Tak Bisa Melupakannya

1539 Words
Hari ini ada yang aneh pada Xue Mingyan. Biasanya setelah sarapan, dia akan berlatih pedang atau berkebun karena dirinya benci akan waktu yang terbuang sia-sia. Tetapi sekarang, dia malah merenung di dalam kamarnya dan tidak keluar. Lala dan Lusi yang melihat perubahan sikap Xue Mingyan yang drastis ini menjadi khawatir. "Nona, apa nona baik baik saja?" tanya Lala khawatir. "Aku baik baik saja, hanya butuh sedikit waktu untuk memikirkan sesuatu. Bisakah kalian tinggalkan aku sendiri?" pinta Xue Mingyan. Lala dan Lusi hanya bisa mengangguk pasrah ketika mendengarnya. "Baiklah nona, jika ada sesuatu yang nona inginkan panggil saja kami," ucap Lala kemudian mengajak Lusi pergi keluar dari kamarnya Xue Mingyan. Setelah Lala dan Lusi pergi, Xue Mingyan memejamkan matanya menahan semua amarahnya. Kenapa tidak? Dia sangat kesal sekali pada dirinya sendiri karena terus saja memikirkan kejadian kemarin. "Akhhh kenapa dulu aku kurang asupan Pria tampan sihh!! Ini tidak adil, kenapa otakku terus memikirkannya. Jika tahu begini seharusnya dulu aku sering sering melihat pria tampan," keluh Xue Mingyan sambil menepuk nepuk kepalanya. Ya, benar. Sejak kemarin pikiran Xue Mingyan terus pada pria yang mengikutinya selama ini. Dirinya menolak tetapi pikirannya tidak! Ini sungguh membuatnya menjadi galau. "Cih, sayang sekali wajahnya yang tampan itu," sesal Xue Mingyan kesal saat mengingat perilaku pria itu kemarin. Dia tidak pergi dari kamarnya karena pria itu. Xue Mingyan masih malu saat mulutnya tidak sengaja memujinya tampan. Mengingat jika selama ini pria itu telah memperhatikannya, jadi Xue Mingyan memutuskan untuk berada di kamar seharian ini saja. Dirinya menyesal ketika sebelum kehidupan keduanya dimulai Xue Mingyan malah fokus belajar dan bermain saja. Tidak pernah sekalipun dia mengagumi pria tampan seperti teman-temannya dulu. "Huhuhu, harusnya aku mendengarkan teman-temanku dulu," sesal Xue Mingyan sedih. Memang dulu teman-temannya sering mengajaknya untuk mengagumi para pria tampan, tetapi dia malah menolaknya keras karena menurutnya itu tidak berguna. Sekarang dia harus kesusahan, pikirannya sama sekali tidak bisa diajak berkompromi. Apakah ini yang dirasakan oleh teman temannya dulu? Yang jelas sekarang Xue Mingyan seperti itu, terus mengingat wajahnya. "Hei otak! Jangan memikirkannya lagi, atau aku akan menyakitimu," ancam Xue Mingyan sambil menunjuk nunjuk kepalanya. "Aikhh aku sudah gila mengancam diriku sendiri. Apa yang harus kulakukan?" tanya Xue Mingyan sedih. Dia langsung berdiri semangat ketika sebuah ide melintas di kepalanya. "Baiklah, sudah kuputuskan mulai saat ini aku akan melihat para pria tampan agar aku bisa melupakannya Whahaha," ucap Xue Mingyan senang. Tetapi kemudian dia termenung ketika sesuatu yang ganjal dirasakannya. "Tapi, kenapa aku terasa familiar dengan wajahnya?" tanya Xue Mingyan pada dirinya sendiri. Dia berusaha mengingat kejadian yang terdahulu. Hampir setengah jam dia terus memikirkan siapa pria itu. Dan kenapa terasa sangat familiar dengannya? "Buntu! Kenapa aku tidak menemukan apapun. Aku ingin tahu siapa pria itu dan kenapa wajahnya terasa sangat familiar denganku?" tanya Xue Mingyan bingung pada dirinya sendiri. Akhirnya dia lelah terus berusaha mengingat kejadian yang sudah dia lupa. Dia benar benar lupa sekali, orang yang menurutnya tidak penting langsung dilupakannya begitu saja. Saat tengah melamun, Xue Mingyan terkejut ketika mendengar kegaduhan di luar. Dia beranjak keluar untuk