When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Pagi hari Hanna bersiap pergi bekerja. Wanita itu berjalan menyusuri trotoar menuju halte bus yang akan mengantarkannya pada perusahan Andreas di lokasi pembangunan. Langkah kakinya sangat gontai. Dia duduk di kursi tunggu. Sebuah mobil berhenti tepat di depan Hanna yang sedang melamun. Pria itu membunyikan klakson, tetapi tidak dipedulikan. “Apa yang dia lamunkan?” Hans keluar dari mobil dan berlari mendekati Hanna. “Sayang.” Hans melambaikan tangannya di depan Hanna. “Hans.” Hanna mendongak. “Ada apa dengan bibir kamu?” Hans bisa melihat bibir Hanna yang bengkak dan luka. “Entahlah.” Hanna menunduk. “Apa maksud kamu, Sayang?” Hans duduk di samping Hanna. “Hans, ada banyak kejadian yang aku lewati. Mengerikan dan cukup menakutkan.” Hanna menatap Hans. “Kata