Chapter 19 Mengenal jati diri

1092 Words
Fahmi memasuki bangunan itu, istana megah yang sangat indah. Semua pernak pernik berasal dari zaman kuno. Raz membawanya ke singgasana. Fahmi tak hentinya terpukau. “Inilah wujud dari sebagian dirimu. Kau adalah putra Magadang sahabatku sekaligus sang penerus yang kami tunggu-tunggu.” Fahmi menatap Ryan dan Raz secara bergantian. "Ryan, apa yang dia bicarakan?" bisik Fahmi. Raz membaca gelagat keduanya. “Kau mungkin bertanya-tanya, baiklah akan aku jelaskan." Fahmi menatap sekitarnya, beberapa penjaga berdiri di setiap pintu. "Akulah pemimpin yang menjaga kampung mu dan juga keluarga mu.” Fahmi terkesiap lalu menatap Ryan. “A-aku tidak mengerti. Apa sebenarnya yang coba dia katakan, Yan?” Raz tersenyum dan menoleh ke arah Ryan. “Kau boleh meninggalkan kami, aku ingin bicara berdua dengannya.” Ryan pun undur diri dan keluar dari sana. Fahmi gugup, berusaha mengejar, dia ragu dan merasa tak nyaman. “Yan.” Dipegangnya erat tangan saudaranya itu, berharap Ryan tetap di sampingnya. “Aku tidak akan kemana-mana, tetaplah disini, jangan khawatir.” Fahmi pasrah saat adiknya itu pergi. "Ikuti aku." Raz membawa Fahmi ke sebuah ruangan. Walau Fahmi ragu dia tetap mengikuti dari belakang. “Aku sengaja meminta Ryan membawamu karena ingin menyampaikan hal yang penting.” Fahmi mendengarkan dengan serius. “Fahmi, lupakan tentang pernikahan yang tengah kau rencanakan, kau tidak bisa menikah dengannya.” Peryataan Raz membuatnya tercengang. “Aku tidak tahu siapa kau, juga tidak peduli dengan apa yang kau katakan. Tidak ada yang bisa menggagalkan pernikahanku.” Raz tersenyum penuh arti, dia lalu meletakan tangannya di atas bahu pemuda itu. “Aku adalah pemimpin mu, sekaligus yang menjaga desamu. Melindunginya dengan ajian yang membuat desa itu tak bisa di masuki oleh sembarang orang. Saat kau membawanya, kau hanya mengatakan jika dia hanya seorang teman bukan seorang pasangan.” Lagi-lagi Fahmi di buat terperangah. “Ba-bagaimana kau tahu itu?” “Dengar, hanya kau sang pemilik darah suci yang harus kami lindungi. Kau murni keturunan Magadang, kami harus melindungi mu demi kebaikan dan kesetaraan.” Tatapan Raz menusuk ke relung hati. “Melindungi dari apa? Apa sebenarnya yang kau bicarakan, kenapa aku harus membatalkan pernikahanku.” Emosi Fahmi mulai di luar kendali. “Dia hanya manusia biasa, Magadang telah melemahkan garis keturunan dengan menikahi ibumu. Jika kau menikahi wanita itu maka darah suci ini tidak ada artinya. Klan kita akan musnah, tidak adalagi penerus kepemimpinan.” Fahmi tidak menganggap itu serius. “Lalu, apanya yang harus di permasalahkan. Hiduplah dengan nyawa kalian, tidak usah memikirkan sesuatu yang belum pasti.” Sikap egoisnya. Membuat Raz berpikir keras. “Tentu jadi masalah besar, Fahmi. Jika klan kita putus maka hanya serigala dari timur yang akan menguasai kehidupan. Desamu itu tidak akan berdiri lagi, apa leluhur mu tidak menceritakan keganasan para jelmaan di masa lalu?” Fahmi terkesiap. “Kau harus tahu, manusia serigala terbagi menjadi dua kubu, satu kubu ayahmu, Magadang yang sekarang di bawa kepemimpinan ku, kedua kubu Rogiles dan Raksana sang pembantai sekaligus pembunuh Magadang.” Fahmi tersentak, kenyataan ini membuatnya sesak. “Apa, kau bilang jika bapak telah dibunuh?” Netra lelaki itu memanas. Raz mengangguk dengan wajah prihatin. “Ya, dia bertarung sampai titik darah penghabisan. Dia gugur dalam melindungi desa kalian. Raksana mengancam untuk memangsa warga karena persembahan dalam kesepakatan tidak memenuhi hasrat Raksana. Jika kau menikah dengan manusia biasa, maka garis keturunanmu akan putus. Darah suci akan punah dan mereka akan kembali berkuasa.” Fahmi tak bisa berkata-kata. Hatinya begitu terluka. “Tidak, pasti kau salah, ibuku mengatakan jika bapak meninggal karena sakit.” “Dia meninggal di depan mataku, Fahmi. Saat itu kau masih kecil dan aku terpaksa menyamarkan luka ayahmu agar Laksmi dan para warga tidak hidup dalam ketakutan. Ayahmu telah menitipkan engkau padaku.” Bulir bening jatuh tak tanpa bisa dia bendung. “Jodohmu sudah di tetapkan, seorang perempuan dari kalangan kami, manusia serigala yang cantiknya mampu mengalahkan gadis yang kau bawa masuk ke desamu. Dia juga sama sepertimu, ibunya hanya manusia biasa dan ayahnya dari kalangan kita.” Fahmi masih terguncang, dia hanya fokus pada cerita tentang pembunuhan bapaknya. “Aku tahu kau ragu, maka dari itu aku tidak pernah mengajakmu bicara saat aku datang mengunjungimu. Setiap gerik mu di awasi Fahmi, tak sedetik pun kau berjalan di atas bumi tanpa se pengawasan anak buah ku. Takdir dan kelangsungan klan kita tergantung padamu. Ingat, bahkan kau bisa kehilangan ibumu dan juga wanita yang kau cintai jika dia kembali berkuasa.” Fahmi tertunduk dalam ketidak berdayaan, kenyataan yang baru saja dia ketahui merampas senyum dan kebahagiaannya. Raz meninggalkannya sendirian. Dia tak ingin memaksa Fahmi, walau jauh di lubuk hatinya dia sangat yakin, Fahmi sama seperti Magadang. Dia memiliki hati yang mulia, dia tak mungkin mengabaikan rakyatnya dan mementingkan dirinya sendiri. Ryan tampak asyik bercengkrama dengan saudaranya yang lain. Dia tidak tahu apapun mengenai apa yang di sampaikan Raz pada Fahmi. Dia hanya tahu jika dia harus membawa Fahmi menuju ke istana. Raz menemui Ryan dan membisikan tugas padanya. Wajah pemuda itu berubah datar, dia tak mengerti kenapa dia harus membawa Abangnya bertemu dengan salah satu penasehat Raz sekaligus orang kepercayaannya. “Aku percayakan dia padamu, kau bisa menginap selama yang kau mau di sana.” Seketika terbitlah matahari di hatinya, dia merasa hangat dan senang karena akan segera berkunjung. “Baiklah, akan aku laksanakan Tuan.” “Bagus.” Raz kembali pada Fahmi. “Aku telah meminta Ryan untuk mengantarmu ke tempat seseorang.” Dengan amarah yang tertahan, Fahmi menoleh melihat Raz. “Dia juga sahabat Magadang, kau bisa tanyakan apapun padanya nanti termasuk dengan peristiwa malam itu. Aku tidak ingin memaksamu, percayalah. Aku hanya ingin kau tahu semuanya dan tidak menyesal pada akhirnya.” “Dimana dia berada? Aku akan pergi walau jarak itu terbentang jauh.” Raz merasa lega mendengar keputusan Fahmi. “Dia berada di balik gunung ini, namanya Wa Pasang, mereka tinggal di puncak daratan gunung bayangan. Putri Wa Pasang adalah wanita yang di jodohkan untukmu.” Sorot mata pemuda itu berubah sayu. Dia teringat Hafizah. "Hanya dia yang cocok menurut ramalan, kau harus bisa mengendalikan diri. Fizah tak baik untukmu." Fahmi terkejut karena Raz mengetahui nama Hafizah. “Baiklah aku akan segera pergi.” "Anak buah ku akan mengawasi mu." "Tidak perlu, kami bisa menjaga diri." Tolak Fahmi dan bergegas. "Kau salah paham jika menganggap aku melakukan ini karena mengira kau tidak mampu menjaga diri, aku meminta anak buah ku bersamamu karena, Raksana bisa muncul dimana saja. Untuk sekarang kau bukan tandingan baginya. Kau bukan siapa-siapa dan seorang manusia biasa. Kau tidak memiliki kekuatan yang cukup. " Raz menjelaskan panjang lebar. "Baiklah, terserah padamu saja."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD