Chapter 21 Perburuan.

1410 Words
Perburuan dimulai, mereka mulai menyebar. Fahmi menatap Wa Pasang sekali lagi. Tapi, lelaki tua itu tetap pada keputusannya. Dia hanya akan bercerita saat acara perburuan selesai. Ryan dan Zean tampak bersemangat, Fahmi bisa melihat jika adik sepupunya itu telah terbiasa dengan kegiatan ini. Ryan sangat menikmati dan tampak bahagia. Terbesit rasa syukur di hati Fahmi mendapati perubahannya. Ya, setidaknya adiknya itu tidak galau lagi. "Kita akan berpencar untuk berburu. Malik dan Juna sangat handal untuk menangkap mangsa, jadi kalau kita mau menang, kita harus cepat, " ucap Zean. "Aku akan memeriksa air terjun yang berada di atas, jika tengah hari tiba banyak hewan yang mendekat untuk minum," sahut Ryan dan tersenyum. "Ide yang bagus," mereka pun menoleh ke Fahmi "APA?" tanya lelaki itu bingung. Zean dan Ryan menghela napas. "Abang, mau ke jalur yang mana?" tanya Ryan. "Oh, emm aku bisa ikut denganmu," ucap lelaki itu santai. Zean meringis mendengarnya, mereka tidak akan menang jika menaruh harapan pada Fahmi. "Abang harus ambil jalur sendiri. Setelah mendapatkan buruan kita akan bertemu disini!" Zean menyetujui usul lelaki itu. Fahmi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya dia merasa bingung dan tidak tahu harus bagaimana. "Baiklah, terserah saja." "Oke aku duluan." Zean mengambil langkah pertama. Wanita itu berlari sangat cepat, dia adalah sosok yang tangguh, penampilannya dapat membuat orang tertipu. Dia begitu lemah lembut di luar, kesan pertama yang di lihat Fahmi saat bertemu dengan wanita itu. Zean berubah menjadi manusia serigala, sosoknya menampilkan bulu kecoklatan cenderung ke emasan. Fahmi sedikit tersihir melihat kepergiannya. "Kenapa, Bang? Cantik ya?" tegur Ryan yang juga melihat kepergian Zean. Fahmi menoleh dan menyunggingkan senyuman. "Wanita mana ada yang nggak cantik, Yan?" "Maksudku, dalam artian yang berbeda, Bang." "Jangan tanya abang. Abang sudah punya yang paling cantik di rumah. Minggu depan uda resmi lagi," ucapnya menepuk bahu adiknya. Ryan hanya manyun. Saat akan berbalik ke jalurnya. Fahmi menoleh sekali lagi. "Tanyakan pada dirimu, sepertinya kau menyukainya." Ryan tertegun. "Jika Nina bukan jodohmu. Mungkin Zean adalah jawaban dari doamu." ** Setelah cukup lama berjalan. Fahmi bertemu dengan beberapa hewan. Seekor Rusa terkejut melihatnya. 'Tidak, tidak, rusa itu terlalu besar. Aku bisa berburu yang lain,' batinnya. Fahmi meninggalkan induk rusa itu. Tak lama sosok manusia serigala muncul dan menerkam rusa malang itu. Fahmi terkejut dan mundur beberapa langkah, pemandangan di depan sana membuatnya bergidik. Dengan buasnya. Sang manusia serigala menjatuhkan induk rusa tadi. Seringainya membuat Fahmi tertegun. "Kau tak berpikir untuk merebutnya dariku?" tanyanya. Fahmi mengenal suara itu, ya dia Malik. "Tidak." "Pengecut," ucapnya mengejek. Arti pengecut dalam kamus Fahmi berbeda dengan nya. Jadi lelaki itu menanggapinya dengan santai. Dia tidak terpancing sama sekali. Tidak lama sosok serigala wujud Zean menerkam buruan sang serigala yang begitu percaya diri. Grmm. Zean terlihat sangat tangguh. Dengan wujudnya dia terlihat sama menyeramkan nya dengan lawannya. Pertempuran dua saudara itupun berjalan alot. 'Aku takkan melakukannya hanya karena buruan. Apalagi jika lawan ku saudaraku sendiri,' ungkap Fahmi dalam hati. Zean tampak kelelahan tapi dia tak menyerah. Dua serigala ini saling memperlihatkan taringnya. Tap tap tap. Tiba-tiba serigala hitam melompat berusaha menyerang Malik. Fahmi terkejut, dengan cepat dia melompat dan berubah wujud untuk menahannya. Grrmm. "Apa yang kau lakukan?" tanya serigala putih itu pada saudaranya. "Bang, Zean berada di tim kita," ujarnya. "Aku tahu permainan ini tak punya aturan. Tapi kau tak bisa merendahkan harga dirimu dengan merebut buruan orang lain. Ingat Ryan kita berbeda, apa kau tak bisa mendapatkan buruan yang lebih darinya. Dari usahamu sendiri!" Zean yang mendengarnya menyerah. Malik menyeringai membawa buruan nya berlalu. Zean tampak kecewa dan marah. "Apa yang kau lakukan, ha?" bentaknya. Mereka kini berubah menjadi manusia biasa. "Aku tidak tau padamu. Tapi, aku tak suka adikku mengikuti aturan mu." "Wah!" Emosi Zean benar-benar terpancing. "Baiklah kalau itu mau mu." Zean tak bisa memaksakan kehendaknya pada Fahmi. Waktu mereka semakin sedikit. Fahmi merasa bersalah melihat raut wajah wanita itu. "Kurasa kita masih punya waktu, jika ingin mengejar ketertinggalan. Maka dengarlah rencananya." Zean menatapnya tak percaya. "Lihat siapa yang bicara." "Ayolah, Zean. Bang Fahmi juga jago dalam membuat strategi," bela Ryan. Zeana hanya memutar bola mata, jengah. Itulah yang dia rasakan. "Zean halau Malik agar tidak cepat sampai di rumah. Ryan cari buruan lebih besar dan bawa sebelum lawan sampai Finis. Mengerti. Dan aku akan ke air terjun di atas. Kalau-kalau aku bisa dapat bonus dan mengejar kalian." Zean hanya mendelik. "Kau lihat rencananya?" Zeana tertawa meremehkannya. "Baik, Bang," Ryan segera bergegas. Tidak ada waktu untuk berdebat. "Aku tidak terobsesi untuk menang. Tapi, jika kau mau menang. Sebaiknya turuti saja." Zeana tak memiliki pilihan. Wanita itupun berlalu untuk mengejar saudaranya. Fahmi berjalan menuju ke air terjun. Sekali lagi dia menemukan banyak buruan. Tapi, tetap mengabaikannya. Sesuai ucapan Ryan, saat tengah hari banyak hewan yang datang untuk minum. Entah itu rusa, burung, Bangau, dan kelinci. Fahmi memilih menyelam ke dalam air dari pada menghabisi nyawa mereka. Dia berburu dengan caranya sendiri. Setelah mendapatkan yang dia mau, Fahmi pun bergegas pulang. Di tengah halaman dengan batang pohon melingkar sebagai kursinya. Semua orang berkumpul termasuk Ryan dan Zean. Mereka menatap Fahmi tak percaya. Tak lama semua orang tertawa. Kecuali dua anak buah Raz dan Ryan. 'Haha hahaha.' "Fahmi apa yang kau bawa?" tanya Malik dan Juna bersamaan. "Ini lauk kesukaanku. Aku akan meminta bibi membumbuinya. Nanti kita bakar bersama-sama." Zean menggeleng, lelaki itu memang berbeda. "Jangan. Tolong berikan padaku. Ibu sudah kewalahan dengan dua rusa tangkapan hari ini." Zean meminta ikan tangkapan Fahmi. "Jadi siapa yang menang?" tanya Fahmi penasaran. Semua orang terdiam. "Kita yang menang, Bang, " sorak Ryan berbahagia. Zeana ikut tertawa merayakan kemenangan mereka. "Benarkah? Sungguh hal itu sangat mustahil. Juna dan Malik tak mungkin bisa mengalahkan Zean." Wanita itu tampak malu-malu dan tertunduk. "Zean murka. Juna dan yang lainnya takut melerai mereka," ucap Ryan. Fahmi hanya tersenyum menanggapi. "Wah, selamat." "Tentu, selamat juga untukmu." Zean menatapnya sekilas lalu berjalan menjauh. "Baiklah karena Fahmi telah kembali. Maka Uwa akan mengumumkan pemenangnya. Hari ini perburuan di menangkan oleh kelompok Fahmi," ucap Wa Pasang. Malik dan Juna tampak meringis. "Yeah kita menang." Ryan melompat kesana dan kemari. Dia sangat senang karena memenangkan perlombaan. Beberapa detik kemudian, Zean kembali dengan ikan yang sudah di bumbui. Ryan tampak sibuk menyiapkan bara api. Daging rusa sangat wangi setelah menyentuh bara api. Ryan dan Juna mulai menambahkan ikan ke atas bara. "Ngomong-ngomong kau begitu keras kepala," ucap Zean memulai pembicaraan. Fahmi menoleh menatap tepat pada sorot mata wanita itu. "Aku tahu, Ryan pun mengatakan demikian." Mereka terkekeh bersama. "Fahmi aku ingin berbicara." Malik tiba-tiba datang dan merangkulnya. "Oh silahkan." "Kenapa kau menahan Ryan untuk tidak menyerang ku? Padahal dengan cara itu kau bisa lebih mudah untuk menang." Ryan tersenyum, dia dan Abangnya saling bertatapan. "Aku hanya memintanya untuk tetap sportif meski permainan kita tak punya aturan." "Hanya itu?" Fahmi merasa sungkan, walau begitu dia tetap menjawabnya. "Aku menjaganya agar tetap mementingkan etika. Meski kami di alam bebas. Aku selalu berusaha membuatnya menahan diri. Agar dia dapat mengontrol semuanya dengan baik. Jika tidak membuat batasan. Sifat liar kita akan mengambil alih tubuh kita." "Kau memang seperti Mangadang Fahmi," celetuk Wa Pasang dari arah yang tak terduga. "Eh, Wa." Fahmi langsung berdiri. "Apa kau juga tak berburu karena itu. Datukmu Wa Magadang. Juga sama sepertimu. Beliau menjunjung tinggi etika dan harga diri. Tidak berburu dan semena-mena pada hewan. Walaupun banyak yang menghina karena merasa dia lemah. Datukmu tetap pada pendiriannya," ungkapan Wa Pasang membuat hati Fahmi tenang. "Fahmi kenapa menjaga diri dengan batasan itu perlu? Kau bisa bersenang-senang disini. Tidak akan ada yang bisa memergoki mu. Kau bisa melakukan apa saja dengan bebas," ucap Malik. "Itu perlu jika kau memimpikan hidup di perkampungan untuk beradaptasi. Terlebih aku. Aku telah memilih wanitaku. Dia gadis yang baik dan menerimaku apa adanya. Batasan itu perlu untuk mengolah emosi. Kau akan mudah menjadi serigala jika emosimu tersulut." Wa Pasang dan Zean terkejut mendengarnya. "Apa kau tidak mendengar legendanya. Kau hanya bisa menikahi wanita dari klan kita. Itu jika kau ingin bangsa kita tetap hidup berdampingan dengan manusia." Fahmi terkesiap. Ryan pun tercengang. "Apa maksud Uwa?" tanya Ryan tidak mengerti. "Fahmi harus menikah dengan Zean untuk menyelamatkan kesetaraan. Jika Fahmi menikah dengan manusia biasa maka darah suci itu tidak berarti. Raksana akan mengambil alih kepemimpinan kita. Dua kubu terkuat yang tersisa. Magadang dan Raksana adalah saudara. Karena Magadang telah meninggal maka kuasa itu di alihkan pada Fahmi. Tapi, jika dia menolak. Maka Raksana akan kembali berkuasa. Dia harus menikahi Zean untuk tetap memimpin kita." Ryan terkejut, di tatapnya Zeana yang tersenyum tidak jauh dari tempatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD