa bertemu dengannya atau aku bisa kembali dengan selamat.
Pikiran-pikiran negatif memang selalu datang di kala sedang merasa tegang dan takut.
"Sayang?"
Alex mengejutkanku, yang kulakukan hanya memeluknya secepat kilat.
"Apa kamu takut, Sayang?" tanya Alex di balas anggukan oleh Ku.
"Jangan khawatir, bukankah ada suamimu ini kita hanya melakukan penerbangan selama 2 jam saja. Tidak akan terlalu lama memakan waktu, kemarilah tetap di pelukanku dan dengarkan kan sesuatu yang akan kuceritakan kepadamu."
Seketika saat mendengar penuturan dari Alex yang sudah berada di pelukanku, aku mendongakkan kepala melihat wajah tampan berseri lemah lembut yang ada di hadapanku tampak terlihat seakan-akan ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting kepadaku.
"Ala Al? Apakah itu sesuatu yang sangat penting?"
Pertanyaanku dibalas anggukan oleh Alex,hingga dia mencium keningku dengan penuh perasaan. Saat terdengar ucapan dari pesawat bahwa penerbangan akan dilakukan setelah hitung mundur dari 10 angka 10. Namun Alex tiba-tiba mencium bibirku hingga membuat perasaanku hanya dibuat oleh sentuhan hangat da bibirnya yang yang khas menyejukkan perasaanku.
Tanpa sadar ternyata pesawat sudah berada di atas dan kami melakukan perjalanan yang cukup panjang kali ini.
"Aku mau menceritakan sesuatu untukmu. Dulu ada sepasang anak laki-laki, mereka bersaudara sama-sama menyukai satu wanita. Namun sama-sama tidak memiliki satu sama lain saat itu juga meski tidak tahu gadis itu bersama siapa. Tapi Tuhan berbicara lain hingga membiarkan wanita itu bersama dengan salah satu dari keduanya. Kamu tahu, Sayang cerita tentang cinta dan persaudaraan bukan hanya terjadi di sebuah drama saja melainkan di dunia nyata juga terjadi dan itu jauh lebih menegangkan dari bioskop yang kita tonton kemarin."
Ucapan Alex membuatku mengerutkan dahi kebingungan mendengarkan cerita dan ungkapan dari dirinya.
"Apakah itu ceritamu sendiri?" tanya Ku.
"Sudah kubilang semua itu bukan drama. Tapi ada juga di kehidupan nyata," balas Alex.
"Lalu, apa maksud dari ucapanmu ceritamu itu benar-benar terjadi kah atau hanya cerita dari saudaramu?" tanya aku lagi, semakin penasaran.
"Nanti kamu juga akan tahu, Sayang. Oh ya, bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?" Alex berbalik bertanya kepadaku.
"Apa?"
"Apakah kamu mencintaiku?" tatap Alex.
Bagai mendengar gemuruh petir dari luar yang selalu membuatku ketakutan, hingga mematung kebingungan saat harus menjawab pertanyaan yang selama ini aku takutkan keluar dari mulut Alex. Cinta tidak pernah terlintas dari benakku, tentang aku yang mengatakan bahwa aku mencintai pria yang ada di hadapanku ini.
Tapi dia suamiku suami yang sudah memenuhi segala kebutuhanku termasuk kebutuhan keluargaku sendiri terutama putri kecilku. Tapi berbicara tentang sebuah cinta apakah aku memang memilikinya untuk dirinya, seketika aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi pada kenyataannya hati aku tidak memberikan dan tidak mengatakan bahwa aku mencintainya tapi mulutku harus berbicara dan menjawab pertanyaan dirinya.
"Al, haruskah aku menjawab pertanyaanmu? Tapi aku hanya bisa memberikanmu jawaban dengan memberikan ketulusan dan tubuhku ini untuk dirimu. Tapi cinta, sepertinya aku belum memilikinya ...."
Terpaksa aku menjawab pertanyaannya dengan segala kejujuran yang aku rasakan, dia terdiam tanpa mencoba untuk berbicara lagi. Namun sejenak dia tersenyum menoleh ke arahku.
"Aku paham Sayang. Tapi yang ku butuhkan bukanlah hanya sekedar cinta tapi ketulusan dan tubuhmu jauh lebih penting dari segala apapun. Terima kasih karena kamu sudah bersedia tulus dan menjadi istriku dan aku akan terus berusaha untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku!"
Ucapannya seakan penuh kesedihan dan rasa takut yang tadi sama sekali tidak ada aku rasakan dari Alex.
"Apakah kamu menghawatirkan ku? Percayalah aku akan selalu berada disampingmu, karena aku istrimu!" tegas Ku.
Entah apa yang sedang ku pikirkan, sampai-sampai memiliki kemampuan untuk berbicara dan menegaskan dirinya tentang kepemilikan dia atas tubuhku ini.
"Meski sejujurnya aku juga ingin memiliki hatimu, tapi setidaknya kau memiliki ketulusan denganku terima kasih, aku akan menunggumu mengatakan kalau kau mencintaiku." Alex menegaskan segala perasaannya padaku.
Dia tidak tahu kekhawatiran apa yang dia rasakan, hingga mengatakan semua itu kepadaku. Padahal dia sudah memiliki diriku, meski aku tidak tahu tentang perasaanku yang mencintainya atau tidak. Bukankah memilikinya sudah jauh lebih cukup dari segala hal termasuk cinta. Apakah memerlukan ungkapan cinta yang dipaksa hadir dalam kehidupan.
Sepertinya itu adalah hal yang tidak mungkin bagi diriku, ketika aku harus menghilangkan cinta pertama yang malah melukai diriku sendiri cinta yang bahkan tidak tahu kabar dari mana bisa membuat ungkapan cinta yang tidak adil dalam diriku. Bagiku cinta adalah sebuah hal yang tidak bisa diulang, apalagi lagi sampai mengutarakannya dengan mudah pada kenyataannya.
Ungkapan cinta memang sangatlah mudah dikatakan, tapi tidak mudah untuk sebuah kejujuran di dalam hati hanya untuk membuat seseorang bahagia dengan ungkapan itu, bagiku cinta yang benar-benar hadir dan ada jika hati dan perasaanku berdetak sangat kencang menyebut namanya dan juga mencoba untuk menyerahkan diri hanya untuk dirinya.
Perasaan cinta yang ada memang sangat tidak mudah jika kita harus hidup bersama, seseorang yang bahkan kita sendiri tidak memiliki hal itu untuk diungkapkan kepadanya. Maafkan aku lain kali aku akan mengatakannya, meski tak ku katakan. Aku peluk erat tubuh suamiku yang terdiam sedari tadi, aku tahu harapannya hanyalah aku mengatakan cinta kepadanya.
Tapi hal yang tidak mungkin bagi diriku membohongi dirinya, tentang perasaanku meski itu sebuah kebohongan yang aku ucapkan, setidaknya tidak ada penyesalan dari akhir tentang aku yang memberitahukan tentang perasaanku kepadanya dan aku sudah menjadi miliknya sepenuhnya. Perasaan seperti apa, aku juga tidak tahu saat aku malah memilih untuk menyentuh wajahnya dan mencium bibir milik Alex dengan sangat lembut.
Aku mencoba untuk menenangkan dirinya dan memastikan kepemilikan dia tentang diriku. Setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang pada akhirnya Alex menatapku dengan lembut dan senyuman di wajahnya.
"Sayang, kita sudah sampai dan aku harap kamu memegang ucapanmu bahwa kamu adalah milikku dan aku tentu saja menjadi milikmu!" tegas Alex.
Meski aku tidak mengerti kenapa Alex terus membicarakan tentang hal itu, tapi aku memilih untuk mengangguk dan memeluknya sembari kami berjalan keluar dari pesawat lapangan luas dari bandara itu tampak mengagumkan bagi diriku. Lain dari kota sebelumnya di mana kami tinggal.
"Apakah kota yang kita datangi ini begitu luas?" tanya Ku.
"Tentu saja, ini adalah kota terbesar dan Kau pasti akan menyukainya. Kemarilah kita akan pergi langsung ke rumah utama dan menemui keluarga, dan satu hal lagi keluarga besarku itu adalah saudara orang tua angkatku. Mereka semua selalu bersikap baik kepadaku dan kamu bahkan belum aku kenalkan kepada mereka. Pernikahan kita sangat mendadak sampai-sampai aku tidak sempat memberitahu mereka. Jadi kamu tidak perlu takut, apalagi merasa canggung nantinya biar aku yang menangani," tegas Alex di balas anggukan oleh Ku.
Kini kami disambut oleh seorang pria menghampiri kami berdua, hingga dia membawakan barang bawaan milik kami tangan Alex tetap seperti semula memegang tanganku dengan sangat erat. Dia menuntun diriku hingga masuk ke sebuah mobil dengan sopir yang begitu ramah terhadap kami.
"Berapa lama kita akan tinggal di sini?" aku mencoba untuk bertanya selama kami belum sampai di kediaman keluarga Alex.
"Jika kamu mau, kita akan tinggal selama 2 hari. Tapi jika kamu tidak menginginkannya, kita akan kembali secepatnya," balas Alex.
Aku hanya terdiam dan mengangguk dan menuruti apapun yang dikatakan oleh Alex. Hal yang tampak wajar jika tinggal di rumah saudara.
Hanya saja aku memiliki trauma dan pandangan yang cukup rumit, untuk keluarga suami seperti apa yang pernah terjadi di dalam kehidupanku. Rata-rata keluarga suami tidak pernah ah jalan dengan pikiran dan hati saudara-saudaranya, termasuk seorang menantu. Meski Alex mengatakan bahwa mereka bukanlah orang tua angkatnya. Namun saudara angkat yang cukup dekat dengannya cukup dimengerti jika mereka tidak setuju jika Alex menikah denganku titik
"Kenapa, apakah kamu khawatir mereka tidak menerimamu?"
Pertanyaan Alex membuyarkan lamunan diriku hingga aku bertingkah layaknya apa adanya menggelengkan kepala sesuai apa yang dia katakan. Sembari merasa canggung jika harus berkata jujur tentang apa yang kurasakan kepada Alex.
"Kamu tenang saja, mereka orang-orang baik dan pastinya akan selalu menerimamu justru aku jauh lebih takut kamu tidak menerima mereka dan aku harus bekerja keras untuk membujukmu," balas Alex.
"Aku rasa hal itu tidak mungkin, jika aku tidak menerima mereka apalagi mereka adalah keluarga dekatmu dan aku akan selalu menerima apapun dan orang-orang yang dekat dengan dirimu," jelas Ku.
"Jika seperti itu, itu jauh lebih baik dan aku akan tahu bahwa mereka disambut hangat olehmu dan bisa berbaur denganmu," ucap Alex.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria yang ada di sampingku, dia berstatus suami dan juga memiliki koneksi yang cukup baik dan aku yakin ada lebih banyak hal yang sama sekali tidak aku ketahui tentang Alex.
Meski dia sudah menjadi suamiku apa yang tidak aku ketahui tentang dirinya, mungkin akan segera ku tahu ketika aku sudah bertemu dengan keluarganya terutama hal yang harus kujalani yaitu menginap di tempat itu, sempat ingin protes dan menolak. Namun ini adalah acara pernikahan yang cukup memakan waktu banyak dan hal yang tidak mungkin bagi diriku terutama jika pulang lebih awal tanpa hadir hingga acara selesai.
Perasaan yang selalu kurasakan dan juga perasaan takut ketika Alex malah merasa malu memiliki istri seperti diriku, yang bisa mempermalukan dirinya di depan umum. Apalagi acara pernikahan orang-orang elite sudah begitu terkenal dengan perbedaannya bersama dengan dengan kalangan rakyat biasa seperti diriku.