Bukan Masalah Besar

1313 Words
Xue Mingyan berjalan dengan kesal ke Pavilliun Awan miliknya. Lala dan Lusi saling menatap bingung melihat Xue Mingyan yang begitu kesal. "Nona kenapa?" tanya Lusi. "Akhh, semua rencanaku gagal gara gara Jendral s****n itu!" hardik Xue Mingyan kesal. Lala dan Lusi terdiam membatu mendengar semua ucapan Xue Mingyan. Gagal? Itu yang disebut gagal? Lalu bagaimana rencana yang berhasil? Dan apa? Jendral s****n? Mereka baru pertama kali mendengar seseorang dengan beraninya menghina Jendral Yun. "Nona, maafkan Lala yang lancang, Tetapi sebaiknya nona memperhatikan ucapan nona. Lala takut sesuatu yang buruk akan terjadi," saran Lala mencoba memberitahu Xue Mingyan. "Aku tidak peduli, dia telah merusak seluruh rencanaku. Dan dia sangat murahan, melihat wanita saja langsung mengatakannya cantik. Entah berapa wanita yang telah menjadi korbannya ini," tolak Xue Mingyan kesal. "Hanya satu, kau wanita satu-satunya yang kusebut cantik," ujar Jendral Yun di ambang pintu. Lala dan Lusi kaget bukan main, dia tidak menyangka bahwa Jendral Yun mengikutinya dan mendengar semuanya dari awal. "Memangnya aku tidak tahu laki-laki sepertimu? Kau mengatakan hal itu pada setiap wanita!" balas Xue Mingyan sinis. Jendral Yun tersenyum, dia berjalan menghampiri Xue Mingyan yang tengah terduduk kesal. "Kenapa? apakah kau cemburu?" tanya Jendral Yun sambil menyentuh rambutnya. Langsung saja Xue Mingyan menepis tangannya yang tidak sopan ini, dia berdiri dan menatap tajam Jendral Yun. "katakan padaku apa maumu datang kemari hah? Ini bukan tempat umum yang bisa seenaknya masuk dan keluar!" geram Xue Mingyan kesal. Lala dan Lusi khawatir Xue Mingyan akan terluka karena telah berani terhadap Jendral Yun. Mungkin ke depannya mereka berdua harus selalu waspada. "Kau tidak bisa diajak bercanda sekarang," ringis Jendral Yun sedih. Xue Mingyan makin kesal karena sikapnya ini, dia menatap tajam Jendral Yun. Jendral Yun yang ditatap seperti itu oleh Xue Mingyan langsung mengerti. "Aihh, baiklah aku akan mengatakannya. Aku akan pergi ke Kaisaran besok," ucapnya. "Ya sudah, kalau mau pergi, pergi saja. Kalau tidak ada urusan cepat pergi dari sini!" usir Xue Mingyan malas. Langsung saja Xue Mingyan mendorong punggung Jendral Yun dan menggiringnya sampai ke depan pintu. Setelah Jendral Yun keluar, dia langsung menutup pintunya dengan keras tanpa mengatakan apapun. "Lala, Lusi kalian harus mengunci pintu Pavilliunnya setiap saat. Aku takut pencuri akan masuk ke sini lagi," teriak Xue Mingyan agar Jendral Yun bisa mendengarnya. Jendral Yun tersenyum mendengarnya, gadis ini benar-benar sangat berbeda dengan gadis lainnya. "Nona, apa nona tidak salah mengatakan semua itu?" tanya Lala khawatir. Xue Mingyan menatap bingung pada Lala. Pertanyaannya tadi sungguh membingungkannya, tetapi kemudian dia langsung mengerti maksudnya. "Kau tidak perlu khawatir Lala, tidak ada yang bisa menahan diriku. Kau tidak perlu takut aku akan mendapatkan masalah besar karena ulahku, aku bisa menjamin hal itu," balas Xue Mingyan yakin. Lala yang mendengarnya terdiam, jika tuannya tidak khawatir maka dirinya akan tenang. "Aku sangat lapar, bisakah kalian membawakanku sedikit makanan?" tanya Xue Mingyan yang diterima anggukan langsung oleh Lala dan Lusi. Mereka berdua pergi ke dapur mengambilkan makanan untuk Xue Mingyan. Saat tengah menunggu Lala dan Lusi, tiba tiba seseorang mengetuk pintu dengan keras. Xue Mingyan berhasil dibuat kaget dengan suara itu, segera dia menghampiri pintu depan dan membukanya dengan keras juga. Pelayan yang mengetuk pintunya kaget, karena Xue Mingyan yang membuka pintu dengan membantingnya keras. "Ada apa?" tanya Xue Mingyan datar. "Selir Niang menyuruhmu untuk menghadapnya, cepatlah pergi jangan buat dia marah karena lama menunggumu," perintahnya. Xue Mingyan tersenyum sinis mendengarnya. Langsung saja dia menampar keras pelayan itu. Plakkk Pelayan itu terjatuh ke tanah akibat tamparan yang begitu keras dari Xue Mingyan. "Berani sekali kau seorang pelayan memerintah seperti itu!" bentak Xue Mingyan dengan menatapnya tajam. Pelayan itu ketakutan dan juga merasa bingung di saat yang bersamaan. Bagaimana tidak? Xue Mingyan begitu cepat berubah. Dia menjadi berani dan kejam sekarang, ditatap seperti itu oleh Xue Mingyan membuatnya menjadi ketakutan. "Ampun nona, maafkan saya. Saya hanya menjalankan apa yang diperintahkan saja," bela Pelayannya memohon ampun pada Xue Mingyan. Xue Mingyan tersenyum sinis mendengarnya, "Katakan pada Selir Niang, jika dia ingin berbicara denganku dia yang harus mendatangiku. Dia hanyalah seorang Selir, tidak pantas memerintah seorang Nona Besar sepertiku!" hardik Xue Mingyan kemudian berjalan masuk ke dalam Pavilliunnya dan membanting pintunya kembali untuk menutupnya. Pelayan itu terkejut, dia langsung saja pergi melaporkannya pada Selir Niang. "Nona, apa yang terjadi?" tanya Lala khawatir. "Tidak ada, hanya menggertak seseorang saja," balas Xue Mingyan ringan. Lala dan Lusi terdiam membatu, mereka tidak bisa percaya apa yang dilihatnya barusan. Xue Mingyan yang terlihat cantik dan anggun bisa sekejam itu. Dan apa? gertakan? Menggertak orang dengan sebuah tamparan keras? Mereka tidak menyangka Xue Mingyan bisa seperti itu karena dari awal bertemu sampai sekarang tinggal bersama. Mereka tidak pernah melihat tuannya semarah itu. "Apa yang kalian pikirkan?" tanya Xue Mingyan penasaran ketika melihat Lala dan Lusi yang terdiam. "Tidak ada nona," jawab Lala dan Lusi bersamaan dengan tersenyum canggung. Xue Mingyan mengernyit heran, tetapi kemudian dia tidak mempedulikannya lagi. Lala dan Lusi segera menyajikan makanan untuk Xue Mingyan. *** "Nyonya, nyonya!" teriak seorang pelayan sedikit berlari masuk ke dalam ruangannya Selir Niang. Selir Niang yang sedang mengobrol dengan anaknya Shu Hang langsung terhenti dan menatap bingung pelayan yang datang itu. Pelayan itu terduduk lemas di depan Selir Niang. Dia sedikit kelelahan karena pelariannya tadi. "Apa yang terjadi?" tanya Selir Niang penasaran ketika melihat memar di pipi pelayan itu. "Nyonya, Xue Mingyan menolak untuk menemui nyonya. Di-dia ..." ucap pelayan itu ragu mengatakan hal selanjutnya. "Dia apa?" tanya Selir Niang penasaran. "Di-dia mengatakan ti-tidak pantas seorang Selir memerintah Nona besar seperti ... Akhhh," ringis pelayan itu diakhirnya karena langsung saja Selir Niang menamparnya juga. "s****n! Pukul papan 20 kali pelayan ini. Dia telah melalaikan tugasnya!" perintah Selir Niang. Langsung saja prajurit di sana menggiring pelayan itu keluar ruangan. "Ampun nyonya, saya salah maafkan saya nyonya," teriak pelayannya. Tetapi teriakan minta maafnya itu hanya sia-sia, dia tetap menerima hukuman pukul papan sebanyak 20 kali. "Ibu, kenapa dia bisa menjadi sepintar itu?" tanya Shu Hang penasaran. "Jalang itu beraninya menghinaku dengan pangkatku! awas saja akan ku balas semua perbuatannya," ujar Selir Niang kesal. Shu Hang merasa takut ketika melihat ibunya marah. Tetapi di satu sisi lain juga dia sangat kesal pada Xue Mingyan. "Ibu apa yang akan ibu lakukan?" tanya Shu Hang penasaran. "Anakku, apa kau ingin membalaskan perbuatan jalang itu padamu?" tanya Selir Niang balik. Shu Hang mengangguk antusias, dia benar benar ingin membalaskan perbuatannya Xue Mingyan. "Ayahmu telah mengundang Pangeran Ketiga datang kemari besok. Panasi dia dengan keharmonisan hubunganmu, buat dia sakit hati dan memberontak," jelas Selir Niang. Shu hang mengernyit heran, kenapa ibunya mengatakan hal itu. "Memberontak? Apa ibu yakin dengan rencana ibu? mana mungkin jika dirinya memberontak?" tanya Shu Hang memastikan lagi rencana ibunya. Selir Niang berdecak kesal, anaknya ini masih belum mengerti juga. "Anakku, apa kau tidak menyadari semua sikapnya ini? Jalang itu menjadi lebih berani. Jika kau menunjukan keharmonisanmu dengan pangeran ketiga, dia pasti tidak akan terima dan menyerangmu bila perlu," panjang Selir Niang. Shu Hang mengangguk mengerti, dirinya tidak sabar menjalankan rencananya ini. "Xue Mingyan, kita lihat apa kau masih bisa menahan kekesalanmu untuk ini," ucap Shu Hang yakin di dalam hatinya. *** "Nona, gawat!" teriak Lusi khawatir sambil berjalan menghampiri Xue Mingyan dan Lala yang sedang menatapnya bingung karena teriakannya. "Ada apa Lusi?" tanya Xue Mingyan penasaran. "Selir Niang dan Nona Shu Hang sedang menjalankan suatu rencana jahat," balas Lusi. Xue Mingyan memiringkan kepalanya sambil menatap bingung Lusi. "Lalu apa yang kau khawatirkan?" tanya Xue Mingyan. Sekarang giliran Lusi yang menatap bingung Xue Mingyan. Dia bingung karena menurutnya jika orang lain mungkin akan khawatir tetapi tuannya tidak sama sekali. Xue Mingyan yang melihat Lusi kebingungan langsung mengerti apa maksudnya. "Lusi, kau tidak perlu khawatir. Sejahat apapun rencananya, tidak akan berpengaruh padaku. Kita nikmati saja permainan mereka, kau tak perlu khawatir," ujar Xue Mingyan meyakinkan Lusi. Lusi menepuk jidatnya pelan, dia seharusnya tidak lupa kalau tuannya ini berbeda dengan yang lainnya, dia itu sangat istimewa. Dia mengangguk mengerti lalu tersenyum pada Xue Mingyan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD