Bagaimana Cara Mendapatkan Izin

1237 Words
Sudah sangat jelas sekali jika Luna akan kebingungan untuk saat ini. Kali ini ia bingung bukan masalah mencari sekolah mana yang mau menerim mereka untuk melakukan observasi, melainkan ia bingung dengan bagaimana caranya untuk meminta izin kepada orang tuanya bahwa dirinya akan pergi ke luar kota untuk melakukan observasi tersebut bersama dengan Lukas.  Orang tua Luna bukan lah orang tua yang keras, melainkan cenderung lembut dan berbaik hati terhadap siapapun. Tetapi tetap saja, karena hal tersebutlah ia sangat sulit untuk meminta izin karena sudab pasti untuk kemungkinan besar Luna akan diberi izin dengan kepercayaan penuh untuknya. Itu lah yang tidak Luna harapkan, karena ia juga sebenarnya tidak ingin pergi bersama dengan Lukas yang notabennya merupakan orang asing bagi dirinya sendiri.  Luna tidak bisa membayangkan akan seberapa canggung dirinya bersama Lukas selama dua hari dua malam, waktu yang direkomendasikan Lukas untuk melalukan observasi di Kota Solo, tempat tinggal asal Lukas.  Perempuan itu anak ke dua dari dua bersaudara dengan satu kakak laki-laki yang tidak luput suka mengawasi dirinya walau jarak keduanya terlampau jauh, yaitu Kota Malang dan Jakarta. Tetapi, kakak laki-lakinya itu memiliki beberapa teman di mana Luna juga mengenalnya yang satu kampus dengan Luna. Beberapa kali juga Luna bertemu dengan teman kakaknya tersebut hanya karena sang kakak yang menyuruh temannya untuk menemui Luna ketika Luna sedang sakit.  Sebelum menelpon dan meminta izin kepada kedua orang tuanya, akhirnya Luna memutuskan untuk bertanya dahulu kepada sang kakak. Ia mengirimkan beberapa pesan singkat yang menjelaskan mengenai kondisi yang sedang dialaminya saat ini. Namun, ternyata jawaban sang kakak sangat jauh dari apa yang Luna harapkan. Sang kakak langsung saja menyuruh Luna untuk berangkat karena memang hal tersebut berkaitan dengan kepentinga tugas kuliah. Sang kakak juga sudah bilang jika sebelum pergi bersama Lukas, salah satu temannya harus bertemu dengan Lukas terlebih dahulu dan tidak lupa juga mereka tetap haru meminta izin pada kedua orang tua Luna, dengan Lukas yang juga ikut melakukan panggilan video nantinya. Ponsel Luna berdering ketika ia baru saja meletakkannya. Di layarnya menunjukkan sebuah nama yang sudah ia duga akan menelpon dirinya. Luna mengembuskan napas panjang-panjang. Jujur saja perempuan itu sangat malas untuk mengangkat telepon dari teman Mas Kuncoro atau Mas Kun, kakak laki-lakinya, yaitu Mas Tendra yang lebih suka dipanggil dengan panggilan Mas Ten.  Pada akhirnya juga Luna harus mengangkat panggilan tersebut. Ia menggeser tombol hijau ke atas pada ponselnya sebelum akhirnya menempelkan benda pipih tersebut di telinganya. "Luna mau pergi ke luar kota sama cowok?" tanya Mas Tendra dari seberang sana bahkan ketika Luna belum berucap satu patah kata pun.  "Iya, Mas," jawabnya tanpa embel-embel lain. Walau Luna bertempat tinggal di Bandung, tetapi entah mengapa dirinya dan sederet teman-teman Mas Kun yang ia kenal adalah keturunan Jawa Tengah. Sebenarnya Kota Solo dekat dengan rumah nenek buyut Luna, tetapi ia sudah lama sekali tidak berkunjung ke sana. Entah mengapa, semenjak nenek buyut tidak ada, Luna dan semua keluarganya sangat jarang lagi berkumpul di rumah nenek buyut untuk bersilaturahmi. "Kapan mau ketemu Mas Ten dulu? Aku kudu pastiin kalau Lukas teh orang baik." Tutur bahasa Mas Ten itu lucu. Dia sama sekali tidam bisa berbahasa Sunda sama seperti dirinya, tetapu untuk nada bicara, kental sekali Sundanya.  "Ngg ... Kurang tau, Mas." Lagi-lagi jawaban Luna hanya singkat saja. Dirinya sudah ingin mengakhiri panggilannya dengan Mas Ten karena memang dirinya kurang nyaman untuk berbicara dengan Mas Ten, mengingat Mas Ten pernah bilang bahwa laki-laki itu menyukai dirinya bahkan di depan Mas Kun langsung ketika hari kelulusan SMA. Saat itu memang Mas Kun yang menjemput Luna di sekolah setelah acara corat-coret seragam seadanya dan tiba-tiba saja di depan teman-temannya juga Mas Ten mengatakan bahwa ia menyukai dirinya. Padahal, saat itu Luna sedang dengan seorang laki-laki satu kelasnya. Namun, karena Mas Ten yang menyatakan cintanya tanpa aba-aba, membuat laki-laki teman sekelas Luna tersebut pilih mundur dan pada akhirnya Luna jomlo sampai saat ini. Luna tidak marah pada Mas Ten. Untuk menyatakan perasaannya itu juga seratus persen hak milik Mas Ten. Hanya saja, setelah kejadian itu, setelah Luna menolak Mas Ten di hadapan teman-temannya, Luna selalu merasa canggung jika bertemu dengan Mas Ten, padahal kejadian itu sudah cukup lama yaitu sekitar dua tahun yang lalu.  "Luna kapan bisa ketemu sama Lukasnya?" tanya Mas Ten lagi, membuat dirinya tersadar dari lamunan. "Kayaknya aku bakal minta izin ke mama sama papa dulu, Mas. Habis itu kalo udah benar-benar diizinin, baru deh aku bawa Lukas ke Mas Ten." Luna menjawab sekenanya. Memang sepertinya lebih baik begitu saja. Ia memilih meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuanya sebelum membawa Lukas ke Mas Ten, karena jika orang tuanya tidak memberikan izin, berarti Luna tidak perlu untuk bertemu dengan Mas Ten. "Nanti aku kabarin lagi ya, Mas. Udah dulu, aku matiin teleponnya." Merasa cukup, Luna memutuskan untuk menyudahi sambungan teleponnya dengan Mas Ten.  Lagi-lagi ia hanya bisa mengembuskan napasnya panjang-panjang.  Sebelum menelpon kedua orang tuanya, sebelumnya memang Luna sudah juga memberikan intro kepada mereka bahwa Luna akan meminta izin untuk pergi ke luar kota.  Kini yang harus ia pikirkan adalah mengajak Lukas bertemu saat ini juga agar mereka berdua bisa melakukan panggilan video kepada mama dan papa Luna. Tetapi, mama dan papa hanya memiliki waktu di malam hari di mana hal tersebut membuat Luna harus bertemu Lukas di malam hari juga.  Perempuan itu langsung saja mencari nomor kontak Lukas yang sudah ia simpan. Dirinya langsung saja mengiriminya beberapa pesan singkat. Luna: Lukas, ayo kita ketemu. Aku butuh kamu buat izin sama mama papa.  Tidak lama, Lukas sudah membaca pesannya saja dan balasan juga lansung Luna terima.  Lukas: Ayo, Lun. Walau sekadar balasan singkat, setidaknya Lukas tidak menolak ajakannya. Luna: Nanti malam gimana? Di perpustakaan pusat. Bukannya menerima balasan dari Lukas, Luna malah mendapatkan panggilan masuk dengan nomor kontak yang sama yaitu Lukas.  Luna langsung saja memgangkatnya. "Hallo, Lukas." "Kenapa di perpustkaan pusat, Lun? Malem-malem apa nggak merinding lo?" Suara Luka terdengar tidak yakin jika mereka bertemu di perpustakaan Universitas Matahaya pada malam hari.  "Terus di mana? Di gedung fakultas mah tambah serem, Lukas." "Ya nggak di sana juga dong. Kan banyak tempat lain di Malang Raya ini, Luna." "Yaudah deh, Lukas. Terserah kamu aja. Tapi aku nggak tau tempat di sini. Kamu kan tau sendiri aku jarang keluar." "Lah, sejak kapan gue tau kalo lo jarang keluar?" Mendengar penuturan Lukas, Luna baru menyadaei bahwa dirinya terlalu blak-blakan mengobrol pada Lukas melalui sambungan telepon ini. "Yaudah deh, nanti kasih tau aja mau di mana. Nanti malam ya, biar cepet." "Perlu gue jemput nggak?"  Luna berpikir sejenak ketika Lukas menawari untuk menjemputnya. Namun, pada akhirnya juga ia tetap menerima karena selain untuk menghemat ongkos ojek online, akan lebih baik juga kika mereka berangkat bersama agar tidak saling menunggu.  "Boleh, Lukas." "Tapi gue nggak tau kost lo di mana." "Iya, nanti share loc, ya." "Siap, Lun. Sampai ketemu nanti malem." Luna menjauhkan ponselnya daru telinga. Ia merasa sedikit geli dengan kalimat terakhir yang diucapkan Lukas. Jika orang tersebut bukanlah Lukas, mungkin kalimat tersebut akam menjadi biasa saja. Tetapi, karena itu Lukas, laki-laki dingin yang baru saja akrab dengannya, menjadikan hal tersebut cukup menggelikan. "Iya." Akhirnya Luna bisa menutup panggilan tersebut dan kembali merebahkan badan.  Ia ingin tidur saja, sebelum nantinya ia akan dihadapkan kembali dengan sedikit ribernya meminta izin pada orang tua Luna. Bukan izinnya yang ribet, melainkan menjelaskan apa saja yang akan mereka lakukan di sana. Jadi, Luna dan Lukas harus berkoordinasi terlebih dahulu agar mereka kompak menjawab. Karena hal itu yang akan menentukan apakah papa dan mama bisa mempercayai mereka berdua. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD