Andreas duduk di kursi balik meja kerja yang ada di bar. Pria itu membuka topeng. Wajah tampan memukau terlihat masih marah. Jhonatan masuk dan segera mengunci pintu ketika dia mendapat laporan dari penjaga bahwa bos mereka telah kembali ke ruang kerja. Pria yang paling setia kepada Andreas segera duduk di sofa.
“Apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang penculikan Hanna?” tanya Andreas.
“Sudah, Tuan,” jawab Jhonatan.
“Siapa?”
"Tuan Yuda. Ayah dari nona Rena," jawab Jhonatan.
"Kenapa dia menculik Hanna?" tanya Andreas.
"Nona Ren benci pada Nona Hanna," jelas Jhonatan.
“Kenapa?” tanya Andreas lagi.
“Berdasarkan penyelidikan kami. Rena, Hanna dan Hengki berteman. Rena cemburu karena Hengki lebih perhatian pada Hanna dan dilanjutkan lagi dengan Hans yang juga lebih perhatian pada Nona Hanna,” jelas Jhonatan lengkap.
"Rena adalah wanita serakah yang menginginkan perhatiaan, kasih sayang dan cinta dari banyak pria. Dia wanita yang cukup menjijikan." Andreas tersenyum.
"Sepertinya begitu Tuan," ucap Jhonatan.
"Culik Rena dan kurung di kamar gelap selama satu hari!" perintah Andreas
"Baik Tuan." Jhonatan segera menghubungi anak buahnya dan mengirimkan foto Rena.
“Minta tebusan untuk wanita itu.” Andreas tertawa.
“Secepatnya akan saya lakukan,” ucap Jhonatan.
“Berani sekali mereka menggangu wanitaku yang hanya menjadi milikku untukku. Mati dan hidupnya akan berada di tanganku.” Andreas tersenyum.
"Tuan, apakah Anda benar-benar jatuh cinta kepada Nona Hanna?" tanya Jhonatan polos.
"Jika aku tidak mencintainya, mana mungkin aku menikmati ciuman dengan Hanna bahkan aku merasa ketagihan," ucap Andreas menyentuh bibirnya.
"Apa yang akan anda lakukan? Nona Hanna telah memilih Hans?" tanya Jhonatan lagi.
“Akan aku lakukan segala cara mendapatkan wanita itu.” Andreas menatap Jhonatan yang sedang berpikir sejak kapan bosnya ada rasa kasihan kepada seorang wanita. Pria itu mencintai dengan rasa obsesi karena terbiasa dapat memenuhi dan mendapatkan segala yang dia inginkan seperti barang saja.
“Jho, aku sangat merindukan Hanna. Ternyata jatuh cinta itu sangat menyiksa.” Andreas beranjak dari kursi kerja dan pindah ke sofa.
“Aku selalu ingin melihatnya. Dia harus berada di dalam rumahku.” Andreas menatap Jhonatan.
“Aku mau menghubunginya, tetapi malam sudah sangat larut. Pasti dia sudah tidur.” Andreas memutarkan ponsel dengan jarinya.
“Sebaiknya, Anda beristirahat dan besok bisa bertemu Nona Hanna di perusahaan,” ucap Jhonatan.
“Kamu benar. Ayo, kita pulang.” Andreas memakai kemeja dan jas serta topeng. Pria itu berjalan keluar dari ruang kerja diikuti Jhonatan.
Kembali ke rumah untuk tidur agar bisa melewati malam lebih cepat dan segera bertemu Hanna. Tubuh seksi menggoda itu terbaring di atas tempat tidur ukuran raksasa dengan kasur paling empuk dan nyaman. Matanya masih terbuka. Dia benar-benar merindukan Hanna.
“Aku akan menghbunginya sebentar saja. Dia sudah membuatku rindu.” Andreas menyentu icon hijau yang tampil pada layar ponsel. Melakukan panggilan di malam hari.
Dering panggilan membuyarkan lamunan Hanna yang sedang menatap kotak kaca di tangannya. Wanita masih belum bisa tidur karena pikirannya terganggu oleh tiga pria yaitu, Hans, King dan Andreas yang sebenarnya hanya dua pria saja karena satu orang sama dengan yang lainnya. Dia berbaring di atas tempat tidur.
“Ah, aku lupa mematikan ponsel. Siapa yang menelpon di malam hari?” Hanna melihat layar ponsel yang menampilkan nomor baru.
“Paling orang iseng.” Hanna menolak panggilan. Dan ponsel kemali berdering dengan nomor yang sama hingga berkali-kali.
“Siapa sih?” Karena kesal akhirnya Hanna menerima panggilan dengan malas.
"Halo.” Hanna menjawab panggilan dengan pelan.
"Halo sayang. Kenapa kamu menolak panggilanku? Apa kamu tidak tahu kau tersiksa karena sangat merindukan dirimu. Kapan kita akan bertemu?" suara seksi dan menggoda dari seorang pria yang sangat Hanna kenal
"King.” Hanna terkejut dan segera duduk di atas tempat tidur.
"Oh, sayangku. Kamu mengenali suara ku." Suara King terdengar manja.
"Apa yang kamu inginkan?" Hanna mulai khawatir. Pria bernama King sangat bernafsu ketika bersama Hanna.
"Sayang. Dengarkan aku baik-baik. Mulai hari ini kamu adalah kekasihku." King menakankan suaranya. Ada nada paksaan yang tidak boleh ditolak.
“Aku sudah punya kekasih,” tegas Hanna.
“Aku tidak peduli itu semua. Karena aku menyukai kamu dan harus menjadi milikku,” ucap Andreas.
“Apa?” Hanna mulai bingung dan ketakutan.
"Aku tidak mau ada pria lain dekat-dekat denganmu." King tersenyum.
"Tapi...." suara Hanna terputus.
"Jika membantah aku akan mengambil kebebasan dirimu dan mengurung kamu di rumahku," ancam Andreas.
"Apa salahku, sehingga kamu harus mengacam diriku?" Hanna gugup
"Kesalahan kamu adalah membuatku menyukaimu. Jadi, kamu adalah milikku. Jika ada pria lain dekat-dekat dengan dirimu aku akan menghancurkan kehidupannya." Andreas mengulangi ancamannya..
“Itu tidak mungkin. Aku bekerja dan bertemu banyak pria dan juga Hans adalah kekasihku. Dia akan terus bersamaku.” Hanna mulai kesal dengan sikap pemaksa pria yang berbicara dengannya melalui ponsel itu.
“Kamu harus berusaha, Sayang.” Andreas menutup panggilan dengan kecupan di ponsel.
"Halo, King." Hanna benar-benar kesal. Kenapa ia harus diculik dan bertemu dengan pria aneh dan bernafsu seperti King.
“Gila!” teriak Hanna melepar ponsel di atas kasur.
“Kenapa aku bertemu dengan pria m***m yang mengerikan?” Hann semakin tidak bisa tidur. Dia keluar dari kamar dan duduk di taman seorang diri. Kesunyian menemani wanita yang sedang dilanda kegelisahan, khawatir dan juga rasa takut.
Dari rumah mewahnya, Andreas melihat rekaman video dari cctv yang telah dipasang di halaman rumah Hanna. Pria itu tersenyum memandangi wajah cantik dan tubuh seksi yang hanya menggunakan setelan tidur celana pendek sebatas paha dan baju tanpa lengan. Wanita itu tidak pernah menggunakan br* ketika tidur.
“Berapa lama dia akan berada di ayunan itu?” Andreas terus menatapi Hanna yang merebahkan diri di dalam ayunan berlapiskan sofa merah itu.
“Tidurlah, Sayang.” Andreas mengambil kunci mobil dan segera menuruni tangga.
“Anda mau kemana, Tuan?” tanya Jhonatan.
“Jalan-jalan. Jangan ikuti aku!” Andreas tersenyum. Pria itu membuka garasi mewah yang koleksi berbagai jenis mobil dan memilih sport hitam serta simple agar mudah di kendarai di jalanan ramai dan bukan sang King, jika tidak jago balapan.
Tidah butuh waktu lama dengan kemampuan mengendarai mobil yang dimiliki Andreas membelah jalanan kota yang mulai sepi. Dia telah sampai di depan halaman rumah Hanna yang hijau dan indah. Pria itu segera melompati pagar dan berjalan mendekat wanita cantik yang terlelap di dalam ayunan. Senyuman tergoda terlihat di bibir merah dengan wajah telah di tutupi topeng. Andreas berjongkong. Dia membelai rambut hitam yang tergerai dan mengecup dahi serta bibir Hanna.
“Sangat cantik dan seksi.” Andreas tersenyum. Hanna membuka mata dan segera duduk. Dia sangat terkejut melihat pria bertopeng berjongkok di depannya.
“Kau.” Hanna menatap tajam pada Andreas.
“Kekasih kamu. King.” Andreas duduk di samping Hanna yang bersiap untuk lari ke rumah.
“Ahh.” Tangan Hanna dicengkram Andreas.
“Kamu mau ke mana, Sayang?” Andreas mulai marah setiap Hanna menggindarinya.
“Lepaskan!” Hanna berusaha pegangan Andreas.
“Tidak akan.” Andreas menarik pinggang Hanna hingga duduk di pangkuannya. Tangan pria itu meraba paha dan perut yang terbuka. Sensasi itu cukup membuat Hanna tersiksa. Belum lagi ciuman dipundak dan gigitan di leher.
“Hentikan!” Hanna menggeliat, tangan dan tubuhnya telah dikunci Andreas. Dia heran, pria itu memiliki kekuatan luar biasa yang tidak bisa ia lawan.
“Diamlah!” Andreas menarik tubuh Hanna hingga terbaring dan dia mulai memakan bibir yang sangat dirindukan itu. Ciuman paksa yang tidak bisa dihindari. Tangan yang telah mencengkram buah kembar montok membuat wanita itu kehilangan tenaga. Air mata mengalir melewati pipi.
“Hey, kenapa menangis?” Andreas mengusap air mata Hanna.
“Kenapa kamu menyiksaku?” Hanna menatap mata yang tersembunyi di balik topeng.
“Karena kamu menolakku.” Andreas tersenyum.
“Aku sudah punya kekasih,” tegas Hanna.
“Apa kamu tidak mau tahu siapa orang dibalik penculikan dan menjualmu padaku?” Andreas menyentuh bibir Hanna dengan jarinya.
“Siapa?” tanya Hanna yang sangat penasaran.
“Kamu mengenalnya. Apa kamu mau aku membalaskan ini padanya dengan yang sama yaitu diculik?” Andreas mencium rambut hitam Hanna yang tergerai.
“Apa yang akan kamu lakukan? Mengurungnya di dalam kamar dan memperlakukannya sepertiku?” Hanna menatap Andreas.
“Apa yang kamu pikirkan?” Aku akan mengurungnya di dalam penjara bawah tanah dan membuatnya ketakutan serta meminta tebusan. Apa kamu setuju?” Andreas mencium bibir Hanna tanpa mendapatkan balasan.
“Siapa dia?” tanya Hanna.
“Jika kamu setuju menjadi kekasihku. Aku akan memberitahu kamu dan akan menghukumnya untukmu.” Andreas tersenyum.
“Kamu boleh memikirkannya, tetapi kamu tidak akan pernah bisa lari dariku, Sayang.” Andreas berbisik di teling Hanna meniupkan napas hangat dan memberi gigitan serta lidah yang menyusup ke dalam lekukan indera pendengaran itu. Hanna hanya bisa menutup mulut agar dia tidak berteriak ataupun mendesah karena sensasi menggoda yang pria itu ciptakan. Hans tidak pernah melakukan itu. Mereka hanya berciuman bibir saja.
“Apa kamu suka?” Andreas menatap Hanna yang berusaha membrontak nafsu yang tersulut oleh pria di depannya.
“Masuklah ke rumah dan tidur.” Andreas melepaskan Hanna.
“Ah, satu kali lagi.” Pria itu seakan tidak puas untuk berciuman. Dia kembali menarik Hanna yang telah besiap untuk kembali ke kamar.
“Balas ciumanku atau kamu tidak akan aku biarkan tidur malam ini.”Andreas menatap Hanna yang telah mengunci bibirnya.
Kena….” Ciuman telah mendarat di bibir merah Hanna yang masih basah. Dia hanya bisa memejamkan mata dan membayangkan pria itu adalah Hans agar bisa membalas ciuman Andreas. Tetap saja berbeda. Pria di depannya sangat ganas dan bernasfsu. Seakan ingin melum*t habis dirinya. Tangan yang berjalan kemana-mana menusup perut, d*da dan paha Hanna.
“Ah, aku suka ciuman malam ini. Mimpi indah, Sayang.” Andreas melepaskan ciuman dan mengecup bibir Hanna yang hanya terdiam.
“Masuklah!” Andreas tersenyum dan Hanna berlari masuk ke dalam rumah.
“Kamu milikku Hanna.” Andreas kembali melangkasi pagar dan mengendarai mobil kembali ke rumahnya dengan perasaan puas karena mendapatkan banyak ciuman. Dia bahkan berhasil menyentuh semua sudut tubuh Hanna dan meninggalkan gigitan serta bekas merah di bagian belakang leher wanita itu.
Hanna duduk di tepi tempat tidur. Dia semakin kacau dan merasa kewarasannya telah hilang. Pria itu akan selalu datang mengacau kehidupan Hanna hingga entah sampai kapan. Wanita itu sangat frustasi. Seakan telah menghianati Hans karena berciuman dengan laki-laki lain.
“Aku telah bersama Hans selama tujuh tahun. Haruskan kami pisah karena pria ini? Aku takut. Apa yang harus aku lakukan?” Hanna mengusap wajahnya dengan kedua tangan.
“Hans, jika aku ceritakan semua ini padamu. Bisakah kamu melepaskan aku dari jeratan King?” tanya Hanna pada dirinya sendiri.
Hanna merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia sudah sangat mengantuk. Setiap memejamkan mata, ciuman yang dilakukan pria bertopeng selalu mengacaukannya sehingga hadir di dalam mimpi yang menggangu. Menyingkirkan Hans dan semua orang yang ada di sekitarnya. Andreas sangat menyiksa Hanna dengan menjadi pria lain bernama King.