melihat apa yang terjadi. "Heh, katakan pada dia kalau Nona Shu Hang mengajaknya minum teh. Harusnya dia bersyukur karena Nona Shu Hang mengajaknya minum teh bersama," sarkas seorang pelayan pada Lala dan Lusi sambil berkacak pinggang. "Aku sudah mengatakan kalau sekarang Nona Xue Mingyan tidak bisa diganggu," bantah Lala dingin. Pelayan itu tersenyum meremehkan menatapa Lala dan Lusi. "Kalian hanya seorang b***k belian saja sombongnya selangit. Cepat! Katakan pada dia kalau Nona Shu Hang tidak bisa menunggunya la .... Akhh!" Lala dan Lusi kaget ketika sebuah cambuk berhasil melukai pipi pelayan itu di depan mereka sendiri. Langsung saja mereka menoleh ke belakang dan menjumpai Xue Mingyan yang sedang menatap tajam Pelayan tadi. Ctarr "Akhhh ....." ringis pelayan itu lagi. Xue Mingyan mencambuknya kembali dan membuat pelayan itu tersungkur ke bawah. Dia menghampirinya dan langsung mencambuknya kembali. Ctarr "Akhhh ... no ... nona ..." ringis pelayan itu. Lala dan Lusi terkejut akan tindakannya Xue Mingyan. "Apakah tamparan pelayan kemarin tidak memberikan pelajaran pada kalian hah?" tanya Xue Mingyan dan langsung mencambuknya lagi. Ctarr "Akh ... am ... ampuunn ... no ... no ... na," mohon pelayan itu. Ctarrr "Akhh ..." ringis pelayan itu lagi. "Bersyukurlah aku hanya memberimu hukuman 5 kali cambuk. Dan ingat! Jangan memprovokasiku lagi, Camkan Itu!" ancam Xue Mingyan. "Kalian, jangan bantu pelayan yang tidak tahu diri ini sedikitpun!" tambahnya dan langsung pergi begitu saja masuk kembali ke dalam kamarnya. Lala dan Lusi masih terkejut dengan kejadian barusan. Okelah jika hanya menamparnya, tetapi ini mencambuknya. Itu membuat mereka semakin takut padanya. Mereka juga penasaran apa lagi yang disembunyikan oleh Xue Mingyan ini. Lala dan Lusi hanya bisa menatap kasihan pada pelayan itu yang sudah kesakitan dan banyak luka di sekujur tubuhnya. Pelayan itu dengan susah payah berjalan keluar. Darah segar mengotori pakaiannya karena cambukan yang keras diberikan oleh Xue Mingyan. Pelayan itu pergi menemui Shu Hang yang sedang berada di kediamannya saat ini. Dia berjalan dengan susah payah untuk memberitahukan Shu Hang. Shu Hang terkejut ketika melihat pelayannya yang tampak kacau. Pakaiannya banyak sekali bercak darah dan luka di mana-mana. "Siapa yang melakukan ini padamu!?" tanya Shu Hang penasaran. "No-nona Besar ... ya-yang ... mela-melakukannya," jawabnya terbata bata. Shu hang terdiam membatu, dia tak habis pikir bahwa Xue Mingyan bisa senekat itu. Bukan hanya Shu Hang yang terkejut, tetapi semua pelayan yang ada di sana juga. Mereka menjadi takut pada Xue Mingyan dan sepertinya akan berhati hati dalam berbicara di masa depan. Shu Hang menggertakan giginya kesal, langsung saja dia melempar semua makanan yang ada di mejanya dan langsung pergi ke kamarnya. "s**l, kenapa semua rencanaku tidak berhasil!" keluh Shu Hang marah. Dia melemparkan semua yang ada di meja riasnya ke lantai. Dia sungguh sangat kesal. Semua rencananya gagal, ibunya yang sampai sekarang tidak memikirkan rencana apapun. "Aku bingung dengan ibu, dia bilang ingin menghabisi Xue Mingyan. Tetapi apa!? Sampai sekarangpun dia masih sibuk dengan urusannya," keluh Shu Hang kesal pada ibunya. Semua pelayan yang ada di sana ketakutan karena sikapnya Shu Hang. Mereka takut jika tuannya malah melampiaskan kemarahannya pada mereka. "Jian Li, apa kau punya ide?" tanya Shu Hang. Dari awal sampai sekarang pun, jika Shu Hang membutuhkan suatu rencana jahat dia akan meminta bantuan Jian Li. Jian Li adalah pelayan setianya Shu Hang, semua informasi yang dibutuhkannya selalu ada untuknya. Dulu, Jian Li adalah seorang b***k sama seperti Lala Dan Lusi, entah mengapa dia bisa menjadi pelayan setianya Shu Hang. Mungkinkah dia juga membenci Xue Mingyan seperti Shu Hang? Pada saat Shu Hang marah pun, dia sama seperti yang lainnya takut menjadi bahan pelampiasan. Tetapi dirinya sedikit percaya diri, karena jika Shu Hang ingin menyiksanya dia harus memberikan informasi penting untuknya agar mengurungkan niatnya untuk menyiksa dirinya. Jian Li mendekat dan berbisik di telinga Shu Hang. "Bagus, lakukan rencananya mulai dari sekarang," perintah Shu Hang. Jian Li mengangguk mengerti, dia langsung pergi menjalankan misi tuannya. "Xue Mingyan, kau membuatku murka dengan tingkahmu. Aku akan membalaskan semuanya padamu mulai sekarang!" tekad Shu Hang yakin sambil menatap dirinya di depan cermin. Huaciihh Xue Mingyan terus saja bersin sejak dia keluar dari kamarnya dan berkebun untuk menghilangkan kebosanannya karena Lala dan Lusi dia suruh untuk mencari informasi penting. "Ada apa dengan diriku? Baru keluar saja sudah bersin seperti ini. Hahh benar benar tubuhmu lemah sekali Xue Mingyan," keluh Xue Mingyan pada pemilik tubuhnya sendiri. Xue Mingyan melanjutkan acara berkebunnya dengan senang. "Keluarlah, aku sudah tidak peduli denganmu lagi. Jangan memperhatikanku seperti itu pria m***m!" hardik Xue Mingyan. Awalnya Xue Mingyan tidak peduli jika dirinya diperhatikan seperti itu, tetapi lama kelamaan itu sangat risih baginya. Akhirnya dia pasrah dan menyuruhnya untuk keluar. Dan benar, langsung saja seorang pria muncul dari atas pohon dan menghampiri Xue Mingyan. "Nona cantik, kenapa kau terus saja memanggilku pria m***m?" tanyanya heran. Xue Mingyan langsung berdiri dan menatap datar pria yang ada di sampingnya. "Huuh kau sering memperhatikanku, berarti kau seorang pria m***m," balas Xue Mingyan sinis. Pria itu menyeringai senang, "Berarti, nona pun sama, gadis m***m karena memperhatikan Jendral Yun diam-diam." Xue Mingyan terdiam, dia benar benar tidak bisa membantahnya lagi. "Katakan apa yang kau mau dariku hah? Di sini tidak ada barang berharga sedikitpun," Sarkas Xue Mingyan sinis. Pria itu tersenyum, kemudian berjalan mendekati Xue Mingyan. "Panggil aku Li, bukan kau atau dirimu. Lagipula jika aku menginginkannya apakah kau akan memberinya?" tanyanya balik. Xue Mingyan hampir terlarut dalam pikirannya karena wajah tampan pria ini begitu dekat dengannya. 'Sadarlah, Xue Mingyan jangan terpedaya dengan wajahnya itu,' ucap Xue Mingyan di dalam hatinya berusaha menyadarkannya. "Li, memangnya apa yang kau mau?" tanya Xue Mingyan lagi. "Kau akan tahu jika sudah waktunya," balasnya acuh kemudian menjauh dari Xue Mingyan. "Kauu!! Sebenarnya siapa dirimu? Kenapa aku terasa sangat familiar dengan wajahmu?" tanya Xue Mingyan geram. "Sungguh kau melupakan pertemuan pertama kita? Itu sangat menyakiti hatiku," balasnya sedih. "Cepat katakan!" teriak Xue Mingyan. Xue Mingyan berteriak sambil menutup matanya. Tetapi setelah teriakannya itu tidak ada jawaban sama sekali. Dia perlahan membuka matanya, dan betapa terkejutnya Xue Mingyan ketika melihat yang di depannya itu bukan Li tapi Lala dan Lusi yang sedang menatapnya takut. "Akh hahaha, kalian sudah pulang? Kalau begitu aku akan pergi ke kamarku sebentar," ujar Xue Mingyan canggung dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Lala dan Lusi yang kebingungan dengan sikapnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD