bc

Keturunan Manusia Serigala

book_age16+
547
FOLLOW
2.8K
READ
sweet
mystery
like
intro-logo
Blurb

Kehidupan manusia dan jelmaan serigala telah berdampingan selama bertahun-tahun. Itulah cara Magadang menjaga wilayahnya dan menjaga populasi manusia di bawah pengawasannya. Naas, jelmaan serigala yang lain tidak menyukai sifat Magadang yang berpihak pada manusia.

Magadang meninggal setelah pertarungan membinasakannya. Dua puluh tahun kemudian, Fahmi putra Magadang berusaha mencari jati dirinya, Fahmi tidak tahu jika dia adalah setengah serigala.

Bagaimana kisah Fahmi?

Ikuti kisahnya jangan lupa untuk tekan lovenya

chap-preview
Free preview
Chapter 1 Asal mula keturunan Magadang
Bulan purnama bersinar terang di langit kampung Gunung Serigala. Namun, suasana terasa mencekam karena bertepatan dengan Selasa Kliwon, di mana para manusia jelmaan keluar dari tempat persembunyian. Di teras rumah, Magadang dan istrinya mengawasi warga yang sibuk mengikat ayam berbulu hitam legam di depan rumah masing-masing. Obor telah di nyalakan dan memagari setiap perbatasan untuk mengelilingi rumah warga. "Masuklah, Bu. Biar semuanya Bapak yang teruskan, tolong jaga putra kita dan jangan keluar rumah apapun yang terjadi," pinta Magadang. "Baik, Pak." Malam itu Magadang harus memastikan tidak ada serigala yang berlaku curang dan melukai warga. Dia menjaga desa dengan cara itu selama bertahun-tahun lamanya. Menyediakan persembahan untuk manusia serigala yang berada di atas kaki gunung adalah cara yang sangat ampuh untuk menjaga perdamaian antara manusia dan jelmaan serigala. Waktu memasuki tengah malam, kawanan serigala mulai turun dari gunung, langkah mereka terdengar jelas di telinga Magadang. Tanpa membuang waktu lelaki itu langsung memukul pentungan untuk mengingatkan warga agar kembali ke rumah masing-masing. "Semuanya masuk dan jangan mencoba keluar, tetap di rumah kalian hingga pagi tiba!" Warga bergegas masuk dan mengunci pintu rumah setelah mendengar peringatan Mangadang. Lolongan panjang memekakan telinga. Terdengar, serigala jelmaan telah memasuki perkampungan. Magadang berdiri di tengah-tengah kampung, menanti kedatangan mereka satu per satu. "Oho, lihatlah perwakilan mereka. Dia sudah berdiri menunggu kita," ucap serigala hitam legam dengan seringainya. Magadang bergeming menyaksikan serigala itu memangsa dengan rakus, seekor ayam di depan rumah warga. "Aku mulai tak menyukai hal ini, kami seperti peliharaan yang kalian beri makan. Kenapa kau tak meminta mereka menyiapkan hewan yang lebih besar?" "Makanlah dan segera bawa kawananmu pulang!" seru Magadang. Serigala hitam itu mendekat dan menatap Magadang lekat. "Jangan sombong kau Magadang, kau harusnya sadar siapa dirimu. Kau sama seperti kami." "Ya, aku sadari itu. Kalian seharusnya tidak meminta sesuatu yang lebih. Kasihan warga." "Kau terlalu berpihak." Magadang berusaha bersikap tenang, agar semua tetap di dalam kendali. "Kami ingin kau membuat mereka menyiapkan domba di persembahan berikutnya, ayam ini tidak mengganjal perut kami." "Makanan itu sangat banyak jika kalian makan seperti manusia tidak seperti binatang," ucap Magadang. Hal itu membuat serigala hitam tersinggung. Tanpa di duga, serigala hitam tadi melompat dan mencakar d**a Magadang. Lelaki itu tersungkur, darah segar menetes dari dadanya. "Apa yang kau lakukan? kau melukainya?" Raz sahabat Magadang sekaligus ketua kawanan menyalahkan serigala hitam itu. "Dia pantas mendapatkannya, dia terlalu sombong karena menikah dengan manusia. Kau lihat, bahkan dia tidak mampu mengobati dirinya sendiri. Dasar lemah!" Raz cemas dan membantu Magadang. "Magadang, kau tidak apa-apa?" tanyanya setelah berubah wujud menjadi manusia. "Jangan lemah Raz, dia berpihak pada manusia dan kau juga melakukan hal yang sama." Raz tak peduli dan tetap membantu Magadang. Serigala hitam itu memerintahkan anggota rombongan untuk menyantap persembahan ayam yang telah di sajikan. "Sial, warga semakin pelit. Hanya ayam kecil yang dijadikan persembahan. Lihat saja nanti, mereka akan menyesal, saat kita mulai memangsa anak-anak mereka." Magadang tercengang mendengar ucapan serigala itu. "Jangan pernah lakukan itu atau kau akan berhadapan langsung denganku. Mengerti?" teriak Magadang lantang. Serigala hitam itu melompat dan menerkamnya. Gigi-giginya yang runcing dan tajam, terlihat sangat menyeramkan. Air liurnya menetes membasahi wajah Magadang. "Kau pikir aku takut? Kau akan mati di hadapanku jika aku mau," ucap Magadang jemawa. Serigala hitam itu sangat marah mendengar ucapan Magadang. Lelaki itu telah melenyapkan keinginannya untuk bersenang-senang. "Aku akan membunuhmu jika kau berani menyentuh mereka!" Serigala hitam itu menoleh dan kembali melayangkan cakarnya, beruntung Magadang langsung berubah wujud menjadi serigala putih dan menghindar. "Bodoh! Apa yang kalian lakukan, kita bersaudara." Raz dan yang lain memperingatkan. Sosok serigala hitam itu tak mendengar dan terus menyerang Magadang. Raz, serigala yang membela Magadang, menyaksikan dua ekor serigala itu saling menggigit dan menerkam. "Hentikan! Jangan sampai kalian saling menyakiti," Raz berteriak. Magadang terluka parah, tubuhnya ambruk dalam sekejap. Serigala putih itu sekarat dan tidak berdaya. "Apa yang telah kau lakukan padanya? Kau tidak bisa tinggal bersama dengan kami. Pergi kau, jangan datang kembali ke kampung ini!" Raz mengusir Serigala hitam itu. "Kalian serigala tidak berguna, kalian lemah." Makinya dan berlalu. Magadang merenggang nyawa dengan luka hebat di sekujur tubuh. "Terimakasih dan jaga keluargaku." Magadang memohon pada Raz sahabatnya "Apa yang kau bicarakan? Kau akan menjaga keluargamu sendiri. Aku akan mengobatimu," Magadang menggeleng, serangan yang dilakukan serigala hitam itu sangat kuat, ajian yang tak di miliki oleh sebagian serigala lainnya. "Tidak, kau tidak akan bisa. Jaga keluargaku terutama putraku. Bimbing dia jika suatu saat kalian bertemu, ku mohon jauhkan dia dari keluargaku dan kampung ini." Raz dan serigala yang tetap tinggal terpukul saat Magadang menghembuskan napas terakhirnya. "Tidak, kau harus bangun Magadang. Putramu masih sangat kecil," Raz menggoyang-goyangkan tubuh Magadang, sayang semuanya sudah terlambat. Lolongan panjang kembali terdengar, kawanan serigala memberi penghormatan untuk terakhir kalinya. Warga yang mendengar suara itu bergidik dengan bulu kuduk berdiri. Suara lolongan kali ini terdengar sangat berbeda. Di dalam rumah Putra Magadang terus menangis di pelukan ibunya, Raz yang mendengarnya merasa sangat bersalah karena tak mampu melindungi Magadang. "Aku berjanji akan menjaga keluargamu dan kampung ini, tenanglah di alam sana kawan." Raz mengobati luka Magadang, semampunya dia menyamarkan luka sahabatnya agar tak ada desas desus yang membuat warga takut dengan jelmaan serigala. Magadang sadar jika putranya kelak akan membuat klan manusia serigala saling bertarung memperebutkan darah suci yang di milikinya. Ramalan menggambarkan darah suci akan lahir dari keturunannya. Dia sangat meyakini jika Fahmi lah yang akan mewarisi itu. Pagi menyingsing Laksmi dan warga yang lain keluar dari rumah. Raz dan kawanannya berubah menjadi manusia demi mengantarkan Magadang ke peristirahatan terakhirnya. Laksmi tercengang kala orang tak di kenal datang membopong tubuh suaminya. "Pak, Bapak!" Laksmi terus memanggil tapi yang terkasih telah tertidur lelap. "Ada apa? Apa yang terjadi dengan suami saya?" tanya Laksmi setengah menjerit. Raz dan kawanannya turut berduka atas kepergian Magadang, terlebih istrinya sangat terpukul. "Dia telah wafat dalam menjaga desa kalian. Jangan menangisinya." Raz memberi penjelasan. Laksmi tersungkur dan memeluk jasad sang suami yang telah terbujur kaku. "Kenapa kau meninggalkan kami, Pak." Laksmi meredam kesedihan saat langkah kecil Fahmi menyusulnya. "Papak." Usia Fahmi saat itu masih tiga tahun dia belum mengerti apa yang terjadi dengan Magadang. Tangis warga ikut pecah melepas kepergian Magadang, sosok yang di anggap di tua kan dalam kampung tersebut. Kehilangan Magadang membuat tradisi persembahan ikut menghilang. Raz dan kawanannya menatap Fahmi dengan seksama, Putra Magadang menjadi prioritas bagi mereka sekarang dan seterusnya. Dua puluh tahun kemudian .... Fahmi tumbuh menjadi sosok lelaki yang tampan dan bijaksana. Lelaki itu kini baru saja menyelesaikan kontrak kerja di kota dan bergegas pulang karena merindukan ibunya. Anak buah Raz tak pernah jauh dari pemuda itu. Raz menjaga Fahmi dengan caranya selama bertahun-tahun. Fahmi tidak pernah menyadari jika dirinya diawasi oleh jelmaan serigala. Perjalanan yang melelahkan di tambah teriknya sinar matahari membuat Fahmi mencari tempat untuk berteduh. Di bawah pohon yang rindang, Fahmi duduk dan mengibaskan topi yang di pakainya. Rasa sejuk menjalar membuatnya nyaman. Dia harus berjalan kaki menuju ke kampung halaman. Hal itu di karenakan tidak ada satu pun mobil atau motor yang bisa menjangkau kampung gaib itu. "Hey, maaf menganggumu. Sepertinya kau orang baru di sini?" Pertanyaan datang dari seorang pejalan kaki yang melintas di hadapannya. Fahmi putra Magadang menyambut sopan lelaki tersebut. "Ya benar." "Kenalkan nama saya Daru, saya warga asli sini," ucapnya ramah. Fahmi bangkit dan menjabat tangan lelaki itu. "Saya Fahmi warga dari Kampung Gunung Serigala, saya hendak melakukan perjalanan pulang." Lelaki di hadapan Fahmi tampak terkejut "Kampung gaib itu sangat menarik. Saya pernah mendengar legendanya. Apa benar tidak sembarang orang yang bisa kesana?" tanya Daru. Fahmi tersenyum mengiyakan. "Hebat sekali," Raz menutup jalan penghubung kampung itu demi melindungi warga. Cara ini ampuh, Raz akan tahu jika ada seseorang yang akan datang dan pergi. Dengan ajian yang dimiliki, kampung itu tak terlihat dari luar dan orang yang masuk hanya orang yang di kehendakinya. "Sangat menarik, saya berharap suatu saat nanti, bisa memasukinya. Saya dengar pemandangan di sana sangat indah." "Ya, jika leluhur mengizinkan. Kau pasti bisa melewatinya." Orang asing itupun pamit dari sana. "Maaf mengganggu perjalananmu, kalau begitu saya pamit dulu." Fahmi mengangguk dengan sopan. Diapun memilih beranjak dari sana. Fahmi pun melanjutkan perjalanan, seorang gadis yang dalam pelarian mendengar percakapan mereka. Gadis itu harus bergegas jika ingin hidupnya selamat. Dia sangat yakin untuk bersembunyi di tempat Fahmi. "Aku harus mengikutinya, hanya ini jalanku satu-satunya." Gadis itu menutupi seluruh tubuhnya dengan kain. Rasa takut menghantuinya. Dia baru saja kabur dari rumah karena dipaksa menerima lamaran dari pria tua yang sangat kejam di daerahnya. Namanya Hafizah, gadis itu jatuh miskin dalam sekejap dan hidup sebatang kara. Kedua orangtuanya meninggal tanpa sebab yang pasti. Semua peninggalan kedua orangtuanya dimiliki oleh Bibinya, adik kandung dari Ayahandanya. Dia pun akan dijodohkan dengan pria tua untuk menambah pundi-pundi kekayaan si Bibi. Fizah nekat untuk kabur, bukan hanya karena akan dinikahkan. Gadis itu pun tidak kuat di siksa dari setiap hari. Fizah bergegas saat mendapatkan kesempatan untuk kabur. Sebelum pergi Fizah melumuri muka dan tubuhnya dengan arang bercampur tanah agar dirinya jadi kucel, hitam dan dekil. Tujuannya agar tak seorang pun yang bisa mengenali rupanya. Apa yang di ucapkan laki-laki tadi seakan menjadi angin segar bagi Fizah, dia sudah tahu arah tujuannya dan tak mungkin bagi si bibi untuk menemukannya. Fahmi melangkah melanjutkan perjalanan, beberapa manusia jelmaan mengawasinya dari jauh. Kehadiran Fizah pun mencuri perhatian mereka. Manusia jelmaan tampak waspada, karena Fizah berada tepat di belakang Fahmi. ** Hafizah berusaha menjaga jarak dan tidak membuat Fahmi terganggu karena kehadirannya. Walau kondisinya sangat lemah, karena perut yang belum di isi dari semenjak kabur. Fizah masih berusaha untuk berjalan. Merasa ada yang mengikuti, Fahmi berbalik melihat ke belakang. Anehnya tak ada seseorang pun di sana. Hanya ada pohon dan semak belukar, instingnya selalu tepat, tapi kali ini dia meleset. Dia tak menemukan apa-apa. "Aneh, tadi sangat jelas jika seseorang mengikutiku." Fizah berhasil bersembunyi. Gadis itu tersentak kalah melihat di depan sana ada segerombolan lelaki yang membawa parang dan benda tajam lainnya. "Orang-orang itu, apakah mereka akan berburu," tebak Fahmi penasaran. Fizah tak memiliki pilihan selain keluar dari tempat persembunyiannya. Alangkah terkejutnya wanita itu, keringat dingin mulai menjalar ke seluruh tubuh. Badannya ikut gemetar, Fizah menyadari bahwa orang-orang itu adalah orang-orang suruhan untuk mencarinya. "Bagaimana ini, aku tidak mau di tangkap." Fizah panik dia pun berpikir cepat. Jarak diantara mereka semakin dekat. Gadis itu nekat maju bermodalkan penyamaran. Dia berjalan cukup cepat demi meminta pertolongan pada Fahmi. "Hey, kau mengikutiku sejak tadi, bukan?" tanya Fahmi langsung ke intinya. Fizah tergagap, dia menatap wajah pemuda itu lalu tertunduk hormat. "Maaf, s-saya tidak bermaksud. Tolong, bisakah Tuan melindungiku?" Fahmi menatapnya aneh. "Tuan, begini." Fizah menjelaskan keadaannya. "Orang-orang di depan sana sedang mencariku. Mereka akan membunuhku lalu menyeretku pulang. Tolong lindungi aku, kumohon." Fizah menangkupkan tangan dengan wajah memelas. "Mereka orang jahat yang akan memperlakukanku seperti binatang, aku akan menjelaskannya padamu, tapi ku mohon kali ini selamatkan aku." Fizah memohon dengan sangat, gadis itu ketakutan. Apalagi kawanan itu makin mendekati mereka. Fahmi menatap orang-orang itu lalu menatap Fizah. "Tuan, aku mohon apapun yang kau inginkan akan ku lakukan." Netra wanita itu berkaca-kaca. Fahmi memilih mengabaikannya dan melanjutkan perjalanan, dia tak menghiraukan orang asing itu. Sementara jelmaan serigala memindai bahaya yang akan menghampiri tuannya. Fizah sangat panik dan melangkah dengan cepat, gadis itu mengejar langkah Fahmi dan langsung berpegang pada ujung bajunya, sontak saja, apa yang dilakukan Fizah membuat Fahmi menoleh ke arahnya. Mereka tidak saling mengenal. Sorot mata yang terlihat sangat lemah membuat Fahmi menaruh rasa iba. "Hei kau!" teriak salah satu dari gerombolan tersebut. "Apa kau melihat gadis cantik di daerah sini atau mungkin berpapasan denganmu, dia tingginya seperti gadis di sampingmu putih dan rambutnya lurus sebahu." Fahmi menelaah ucapannya, dia menoleh menatap Fizah lalu menyimpulkan jawabannya. "Maaf saya tidak melihat ada gadis seperti itu lewat sini," jawab Fahmi jujur. Pemuda itu tidak berbohong karena Fizah yang berada di sampingnya kulitnya berwarna coklat. 'Apa dia berbohong padaku?' batinnya setelah menoleh ke Fizah sekali lagi untuk memastikan. Para pemuda itu menatap Fizah dari kaki sampai ujung kepala, salah satu dari mereka mulai mendekati. Fizah tertunduk ketakutan. Tangannya gemetar dan, tidak melepaskan baju lelaki itu, remasan di baju Fahmi semakin kuat dan pemuda itu merasakannya. "Maaf. Dia saudara saya, kami dari kota perjalanan kami masih jauh kalau sudah tak ada yang perlu di tanyakan lagi. kami, mau melanjutkan perjalanan." Pemuda yang mendekati Fizah pun berhenti. Mereka tersadar dan melanjutkan perjalanan mencari buruannya. Jika mereka tetap tak menemukannya entah apa yang akan terjadi. "Baiklah, ayo pergi dari sini!" Fizah merasa lega, saat menyadari orang-orang itu sudah menjauh. Mereka menatap gerombolan itu hingga menghipang di balik semak. "Syukurlah," ucap Fizah lega. Fahmi meliriknya sekilas lalu berdehem. "Ehmm," lelaki itu menatap ujung bajunya. Seketika Fizah langsung mundur dan melepaskannya. "Terimakasih, Tuan. Karena sudah membantu saya, saya berhutang budi pada, Tuan," Fahmi mengangguk dan terus berjalan. "Tidak masalah." Fizah mengikutinya. Sepanjang jalan wanita itu tak berbelok atau masuk ke desa yang dilalui. Fahmi mulai risih dengan wanita itu. "Apa kau akan terus mengikutiku? apa kau tak punya tujuan?" tanya Fahmi dingin. Fizah menggeleng, bahkan penampilan wanita itu terlihat aneh. "Maaf, Tuan. Saya tak punya tujuan, saya yatim piatu. Saya tidak punya siapapun lagi, yang mengejar saya tadi itu, orang suruhan laki-laki tua tempat dimana Bibi saya berhutang. Dia ingin saya menikah untuk membayar hutang-hutangnya. Saya tidak mau menikah jadi saya kabur. Izinkan saya ikut padamu, Tuan," pinta Fizah memelas Fahmi tentu saja menolak, apa kata ibunya nanti. "Maaf, saya tidak bisa." "Tuan, tolonglah. Saya ikhlas biar jadi pembantu asal saya bisa berteduh dan mengisi perut." Kali ini Fizah berlutut memohon di kaki Fahmi. "Hey apa yang kau lakukan!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
10.5K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
148.5K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
123.0K
bc

Time Travel Wedding

read
6.6K
bc

Romantic Ghost

read
164.4K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
7.1K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
91.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook