Suara langkah seseorang menginjak dedaunan terdengar di telinga Gadi. Pria itu pun bergegas mencari tempat persembunyian. Beberapa menit menunggu ia tak melihat ada pergerakan lagi.
Di sisi lain Egi, Ratna dan Yohan, mendapati jejak Gadi yang mereka kira adalah mayat hidup. Mereka bertiga pun bersembunyi untuk mencari siasat. Suara derap langkah terdengar kembali. Namun, langkah itu bukan berasal dari team Egy mau pun Gadi.
“Ndan, belakang kamu!” Ratna menunjuk dua mayat hidup yang berjalan dengan menyeret kakinya.
Mendengar Singal dari Ratna dengan sigap Egy menghajar dengan kedua tangannya, hingga sosok itu jatuh tersungkur. Tanpa banyak bicara dengan cepat ia meraih belati yang berada di kakinya dan menancapkan di tengah dahinya hingga membuat sosok mayat hidup itu menguar bersama angin yang menerpa.
Egy kembali mengendap-endap di balik pepohonan. Namun, ia hanya menemukan seekor kelinci. “Bang lumayan buat makan malam, Bang. Selama terdampar baru pertama kali liat kelinci di sini,” ucap Yohan.
Egy hanya memberi kode agar Yohan mulai menembak. Wajah tersenyum menyeringai keluar dari bibirnya, membuat Yohan mulai membidik. Dor! Dalam satu bidikan kelinci itu pun tumbang. Sementara Gadi yang tak menggunakan senjata pun tersentak kaget di buatnya.
“Kelinci!” ucap Gadi lirih. Gadi mulai mengintip hanya berbekal belati di tangannya ia mencari tahu siapa penembak yang membuat kelinci itu mati terkapar. Sementara Egy yang melihat keberadaan Gadi, memberikan satu tembakan yang mengenai batang pohon.
Gadi pun berlari dari pohon yang satu menuju pohon yang lain yang membuat pandangan Egy kacau. Hingga tanpa mereka sadari Gadi sudah berada di belakang Egy dan menyergap dari belakang.
Marinir tampan itu berhasil menangkap Egy dengan merangkul kan belati tepat di lehernya, membuat Ratna dan Yohan mengacungkan senjata kepada Gadi.
“Kalian bertiga manusia?” tanya Gadi.
“Iya kami manusia!” Gadi pun melepaskan Egy dengan sedikit mendorong tubuhnya ke depan. Membuat Ratna dan Yohan maju dengan senjata tepat di depan Gadi.
Pria itu hanya tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya. “Lihatlah aku sama dengan kalian!” seru Gadi.
“Kamu siapa?” tanya Egy.
“Aku Gadi anggota Marinir yang diperintahkan untuk mencari keberadaan kalian.
Sementara dari jauh Kinan yang melihat Gadi mengangkat kedua tangannya berlarian mengejarnya.
“Jangan! Dia kawan kita!” seru Kinan memeluk Gadi dari depan mencoba menyelamatkannya.
Egy dan yang lainnya sudah menurunkan senjata. Namun, Kinan tetap saja memeluk Gadi. “Dik, lepaskan! Lihatlah mereka sudah menurunkan senjatanya.
Menyadari hal itu Kinan dengan sedikit tertunduk malu melepaskan pelukannya.
“Dokter Kinan!” sapa Ratna.
Senyum manja terlihat dari bibir Kinan hingga ia menepuk bahu Ratna dan berjalan menuju Egy. “Di sini berbahaya, Mas. Kenapa kamu nekad membawa anak buahmu?"
“Demi mencari dokter kami, saya pasti akan turun sendiri untuk menemukan dengan cara apa pun!” ucap Egy yang membuat Kinan tertawa. Mereka berlima pun mengikuti jejak Gadi menuju goa.
“Mas aku akan cari obat herbal untuk Mas Sukma dan Mas Gadi. Kalian jalan dulu.”
“Di sini masih rawan. Jangan pergi sendirian!” seru Egy.
“Biar aku yang temani dia,” sahut Gadi.
“Di dekat air terjun ada gua berbatuan, di sana ada dua anggotaku.” Gadi menjelaskan kepada Egy dan segera berpamitan mengantarkan Kinan.
“Kamu ini masih sakit malah ikutan pergi!” ucap Kinan dengan menyenggol sedikit luka Gadi.
“Auww, masih sakit!” teriak Gadi.
“Nah kan. Tau Sakit masih saja ikut dan nekat pergi.”
Gadi terdiam ia hanya mengikuti kata hati untuk mengikuti gadis itu. Waktu telah hampir malam, mendung yang sedari tadi pagi masih membuat suasana dingin dan mencekam.
“Kamu ternyata seorang dokter?” tanya Gadi.
“Sudah tahu masih tanya.”
“Kan lebih enak kalau kamu sendiri yang bilang. Aku kira kamu seorang perawat kemarin.”
Kinan menatap Gadi dan mengernyitkan dahinya, penasaran dengan yang diucapkannya.
“Berjalan sama kamu mengingatkanku dengan seseorang lima tahun yang lalu. Usianya saat itu masih belia delapan belas tahun, mungkin kalau sekarang dewasa seusia kamu.”
“Lalu!”
“Sudahlah jangan di lanjutkan!” ucap Gadi yang membuat Kinan semakin kepo.
“Kalau cerita jangan bikin orang penasaran.”
“Namanya Kiananti. Saat itu, dia baru lulus SMU dan ingin menjadi dokter seperti kamu! Aneh tapi memang nyata. Dengan nama yang sama, mungkin usia yang sama pula.”
“Oh Mas ini cerita tentang Kinanti, kekasih mas dulu. Memangnya dia kenapa? Sudah menikah begitu?” tanya Kinan.
Gadi terdiam dia memilih tak menjawab karena tak ingin membuka luka lama yang masih menyayat di hatinya. Sementara Kinan yang menunggu jawaban Gadi hanya terdiam ketika pria yang bersamanya tak mau membalas pertanyaan yang ia lontarkan.
“Sudahlah itu urusan pribadi dia, lebih baik aku tidak ikut campur. Tapi, aku kepo jadinya kenapa nama itu mirip denganku,” batin Kinan.
Kinan pun mengedarkan pandangan di padang rerumputan untuk mencari sere merah dan bunga Dlingo. Dengan seksama ia membuka lebar-lebar matanya, agar dengan mudah menemukan sereh di antara alang-alang.
“Mas, lihatlah. Itu ada sereh merah di sana.”
Kinan tampak bahagia apalagi dia melihat sereh itu sedang berbunga. Ia pun berlari mendekat karena hari hampir malam.
“Lihatlah sere ini sedang berbunga, bunga ini bisa untuk menyembuhkan luka kalian.”
Kinan dengan cepat memotong bunga sereh, sementara Gadi masih melihat-melihat tanaman itu dengan penuh penasaran, terlebih ketika dia melihat bunga sereh itu membuat tali simpul sendiri.
“Dik! Ini kenapa aneh. Auranya begitu kuat sekali.”
Kinan pun mendekat dan melihat setangkai bunga sereh yang membuat simpul berdiri subur di tengah Padang rerumputan.
“Ini ada aura magisnya, Mas. Kita ambil saja siapa tahu berguna nantinya. Karena Mas yang melihatnya, harusnya mas yang mengambil dan menyimpannya.”
“Begitukah! Siapa tahu berguna buat para mumi itu!”
“Mumi!” ucap Kinan heran.
“Iya si mayat hidup itu bukannya kaya mumi.”
Kinan tertawa karena Gadi selalu mengganti nama sesuatu seenaknya sendiri.
Mereka pun segera bergegas untuk mencari tanaman Dringo. Karena hari sudah mulai petang pencarian Dringo dihentikan. Kinan dan Gadi pun segera menuju gua tempat di mana mereka bersembunyi.
Namun, perjalanan mereka berhenti sesaat, ketika melihat beberapa mayat hidup itu keluar dari gundukan tanah. Melihat hal itu, Kinan bersembunyi di balik tubuh Gadi.
"Kenapa apes begini!" ucap Gadi.
.