Mengapa?

1492 Words
"Nona, saya sudah melakukan semua yang nona minta," ucap Jian Li pada Shu Hang. "Kerja bagus!" puji Shu Hang senang. Dia berjalan ke arah jendela dan melihat keluar. "Xue Mingyan, nasibmu sudah tak lama lagi," decak Shu Hang dengan senyum sinisnya ketika memikirkan rencananya yang berhasil. *** "Nona, apa nona tidak apa apa?" tanya Lala khawatir. Xue Mingyan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum canggung pada Lala. Dia malu sekali pada dirinya sendiri yang tiba tiba berteriak di depan Lala dan Lusi. 'Pria m***m itu ... lihat saja akan kubalas perbuatanmu itu Li s****n. Kau tiba-tiba menghilang saat aku tengah serius, sungguh mempermainkanku!' tekad Xue Mingyan di dalam hatinya ketika mengingat kejadian sebelumnya. "Nona, hari semakin gelap. Anda beristirahatlah," saran Lusi. Xue Mingyan mengangguk kemudian pergi berjalan masuk ke dalam kamarnya. Saat dia masuk, Xue Mingyan tersentak ketika melihat pria yang membuatnya kesal hari ini tengah terduduk diam di jendela kamarnya. Segera Xue Mingyan menutup pintu kamarnya rapat-rapat dan menghampiri pria itu. "Apa kau sudah siap mati untukku?" Xue Mingyan menyeringai s***s. Dia benar-benar kesal pria di depannya, ingin sekali mengumpat dan berkata kasar padanya. Pria itu terdiam, dia menatap ke samping tubuhnya dan menatap lekat Xue Mingyan. "Bahkan jika itu kemauanmu, aku akan siap menerimanya. Tapi tolong, jangan tinggalkan aku, hatiku sudah terpaut denganmu Xue er, garis takdir kita telah terbentuk," balasnya sambil tersenyum. Xue Mingyan tertegun mendengarnya. Sebuah ingatan muncul, sinar cahaya yang menyinari wajah Li dan tiupan angin yang membelai lembut rambutnya mengguncang sesuatu yang ada di hatinya. Ingin sekali mulutnya berkata, tetapi ntah mengapa mulutnya terasa kelu, tak dapat berkata. "Aku akan pergi, jagalah dirimu baik-baik," ucapnya kemudian berjalan pergi lalu menghilang. Xue Mingyan terdiam menatap kepergiannya Li. Pria itu ntah mengapa mengingatkannya pada seseorang, tapi tak tahu siapa. *** Tepat tengah malam, banyak para penjaga dan pelayan berlarian memadamkan api di paviliun Awan milik Xue Mingyan. Tetapi dalam satu jam, api itu tak kunjung padam dan malah menjadi besar. Hampir seluruh paviliun Awan habis terbakar karena dilahap oleh kobaran api yang besar. "Apa yang terjadi!?" tanya Perdana mentri. Perdana mentri datang bersama dengan Selir Niang ke pavilun Awan karena mendengar kegaduhan di sana. "Tuan, apinya semakin membesar, akan lebih lama memadamkannya," ucap seorang penjaga. "Dimana Xue Mingyan? kenapa aku tidak melihatnya?" tanya Perdana Mentri tidak menghiraukan ucapan penjaga itu sebelumnya. "Apa yang terjadi ayah? kenapa paviliun kakak seperti ini? Dimana kakak?" tanya Shu Hang khawatir. "Tenanglah Hang er," ucap Perdana Mentri berusaha menenangkan Shu Hang. "Cepat katakan! dimana dia?" tanya Perdana Mentri tegas. "Sa ... sampai sekarang kami masih belum men ...." "Ayah aku di sini, uhuk uhuk." Xue Mingyan muncul dari samping Perdana Mentri. Shu Hang membulatkan matanya sempurna ketika melihat Xue Mingyan ada di depannya sekarang. 'Bagaimana bisa dia masih hidup?' tanya Shu Hang pada dirinya sendiri di dalam hati. Xue Mingyan berjalan menghampiri Perdana Mentri dibantu Lusi. "Kau tidak apa apa?" tanyanya. Xue Mingyan menggelengkan kepalanya, "Ming er tidak apa apa ayah," balasnya. "Apa yang terjadi? kenapa tempat ini bisa terbakar?" tanya Perdana Mentri. "Uhuk, Ming er tidak tahu ayah. Tapi pada saat melarikan diri dari kobaran api ini, Ming er bertemu dengannya." Xue Mingyan menatap ke belakang tubuhnya dan kemudian Lala datang dengan seorang pelayan dipangkuannya lalu melemparnya ke bawah di tengah tengah semua orang. 's**l, kenapa dia masih ada di sini?' tanya Shu Hang terkejut dalam hatinya. "Ming er takut ayah, untung saja ada Lala dan Lusi yang membantu Ming er melarikan diri jika tidak ...." Xue Mingyan menghentikkan ucapannya, dia mengusap kedua matanya yang basah karena menangis ketakutan. Perdana Mentri yang melihatnya merasa iba, dia berjalan mendekati Xue Mingyan dan memeluknya untuk menenangkan dirinya. "Kau tidak perlu takut, ayahmu ada di sini Ming er. Pengawal cepat periksa pelayan itu!" perintah Perdana Mentri. Selir Niang dan Shu Hang yang melihatnya terkejut. Bagaimana tidak? untuk pertama kalinya Perdana Mentri peduli pada Xue Mingyan. "Tuan, aku menemukan surat ini darinya," ucap seorang pengawal yang langsung menyerahkan surat itu pada Perdana Mentri dan langsung dia baca. Setelah membacanya, dia membulatkan matanya tidak percaya dengan isi surat itu. Dia menatap tajam shu Hang dan berjalan mendekatinya lalu menamparnya keras. Semua orang dibuat terkejut akan perbuatannya Perdana Mentri. "Kau!! berani sekali kau melakukan semua ini hah? tega sekali dirimu merencanakan pembunuhan terhadap kakakmu sendiri hah?" teriaknya marah. Shu Hang menatap tidak percaya pada ayahnya. "Tuan apa yang terjadi? apa yang ada dalam surat itu?" tanya Selir Niang penasaran. "Lihatlah sendiri kelakuan putrimu itu!" sarkas Perdana Mentri dan langsung menyerahkan surat itu kepada Selir Niang. Selir Niang membaca surat itu dan diapun sama terkejut seperti Perdana Mentri. "Selagi menunggu hukumanmu, kau dilarang untuk keluar dari Pavilliunmu. Tidak ada yang boleh menemuinya tanpa terkecuali!" perintah Perdana Mentri. "Ti-dak a-yah ma-afkan aku, i-ibu ...." Shu Hang menatap Selir Niang dan Perdana Mentri bergantian. Selir Niang sedikit khawatir dengan Anaknya Shu Hang. Hukumannya ini terlalu berat untuknya. Berbeda sekali dengan Xue Mingyan yang tersenyum puas melihat Shu Hang yang menderita seperti itu. Flashback On "Hyunbin-ah, kau benar-benar telah membuatku gila gara-gara sikapmu itu. Jika saja tidak ada namamu di hatiku, mungkin aku sudah melenyapkanmu," rutuk seorang gadis pada pria di hadapannya. Pria itu tertawa, "Tenang saja, walaupun kau gila aku akan tetap mencintaimu," balasnya yang berjalan di depan sang gadis dengan membelakanginya. Sesuatu terjadi setelahnya, tiba-tiba sebuah cahaya dan suara klakson mobil mendekati mereka dan terdengar suara tabrakan. "Hyunbi-ah!!" Xue Mingyan segera bangun dari tidurnya. Keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya, mimpi itu benar-benar sangat buruk baginya. Dia terdiam, dia meneriaki sebuah nama tapi tak satupun ingatan yang muncul di kepalanya. Siapa hyunbin? Itulah yang menjadi pertanyaannya saat ini. Kresek kresek Xue Mingyan tersentak ketika mendengar suara dari luar. Perlahan dia mendekati jendelanya dan membukanya sedikit ketika sudah sampai. Dia terkejut ketika mendapati seorang pelayan yang tengah mengendap endap sambil menyiram sesuatu ke tanah. 'Bau ini ... hah minyak!?' tanya Xue Mingyan di dalam hatinya. Langsung saja dia menghampiri pelayan itu dengan hati hati agar tidak menimbulkan suara. "Dapat kau!!" ucap Lala yang langsung membekap mulut pelayan itu. Lusi membantu Lala, dia mengikatkan tangan dan kaki pelayan itu agar tidak bisa bergerak dan memberontak lagi. Pada saat menangkapnya, Lala melihat Xue Mingyan yang sedang berdiri menatapnya di depan. "No-Nona?" tanya Lala terkejut. "Kalian juga menyadarinya?" tanya Xue Mingyan dan dijawab dengan anggukan Lala. Xue Mingyan menghampiri pelayan itu, ketika sudah dekat dia berjongkok untuk menyamakan tingginya. "Katakan siapa yang telah menyuruhmu?" tanya Xue Mingyan serius. Pelayan itu menggelengkan kepalanya, dia tidak mau menjawab pertanyaannya. Xue Mingyan tersenyum sinis melihat pelayan ini yang masih setia ketika sudah tertangkap sekalipun. Dia langsung berdiri dan menyuruh Lala dan Lusi untuk menggeledah dirinya. "Nona, kami menemukan ini," ucap Lala. Xue Mingyan menatap bingung pada benda yang ditunjukan oleh Lala tersebut. Tiba tiba sebuah ingatan pemilik tubuh ini muncul di kepalanya. Benda yang ditunjukan oleh Lala tadi adalah sebuah giok emas yang diberikan ayahnya kepada Shu Hang di masa lalu. Dan jika itu dijual sekarang mungkin akan sangat bernilai tinggi. Dia tersenyum sinis, Xue Mingyan tak habis pikir jika Shu Hang membayarnya dengan giok pemberian ayahnya ini. "Apakah kau mencuri ini darinya?" tanya Xue Mingyan. Pelayan itu tidak menjawabnya, dia hanya menunduk terdiam. "Kau ternyata serakah juga, tidak mungkin jika adikku membayarmu sedikit untuk misi yang sulit ini. Kau pasti mencuri darinya bukan? Tak apa, aku akan sangat berterima kasih denganmu, karena apa? Kau telah membantuku untuk membongkar kedok Shu Hang dengan barang curianmu ini," panjang Xue Mingyan dengan tersenyum tajam. "Lalu apa yang akan kita lakukan padanya nona?" tanya Lusi penasaran. "Aku sudah bilang padamu dari awal bukan Lusi? Ikuti permainannya," balas Xue Mingyan sambil mengedipkan sebelah matanya. Lusi terdiam sesaat tetapi kemudian dia mengangguk mengerti. Tanpa menunggu lama lama, Lala dan Lusi membakar Pavilliun Awan. "Bagus, kita tunggu sampai semua orang datang kemari. Dan untukmu ...." Xue Mingyan menengadahkan kepala pelayan itu dan tersenyum sinis menatapnya. "Kuberi kau hukuman. Bakar dia tapi jangan sampai menghilangkan nyawanya," tambahnya. Pelayan itu terkejut dengan hukuman yang diberikan oleh Xue Mingyan yang kejam itu. "Nona, maafkan saya, saya berjanji di masa depan akan setia dan patuh pada nona. Tapi kumohon jangan beri saya hukuman seperti itu." rengek Pelayan itu memelas. Xue Mingyan menggelengkan kepalanya pelan, "Sayang sekali, aku tidak pernah memberikan kesempatan kedua pada seseorang sepertimu. Dan mengenai hukumannya, aku harus jawab apa ketika orang lain menanyakan 'kenapa ada bekas cambuk ditubuh pelayan ini?' tidak ada jawabannya bukan? Karena itulah aku membakarmu, agar tidak ada yang curiga padaku ok?" jelasnya dengan sok imut. Tetapi bukannya merasa gemas, malah menjadi semakin takut. Xue Mingyan langsung berdiri dan membiarkan Lala dan Lusi membakar pelayan itu. "Tutup mulutnya dengan kain, jangan biarkan dia berteriak sedikitpun!" perintah Xue Mingyan. Lala dan Lusi mengangguk mengerti, dia langsung membekap mulut pelayan itu. Flashback Off Xue Mingyan tersenyum sinis saat mengingat kejadian sebelumnya. Saat tengah berpapasan, Shu Hang menatapnya tajam, akan tetapi Xue Mingyan membisikkan sesuatu padanya. " ... 1 : 0 ...." Shu Hang terkejut dengan ucapannya Xue Mingyan, dia tidak percaya dengan semua rencananya ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD