Chapter 23 Akibat Pertempuran, Ryan Terluka

1248 Words
Ryan berjalan dengan perasaan yang kacau, dia menentang perjodohan Zean dan Fahmi. Tapi, tak memiliki keberanian untuk menyuarakannya pada Raz. Tatapan lelaki itu sendu, dia merasa tak memiliki kekuatan bahkan hanya untuk berjalan pulang. Derap langkah terdengar di telinga, Ryan tertegun sesaat dan menoleh kebelakang. Alangkah terkejutnya dia saat melihat segerombolan serigala datang dan mengepungnya. Grrmm. Geraman para serigala yang tengah kelaparan itu memandang dengan buas kearahnya. “Tidak mungkin siapa mereka?” ucap Ryan gugup. Sorot mata lawannya terlihat aneh dengan semburat warna kemerahan. “Wah, setelah sekian lama kita bisa menemukan seorang manusia berjalan di hutan. Mungkin hari ini adalah hari keberuntungan kita.” Seringai itu mengeluarkan lendir dari air liurnya. “Aneh, dia tidak seperti manusia pada umumnya, lihat saja dia bahkan tidak takut atau berusaha lari,” timpal salah satu dari rombongan itu. Lutut Ryan lemas, entah kenapa dia merasa nyalinya menciut. Bukan karena apa? Serigala yang ada di hadapannya memiliki ukuran tiga kali lipat dibanding dirinya. “J-jangan ganggu aku!” ucap pemuda itu pada akhirnya. Para serigala menatapnya lekat. “Hey, dia sedang bicara padamu,” ucap salah satu dari mereka menertawakan. “Tidak, dia sedang bicara padamu.” Ryan ketakutan, ekspresi lelaki itu menjadi candu yang sangat menghibur bagi serigala yang tengah kelaparan. “Aku bicara pada kalian semua!” Seketika serigala-serigala itu diam dan menatapnya dengan seksama. “B-bagaimana bisa dia mendengar suara kita?” Salah satu dari mereka maju dan mengendus tubuh Ryan, taring yang bersembunyi kini terlihat jelas dan menyeramkan saat mereka sadar Ryan adalah salah satu dari mereka. “Grrmm. Dia manusia serigala.” Wajah Ryan berubah pias, mata-mata yang ada di hadapannya semakin berselera untuk menerkamnya. “Kalau begitu, dia ada di kubu, Raz. Kita harus membunuhnya dan membawanya pada Tuan Rogiles. Tuan Raksana akan tersenyum melihat ini.” Ryan mulai panik, dia tidak ingin mati begitu saja. Lelaki itu bangkit dan berubah menjadi sosok serigala berbulu hitam. Geramannya yang kuat disertai lolongan membuat lawannya terkesiap. “Gerrmm, auwww. Sssh.” Bulu yang dimiliki Ryan membuat serigala-serigala itu tertegun. “Tangkap dia!” Pertarungan pun terjadi, Ryan berusaha kabur. Ukurannya hanya seperti seekor kucing yang di kelilingi sekelompok singa membuat ruang geraknya tidak leluasa. Terengah-engah berlari dalam kepungan, tiba-tiba salah satu dari kawanan serigala itu mencakar tubuh Ryan hingga terjatuh ke tanah. Brak. Lenguhan terdengar pilu, bukannya senang, pemimpin kawanan itu justru sangat shock. “Apa yang kau lakukan!?” Ryan begitu kesakitan, tubuhnya lemah dan berubah menjadi manusia. Pemimpin kawanan yang tidak dia ketahui namanya lalu menghajar serigala yang melukai Ryan. Dia menghajarnya dengan membabi buta. Lelaki itu bingung dengan apa yang baru saja terjadi. “Tidak berguna!” Perkelahian terus terjadi hingga Fahmi tiba dengan kedua anak buah Raz. Melihat Ryan terkulai di tanah, emosi Fahmi pun di luar kendali. Serigala putih itu melompat dan menyerang dengan brutal. “Grrmm." Taring yang jarang terlihat menyeringai dengan tajamnya, sorot mata serigala itu begitu beringas dan melawan semua komplotan, dibantu anak buah Raz, Fahmi akhirnya bisa memimpin pertempuran. Aroma darah yang kuat pada tubuhnya membuat lawan Fahmi terkesiap. “Hentikan dia sang pemilik darah suci, kita tidak boleh melukainya sekarang.” Fahmi dan Ryan terperangah. “Mundur!” Serigala-serigala itu berlari meninggalkan mereka. Fahmi memikirkan ucapannya, sungguh dia sangat bingung, Ryan terbatuk dan menyemburkan darah dari dalam mulutnya. “Bhuak.” Kecemasan dan panik melanda Fahmi, perlahan dia kembali dengan wujudnya sebagai manusia, tangannya gemetar menghampiri Ryan. “Apa kau baik-baik saja?” Ryan terbatuk-batuk, darah kental menghalangi pernapasannya. Dia tak dapat menjawab pertanyaan Fahmi dan berusaha mengambil napas. “Oh Tuhan, apa yang terjadi. Ryan bertahanlah.” Fahmi menoleh pada kedua anak buah Raz. “Kalian, cepat katakan apa yang terjadi kepadanya!” Lelaki itu frustasi, dia takut terjadi hal yang buruk. Wajah Ryan menunjukkan jika adiknya sedang sekarat. “Dia terluka, Tuan. Anak buah Raksana memakai ajian yang mematikan saat menyerangnya.” Fahmi tertegun dengan wajah kaku. “Apa maksudmu? Cepat obati dia.” Kedua serigala itu menggeleng lemah. “Kami tidak bisa mengobatinya, hanya Tuan Raz dan Wa Pasang yang bisa melakukannya.” Fahmi memeluk Ryan, tubuh adiknya semakin lemah. “Abang akan menyelamatkanmu, abang janji, Yan. Bertahanlah.” Fahmi melihat kondisinya, pulang ke tempat Raz memakan waktu satu hari satu malam lagi. Sangat tidak memungkinkan untuk mengejar waktu. “Bantu aku membawanya ke Gunung Bayangan.” “Tapi, Tuan. Kita harus kembali ke istana.” Wajah Fahmi berubah berang. “Persetan dengan legenda dan ramalan itu! Aku tidak akan menyelamatkan klan kalian jika adikku tidak selamat!” Tatapan tajam menghujam kedua serigala tadi. Ryan menggenggam tangan Fahmi erat. “B-bang,” “Tenanglah, abang akan menyelamatkanmu abang janji.” Untuk pertama kalinya Fahmi menitikkan airmata untuk Ryan. Dia sangat takut, tubuhnya gemetar. Fahmi berdiri menggendong Ryan, darah segar kembali keluar dari mulut saudaranya membuat pandangan Fahmi mengabur karena airmata. “Serahkan pada kami, Tuan. Kami akan membawanya.” Fahmi menolak. “Tidak tanpa aku.” Serigala itu melemah dan bersujud, Fahmi naik ke atasnya sambil memeluk Ryan. Dengan cepat mereka menuju ke Gunung Bayangan. Hati Fahmi berdebar tak karuan, tatapan Ryan begitu sayu dan hampir terpejam. “Bertahanlah kumohon demi ibu.” Setengah jam berlalu, kedua serigala itu menembus pertahanan Wa Pasang. Kehadiran mereka di wilayah lelaki tua itu langsung disambut oleh ketiga anak Wa Pasang. Zean terkesiap dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Apa yang terjadi?” Mereka lalu membantu Ryan dan Fahmi. Wa Pasang menghampiri dan mengecek denyut nadi di pergelangan tangan Ryan. “Kalian bertemu dengan Raksana?” Fahmi menatap dengan sorot mata terluka. “Kumohon, Wa. Selamatkan dia, apapun yang kau inginkan akan aku berikan.” Hati Ryan bagai di hantam palu yang tak kasat mata. Mendengar ucapan saudaranya. “Anak buah Raksana mencelakainya, ajian itu sangat mematikan,” ucap salah satu anak buah Raz. “Ya, aku tahu. Cepat bawa dia masuk. Juna, Malik. Pergi dan dapatkan ramuan untuk mengobati saudaramu.” “Baik, Wa.” Juna dan Malik segera bergegas. Fahmi dan Zeana mengankat tubuh Ryan masuk ke dalam rumah. “Kalian, jaga di perbatasan. Jangan sampai mereka menembus pertahanan ku, salah satu dari kalian segera sampaikan kabar ini pada Raz. Ryan telah diserang. Genderang perang akan segera dimulai.” Kedua anak buah Raz mengangguk hormat. Fahmi tertegun dan tak menyangka. “Ayo masuk dan baringkan dia.” Dengan langkah hati-hati, Fahmi menidurkan Ryan. Bibir adiknya mulai membiru, begitupun dengan darah yang keluar telah berubah warna. “Wa, ada apa ini?” Fahmi benar-benar gelisah. “Tenanglah, tinggalkan uwa sendirian. Zean bawa dia keluar.” “Tapi, Wa. Saya tidak bisa meninggalkannya sendirian.” “Keluarlah jika kau mempercayaiku, Fahmi. Aku akan mengobatinya dengan ilmu dalam. Jika kau disini kau hanya bisa mengganggu ku.” Ryan kembali terbatuk, kelopak matanya begitu berat membuat pemuda itu terpejam. “Serahkan semuanya pada uwa, sebaiknya kita keluar dan bersiap membuat ramuan." Zean menggapai lengannya. Fahmi pun melunak dan berjalan keluar. Resah dan gelisah, dia tak habis pikir kenapa efeknya sebesar itu. “Dia hanya menerima cakaran, lalu kenapa Ryan begitu sekarat?” “Ku dengar, hal yang sama menimpa Datuk Magadang di masa lalu. Ajian itu sangat berbahaya dan hanya dimiliki oleh Raksana dan Rogiles. Maka dari itu, teknik bela diri juga sangat diperlukan. Jika kau bertarung hindari cakaran maut mereka.” Ada banyak hal yang tidak di ketahui oleh Fahmi dan Ryan, resiko atas apa yang menimpa mereka pun tak main-main. "Dulu, Datuk Magadang tidak dapat di selamatkan. Tapi, semoga Ryan bisa," ucapan Zean membuat Fahmi meradang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD