Sebuah Petaka

1153 Words
Setelah dua jam, akhirnya api bisa dipadamkan. "Ayah, maaf sudah menganggu waktu istirahat ayah," sesal Xue Mingyan dengan raut wajah sedihnya. "Tidak apa-apa, karena Pavilliunmu sudah terbakar, sekarang tinggalah di Pavilliun Teratai Indah peninggalan ibumu." Selir Niang terkejut mendengarnya. Dari dulu sampai sekarang Perdana Mentri tidak pernah sekalipun berniat untuk memberikan Pavilliun itu padanya. Tetapi mengapa sekarang dengan mudahnya Pavilliun itu diberikan pada Xue Mingyan? "Tu-tuan apa tuan yakin memberikan Pavilliun itu padanya?" tanya Selir Niang. "Uhuk, benar apa yang uhuk dikatakan Selir Niang ayah. Aku ... uhuk uhuk uhuk ..." ucapan Xue Mingyan terhenti karena batuknya. 's**l, aku terlalu bersemangat sampai sampai aku tersedak oleh air liurku sendiri,' keluh Xue Mingyan kesal di dalam hatinya. Tadinya Xue Mingyan akan berpura pura batuk di depan Perdana Mentri agar bisa membuatnya kasihan padanya. Tetapi karena terlalu semangat dia jadi tersedak dengan air liurnya dan batuk sungguhan. Perdana Mentri menghampiri Xue Mingyan dan menatapnya khawatir. "Apa perlu kupanggilkan tabib untukmu?" tanya Perdana Mentri khawatir. Xue Mingyan menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu ayah, uhuk aku baik baik saj ... uhuk uhuk." 'Kenapa batuknya tidak berhenti sih?' keluh Xue Mingyan di dalam hatinya. "Tidak tidak, kau harus diperiksa tabib terlebih dahulu," bantah Perdana Mentri. "Kalian, bantu Xue Mingyan ke Pavilliun Teratai Indah, dan kau tolong kau panggilkan tabib istana kemari untuk memeriksa tubuhnya," perintah Perdana Mentri pada Lala dan Lusi serta beberapa pengawal. Selir Niang menatap tidak percaya pada Perdana Mentri. Mengapa dia bisa langsung begitu mengkhawatirkan Xue Mingyan? Itulah pertanyaan yang terus berputar putar di kepalanya. 'Jalang itu!!! dia benar benar licik, aku tak akan membiarkannya!' geram Selir Niang kesal di dalam hatinya. Lala dan Lusi membantu Xue Mingyan pergi ke Pavilliun barunya yaitu Pavilliun Teratai Indah. Setelah sampai, dia berbaring di ranjang dan langsung diperiksa oleh tabib. "Bagaimana keadaannya?" tanya Perdana Mentri. "Nona Xue Mingyan tidak apa-apa, hanya saja ... terdapat luka bakar di kakinya," balas tabib itu. "Apa!? Lalu apakah itu bisa disembuhkan?" tanya Perdana Mentri khawatir. Selir Niang tersenyum senang mendengarnya, 'Bagus, sekarang kau sudah cacat Xue Mingyan. Tidak ada yang mau dengan wanita cacat sepertimu,' hinanya senang di dalam hati. "Ayah tidak perlu khawatir, lagipula Ming er buruk rupa sekalipun tidak ada yang ingin dengan Ming er," ujar Xue Mingyan sedih. 'Huuh sadar diri juga kau,' ejek Selir Niang di dalam hatinya. "Tidak! Ayah akan melakukan berbagai cara agar kau bisa sembuh. Ayah berjanji," bantah Perdana Mentri yakin. Selir Niang terkejut mendengarnya, bukan dia saja yang terkejut tetapi Xue Mingyan pun sama terkejutnya seperti Selir Niang. Dia mengira bahwa Perdana Mentri hanya merasa kasihan dan bersalah saja padanya karena telah gagal mendidik Shu Hang anak kesayangannya ini, tetapi tidak! Dari awal kejadian sampai sekarang Xue Mingyan tidak melihat raut wajah merasa bersalah pada Perdana Mentri. Melainkan seperti seorang ayah yang mengkhawatirkan putrinya sendiri. Seperti itulah yang dilihat oleh Xue Mingyan. Dia bingung dengan sikapnya Perdana Mentri sekarang. Perdana Mentri mengusap lembut kepalanya Xue Mingyan, kemudian dia menghampiri tabib tadi dan berbincang padanya. Setelah beberapa lama, Perdana Mentri menghampiri Xue Mingyan yang terdiam kebingungan. "Kau tidak perlu khawatir Ming er, ayah berjanji akan menyembuhkan lukamu apapun caranya. Sekarang beristirahatlah, kau pasti masih terkejut dengan kejadian yang menimpamu saat ini," panjang Perdana Mentri. Xue Mingyan hanya tersenyum canggung membalasnya, setelah itu Perdana Mentri keluar diikuti dengan yang lainnya meninggalkan kamar Xue Mingyan. Selir Niang masih berada di tempatnya, dia menatap tajam Xue Mingyan. Xue Mingyan yang ditatap seperti itu, tersenyum sinis, "Keluarlah, aku ingin istirahat. Besok saja kau menggangguku," usirnya kemudian dia membaringkan tubuhnya dan membelakangi Selir Niang. 'Jalang ini!! Benar-benar keterlaluan. Berani sekali kau telah merendahkanku, lihat saja nanti,' geram Selir Niang di dalam hatinya kemudian pergi berjalan meninggalkan Pavilliun Teratai Indah. Xue Mingyan bangkit dari tidurnya, dia menyibakkan selimutnya. Dia tersenyum sinis melihat kakinya yang terluka karena dibakar olehnya sendiri. "Nona, kenapa nona membakar kaki nona sendiri?" tanya Lala sedih bersama dengan anggukannya Lusi. "Inilah yang harus kudapatkan jika Pavilliunku terbakar, apakah ada orang yang percaya jika seseorang tidak terluka sedikitpun dari kebakaran besar seperti itu?" tanya Xue Mingyan balik. Lala dan Lusi tertegun mendengarnya, dia tidak percaya bahwa Xue Mingyan senekat ini. "Ta-tapi kenapa harus nona? sa-saya khawatir sekali ...." Lusi mengusap kedua matanya yang basah karena menangis. Xue Mingyan terkejut ketika melihat Lusi menangisi dirinya yang terluka ini. Langsung saja dia berdiri dan menghampiri Lusi lalu memeluknya. "Kau tidak perlu menangis, aku baik baik saja. Lagipula aku sudah memperhitungkan ini dari awal. Jadi kau tidak perlu khawatir." Lala terdiam, dia juga ingin menangis seperti Lusi, tetapi dia harus kuat untuk tuannya ini. "Kalian juga memiliki luka sepertiku kan? lantas kenapa kalian hanya mengkhawatirkanku saja hm?" tanya Xue Mingyan. Lala dan Lusi menundukkan kepalanya dan tidak menjawab pertanyaannya Xue Mingyan. "Kalian tidak perlu khawatir, aku membakarnya juga karena ada penawarnya. Mana mungkin aku membakar kakiku sendiri hanya demi membuat orang lain percaya padaku?" tanya Xue Mingyan berusaha mencoba meyakinkan mereka. Sebenarnya dia berbohong pada Lala dan Lusi tentang penawar lukanya ini. Jujur dirinya tidak peduli jika memiliki bekas luka apapun karena menurutnya luka itu menandakan besar nyalinya seseorang. Tetapi pada saat melihat Lala dan Lusi yang sedih karena lukanya ini membuat dirinya berbohong. "Kalian tidurlah, ini sudah larut malam," perintah Xue Mingyan. Lala dan Lusi mengangguk mengerti, mereka langsung berjalan keluar untuk membiarkan Xue Mingyan beristirahat. Setelah mereka keluar, Xue Mingyan terduduk lemas di ranjangnya. "Sepertinya aku harus begadang sekarang," keluh Xue Mingyan. Sudah menjadi kebiasaannya kalau dia berbohong pasti tidak akan tenang. Tapi jika dia berbohong pada orang yang bersikap baik padanya. Selain dari itu dia tidak mungkin tidak tenang seperti ini. *** "Yoona, kenapa kau selalu tidak mendengarkan kakakmu ini hm?" tanya seseorang. "Hah, Kak Chen? kenapa kakak ada di sini?" tanya Xue Mingyan balik. Orang itu langsung mencubit pipi Xue Mingyan untuk menyadarkannya. "Aaww aww aaww sakit sekali!" ringis Xue Mingyan. "Tidak sopan berbicara seperti itu pada kakakmu ini. Ingatlah ini juga masih rumahku, jadi aku bebas berada di sini," jawabnya sinis. Xue Mingyan mengerutkan dahinya bingung mendengarnya. Saat menyadari sesuatu yang berbeda, dia langsung memeriksa seluruh tubuh dan pakaian yang dia pakai sekarang yang mirip dengan terakhir dia pakai sebelumnya. "A-apakah aku masih hidup? aku sudah kembali!?" tanya Xue Mingyan senang. Tetapi kemudian senyumannya langsung hilang ketika menatap orang di depannya murung. "Kau pergi begitu saja meninggalkanku. Aku kan sudah mengingatkanmu untuk tidak duduk di pagar pembatas, tetapi kenapa kau tidak mendengarkanku sama sekali!?" Xue Mingyan menggelengkan kepalanya menolak, "Maafkan aku kak Chen, aku akan mendengarkan semua perkataanmu mulai sekarang," Orang itu tersenyum sinis, dia berjalan menjauhi Xue Mingyan sambil menggeleng gelengkan kepalanya pelan tidak percaya dengan kata katanya. "Terlambat," lirihnya sambil terus berjalan mundur dengan raut wajah kecewa. Xue Mingyan ingin mengejarnya, tetapi tiba tiba kakinya tidak bisa bergerak lagi. "Kakak Chen, maafkan aku ..... aku akan mendengarkan semua perkataanmu sekarang. Tolong jangan tinggalkan aku Kakak, jangan tinggalkan aku, kumohon." Tetapi orang itu malah terus berjalan meninggalkan Xue Mingyan yang terus berteriak memanggilnya. "Jangan tinggalkan aku Kakak!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD