Perkenalan

1010 Words
Perasaan dingin menyeruak saat aku masuk ke dalam mobil, entah itu suhu AC yang begitu tinggi atau memang karena aku masih merasa canggung dan takut untuk bertemu dengan keluarga Alex yang pertama kalinya meski Alex sudah berulangkali menegaskan diriku bahwa aku memang harus lebih tenang saat pertemuan dengan keluarganya nanti. Cepat atau lambat aku pasti bertemu dengan mereka. Menarik nafas dalam-dalam melihat kearah pria yang duduk di sampingku, dia tampak jauh lebih tenang dari yang ku duga. Mungkin karena dia sudah terbiasa bertemu dengan keluarganya, sedangkan aku memiliki rasa trauma memliki keluarga suamiku lebih tepatnya mereka adalah keluarga baru, dan aku belum ada genap seminggu menikah dengan Alex. Hal yang membuatku tidak pernah terpikirkan untuk secepat ini bertemu dengan keluarganya. Meski bukan orangtuaku kandung Alex ataupun orangtua angkatnya, melainkan mereka adalah saudaranya. Sempat juga aku bertanya kepada Alex tentang bagaimana keluarganya dan seperti apa namun, dia tetap menyakinkan diriku untuk bisa jauh lebih tenang dari sebelumnya. Cukup memakan waktu saat kami dalam perjalanan hingga memasuki sebuah halaman rumah yang cukup luas dengan beberapa orang, lebih tepatnya begitu banyak orang sedang mendekor tempat itu, semua orang di sibukkan dengan segala persiapan acara pernikahan di sana. "Kenapa kamu terkejut sayang? Saat melihat hampir semua orang sedang sibuk menyiapkan acara pernikahan, kamu kecewa kepadaku ... tidak bisa memberikan acara pesta pernikahan yang semewah ini?" Pertanyaan Alex membuatku terkejut, ternyata dia terdiam sedari tadi memikirkan tentang hal itu, hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Ku tentang sebuah pesta pernikahan. "Apa kamu diam sedari tadi hanya memikirkan hal itu?" tanya Ku. Alex membalas pertanyaan dariku dengan anggukan, tampak membuatku hanya bisa tersenyum tertahan. Sejauh ini hanya seorang Alex yang sering kali membuatku merasa nyaman setiap kali melihat wajahnya, apalagi raut tatapannya yang sama sekali tidak berubah dan tida bisa ku mengerti apa yang sedang dia pikirkan. "Al ... selama ini aku tidak pernah terpikirkan sebuah pernikahan, apalagi sebuah pesta. Tentang aku yang pernah menikah hingga aku memiliki seorang putri dan bertemu dengan kamu ... sedikitpun aku tidak pernah terpikirkan tentang sebuah pernikahan, semua terjadi begitu saja dan aku hanya mengikuti arus. Arus yang entah sampai kapan aku berhenti di suatu tempat yang bisa membuatku merasa hidup tanpa ada hal yang menjadi beban pikiranku ...." Saat aku hendak berbicara lagi, Alex menarik diriku ke pelukannya, dia menutup bibirku dengan jari telunjuknnya. "Lain kali ... jangan membicarakan hal yang menyangkut kesedihan di hadapanku! Aku hanya akan melimpahkan kebahagiaan untukmu dan tidak akan membuatmu bersedih. Aku hanya akan memberikan kesedihan saat aku tidak ada di sampingmu lagi dan kau merindukanku." Ucapan Alex membuatku tertegun, tidak percaya jika ada pria yang berbicara semanis itu di hadapanku, meski aku hanya sedikit memahami dengan ungkapannya. "Tuan ... kita sudah sampai!" Kami terkejut saat supir berbicara apalagi di luaran sana sudah ada beberapa orang menyambut kedatangan kami. "Apa yang harus aku lakukan ...?" Alex hanya tersenyum saat mendengar pertanyaanku, apalagi dia memang selalu menyukai ketika aku merasa takut dan tegang seperti saat ini. "Kamu cukup memegang tanganku tersenyum ramah dan mengangguk, paham?!" tegas Alex. Meski aku tidak tau maksud Alex seperti apa tapi, aku yang selalu mengikuti dan menuruti apa yang dikatakan oleh orang-orang sekitar termasuk Alex menurut begitu saja. Setelah pintu mobil terbuka, Alex turun terlebih dulu keluar dari mobil, uluran tangannya tidak pernah tertinggal untukku hingga kami kini berdiri tepat di hadapan orang-orang yang menyambut kedatangan aku dan Alex. "Aku pikir kalian akan datang kemarin. Tapi, ternyata hari ini baru sampai. Kalian beruntung karena segala persiapan sudah tersedia, kemarilah masuk!" Sambutan dari seorang wanita paruh baya tapi masih terlihat muda berjalan menghampiri kami dan menyambut dengan ramah. Meski tatapan aneh terasa saat mereka melihat ke arahku. Setelah acara perkenalan dan penyambutan, aku melakukan segala hal yang dikatakan oleh Alex hanya tersenyum ramah dan menyambut perkenalan diri dari mereka begitupun denganku. Kami kini berjalan masuk ke dalam sebuah rumah yang begitu luas, bahkan aku tidak tau jika ada sebuah rumah yang memiliki aula di pintu masuk dan ternyata luasnya ruang tamu di sana 3 kali lipat dari ruang tamu milik Alex. Saat sampai kami di persilahkan untuk beristirahat terlebih dahulu di sebuah kamar tamu. "Apa kamu merasa lelah, Sayang? Sebaiknya kamu istirahat saja, nanti sore kamu ikut bersama dengan yang lainnya memilih gaun untuk acara nanti," ucap Alex tersenyum sembari mendekatiku dan mengecup keningku dengan lembut. Kali ini Alex tidak lagi menemani aku untuk berdiam diri di dalam kamar saja. Dia pergi bersama yang lainnya untuk ikut membantu persiapan pernikahan, meski sempat aku bertanya pengantin tapi Alex tidak memberiku kesempatan untuk bertanya kepadanya. Berdiam diri di sebuah kamar memang bukanlah hal yang tepat di tengah-tengah kesibukan saat ini. Aku memilih untuk keluar dari kamar, berjalan mencoba mencari dan melihat sekitar mereka yang sedang di sibukkan dengan pekerjaan dan persiapan tampak begitu rapi dan teliti dalam persiapan. Seorang wanita yang sempat tadi menyambut kedatangan kami, tersenyum dan berjalan menghampiriku meski aku tidak tau harus bertanya apa, sedangkan aku tidak tau nama-nama mereka. "Kamu, Icha?" tanyanya, Ku balas anggukan atas pertanyaan dia. "Perkenalkan, aku Rima. Umm ... kamu istri Alex? Dan yang aku tau siapapun yang menikah dengan dia adalah wanita beruntung. Terima kasih karena sudah mau menerima dia!" tegas Rima. Aku mengangkat sebelah alis tidak mengerti apa yang di ucapkan wanita itu namun, aku lagi-lagi hanya bisa tersenyum kepadanya. "Jangan sungkan di rumah ini. Kamu sudah menjadi bagian dari kehidupan Alex dan tentunya kamu juga termasuk bagian dari keluarga kami," terang Rima. "Iya, terimakasih. Ra, apa kamu tahu apa yang sedang mereka lakukan?" alihku melihat ke arah sebagian orang sedang menyusun berbagai alat seperti sebuah pertunjukan. "Oh, itu! Mereka di undang dari opera orang, dan itu permintaan dari pengantin wanita yang sedang hamil," jelas Rima. "Hamil?" "Iya, kamu tahu lah bagaimana. Tidak perlu di ceritakan, jadi kita bisa nonton nanti," jelas Rima. Meski aku tidak paham akan penjelasan Rima, tapi aku sedikit menerawang maksudnya. Hanya saja, ternyata. Di kalamgan elit juga ada cerita suram seperti itu. Hal yang rumit bagi sebagian orang jika ingin mengetahuinya. Aku memilih dia dan mengikuti Rima yang berjalan pergi bersamaku menghampiri mereka yang sedang bersiap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD