chapter 55 kehilangan Hafizah

1462 Words
Raja Falen hanya bisa pasrah melepas kepergian putrinya, apa yang terjadi hari ini merupakan penghinaan besar bagi kerajaan Falena. “Kawal putriku ke kerajaan Araz, laporkan kepadaku apapun yang terjadi. Jangan lupa temui Rogiles dan minta dia menghadap padaku, segera!” ucap Raja Falen pada orang kepercayaannya. “Baik, Tuan. Akan kami laksanakan.” ** Azura menolak pergi tanpa menggunakan tandu dari kerajaannya. Dia ingin bangsa manusia serigala yang melihatnya tetap hormat walau statusnya kini menjadi sandera. “Kabulkan atau aku tidak akan meninggalkan tempat ini,” ucap wanita itu pada Fahmi. Fahmi dan Raz menghela napas, dengan terpaksa, mereka menyetujui keinginan Azura. “Biarkan saja. Aku hanya ingin tiba di istana dengan cepat,” ucap Raz. Perjalanan kembali ke kerajaan Araz memakan waktu yang cukup lama, itu karena mereka harus memutar arah untuk menghindari laut. Azura tak membiarkan keinginan mereka berjalan dengan mulus. “Terserah kalian saja, aku tidak ingin mengambil resiko dan tenggelam di tengah laut. Demi mencapai tujuan kalian, siapa yang tahu niat busuk di baliknya. Jangan berpikir karena aku wanita maka aku akan menuruti saja kemauan kalian.” Fahmi tidak tahan lagi. “Hey kau!” Fahmi menunjuk wajah Azura dengan geram. “Apa! Kau bisa meninggalkan aku di sini jika kau keberatan,” tantangnya. Cantik rupanya tidak sebanding dengan sikapnya. Itulah Azura di mata Fahmi. “Sudahlah, biarkan saja, Dia adalah seorang putri wajar jika dia meminta hal itu,” ucap Raz. Fahmi menatap wanita itu sekali lagi, ucapan Raz membuat Fahmi mengalah dan menuruti keinginan wanita itu. Perjalanan yang memakan waktu empat hari kini harus di lewati selama enam hari. Fahmi menahan kedongkolan nya dan berusaha tetap tenang. Memasuki wilayah di negerinya, pemandangan yang tidak biasa terlihat. Anak buah Raz yang menjaga perbatasan terkulai di atas tanah. Fahmi dan prajurit lainnya terkejut dan segera membantu mereka. “Ada apa? Apa yang terjadi. Kenapa kalian terluka seperti ini?” Fahmi segera membantu para prajurit itu. Beberapa orang lainnya meninggal dengan luka serius. “Istana di serang, Tuan. Kami kewalahan menghadapi musuh.” Azura yang berada di dalam tandu menyibak tirai dan mengintip Fahmi dari tempatnya. “Apa? Bagaimana mungkin?” Fahmi menatap Raz dengan gelisah. “Cepat, segera ke istana!” titah Raz pada semua pasukan. Azura dan para pengawalnya Saling berbisik. “Haci? Ada apa di depan sana?” tanya Azura penasaran.. “Entahlah, Nona. Sepertinya wilayah mereka baru saja di serang.” Azura berubah cemas, dia pun mulai uring uringan. “Tenanglah, Nona. Kami akan menjagamu. Jangan khawatir.” Fahmi berlari cepat memasuki istana, dia sangat khawatir dengan keadaan keluarganya. Tiba di istana, Raz dan Fahmi menemukan semua orang tergeletak tak berdaya. Semua orang terluka dan tidak sedikit yang tewas. “Tidak, Ibu, Fizah.” Fahmi segera mencari ke dalam. Wa Pasang, Juna dan juga Malik tergeletak, tak jauh dari kamar Hafizah. Azura menyusul, setiap langkah yang diambilnya membuat wanita itu meringis. Raz menghampiri Wa Pasang bersama dengan Fahmi. “Apa yang terjadi?” Malik menceritakan kejadian dua jam yang lalu. ** Rogiles datang dengan pasukan yang cukup banyak, lelaki itu dengan lantang meminta Hafizah untuk di serahkan. Flasback on. “Pasang! Aku tahu kau di dalam. Keluar baik-baik sebelum aku menghancurkan semuanya!” Juna dan Malik terkejut, Wa Pasang yang mampu menerawang, telah tahu apa yang akan terjadi. “Wa, bagaimana?” tanya Malik. Wa Pasang tampak gusar, dia tidak yakin untuk membuka pintu. “Aku peringatkan sekali lagi, buka pintunya atau kami akan menghancurkannya.” Malik dan Juna bersiap. Para prajurit berbaris di depan menjadi benteng pertahanan. Pintu itu ambruk setelah di dobrak dari luar. Rogiles berdiri dengan senyum kemenangan. “Serang mereka! Cari wanita itu dan bawa padaku,” ucapnya angkuh. “Baik, Tuan!” Anak buah Rogiles menyebar, mereka menyerang sekuat tenaga menindih pasukan istana yang jumlahnya hanya beberapa puluh orang. Wa Pasang dan Malik bekerja sama untuk menghentikan Rogiles. Suara gaduh dari pertempuran tidak terelakkan. “Pergi kau Rogiles, sudah ku duga semua ini rencanamu.” Rogiles tertawa dengan mimik bahagia. “Tentu, aku tidak mungkin membuang kesempatan untuk menjemput sekutuku.” Juna melindungi kamar tempat dimana ibunya, Bu Laksmi juga Hafizah berada. “Beraninya kalian! Pergi dari sini.” Juna yang sendirian tidak mampu menahan serangan yang datang. Tubuh itu dengan mudah di takluk kan. Pintu di dobrak dan Fizah di bawah paksa dari kamarnya. “Tolong jangan bawa dia, dia sedang sakit.” Bu Laksmi memeluk Fizah sekuat tenaga. “Diam kau wanita tua! Sebaiknya jangan ikut campur jika kau tidak ingin mati.” Bu Laksmi dan besannya melawan sekuat tenaga. Ibunda Zeana melemparkan semua benda yang ada di dekatnya. Demi mengusir pasukan Rogiles keluar dari kamar. “Pergi kalian! Jangan menganggu kami.” Usaha mereka sia-sia, anak buah Rogiles tidak segan untuk memukul keduanya hingga pinsan. Bug. Bu Laksmi dan ibunda Zeana jatuh ke lantai. Tanpa penolakan Fizah di bawah keluar. Dan di serahkan pada Rogiles. “Tuan.” Malik dan Wa Pasang tercengang. “Bagus, kerja bagus. Bawa dia keluar.” Rogiles mendapatkan keinginannya dan bersiap untuk pergi. “Jangan membuang energi kalian untuk melawanku, aku datang kesini hanya untuk membawanya.” Wa Pasang dan Malik berusaha mempertahankan Hafizah. “Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, hyat!” Pertempuran hebat terjadi, bahkan saat Wa Pasang menggunakan ajian sukma miliknya. Dia tak mampu menjatuhkan lelaki itu. Rogiles semakin kuat dan tak terkalahkan. Meski begitu, Malik dan Wa Pasang tidak menyerah. “Kembalikan dia pada kami, kau sangat tidak tahu malu Rogiles!” Lelaki itu sakit hati mendengar caci maki yang di ucapkan Wa Pasang. Ajian pamungkas pun di keluarkan. “Beraninya kalian, terima ini!” Hyat! Malik dan Wa Pasang jatuh terkapar setelah menerima serangan dari lelaki itu. Ajian pelemah sukma, membuat tubuh lawan Rogiles lemah tak berdaya. “Hahaha, tak ku sangka akan mudah melumpuhkan kalian, sayangnya rencana hari ini cukup sampai di sini. Kalian beruntung karena aku tidak melenyapkan kalian.” “b*****h! Kau akan membayar semua ini! Huakk!” Darah segar keluar dari mulut Wa Pasang, Malik yang melihatnya menatap cemas. Rogiles tersenyum dan menertawakan kelemahan mereka. “Jangan banyak bicara, atau kau akan mati sebelum Raz tiba di sini.” Sesak menghimpit d**a, Malik pun memuntahkan darah segar dari mulutnya. Kondisi pemuda itu sangat mengkhawatirkan. “Oh iya, aku membawa kabar dari putri kesayanganmu. Hahahaha!” Gelak tawa Rogiles menyisahkan perih di hati Wa Pasang juga putranya. “Jadi kau yang menangkap mereka. Pantas saja Raja Falen tidak tahu apa-apa.” Rogiles dengan sombongnya mengakui kejahatannya. “Benar, sampaikan pada Fahmi juga Raz, aku akan membebaskan mereka dengan satu syarat.” Juna merangkak mendekati Wa Pasang. “Jangan melibatkan saudariku, bebaskan dia dan bertarung lah secara jantan!” Malik menatap penuh amarah. Bagi Rogiles, kemarahan mereka adalah sebuah kenikmatan. Rogiles memberikan isyarat pada anak buahnya agar segera mundur. “Aku tunggu hingga purnama tiba, jika Fahmi dan Raz tidak datang untuk menyerahkan tahtanya maka mereka akan lenyap di tanganku.” Setelah menyampaikan pesannya. Rogiles langsung membawa Hafizah pergi dari sana. Flasback off. Mendengar cerita Malik, Fahmi tersungkur di lantai. Airmatanya menggenang di pelupuk mata. “Tidak, ini tidak mungkin.” Bu Laksmi juga ibunda Zeana keluar dari kamar, kuatnya pertempuran tadi menyisahkan lebam di wajah sang ibunda. “Fahmi anakku.” Bu Laksmi datang dengan airmata yang berlinang. “Ibu, ibu nggak apa-apa?” Tangis ibunya begitu menyayat hati. “Mereka membawa Hafizah, ibu tak dapat menahannya.” Fahmi mengangguk, airmata itu jatuh membasahi pipinya. “Maafkan Fahmi karena karena meninggalkan ibu sendirian.” Raz melakukan pertolongan pertama pada Wa Pasang juga kepada kedua putra sahabatnya itu. “Dia memang cerdik, kalian tidak berkutik karena ajian yang di milikinya.” Semua orang diam, mereka kehilangan kata dan memikirkan nasib Zeana. Azura melangkah semakin dekat, wanita itu melihat kekacauan yang terjadi. Fahmi sangat geram melihatnya. “Kau lihat! Karena dirimu. Kami harusnya tiba dua hari yang lalu harus mengalah dan baru tiba sekarang. Lihat apa yang telah dilakukan anak buah ayahmu itu!” teriak Fahmi. Azura terkejut dan mundur beberapa langkah. Haci sang pengawal segera melindungi putrinya. Hal itu membuat Fahmi semakin benci. “Kau! Karena kau adikku dan orang-orang yang kucintai kini di sandera oleh Rogiles. Pasukan kami gugur dan semua itu karenamu juga Rajamu yang sialan itu!” sentaknya. Raz tak dapat menenangkannya. Amarah yang ada di dalam tubuh Fahmi semakin menjadi. “Putri kalian resmi menjadi tahanan di istana kami, tidak ada pengawalan atau prajurit kalian yang boleh tinggal untuk menemani. Pergi dan sampaikan pada Rajabmu. Takkan ada ampun hingga Rogiles membebaskan saudaraku.” “Tapi, Tuan.” Haci tak bisa kembali dan meninggalkan Azura sendirian. “Pergi, kataku!” Haci tak memiliki pilihan selain pergi. Fahmi sangat frustasi dan bingung harus melakukan apa sekarang. Bulan purnama yang di maksud hampir tiba. Dan keselamatan mereka hanya tergantung dengan keputusan Raz.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD