When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hans pulang ke rumah untuk mengurus dan mempersiapkan berkas pernikahan mereka. Hanna menemani kakek di kamar. Ia berbaring di atas sofa dengan mata terpejam. Malam semakin larut mengantarkan wanita itu tidur dalam damai. Lampu hanya menyala di dekat tempat tidur pasien. Seorang pria dengan topeng menutup wajahnya menatap Hanna dengan senyuman. “Apa yang kamu rencanakan?” Tangan pria itu masuk menyusup perut ramping Hanna dengan wajah sangat dekat. “Ah…” Hanna segera menutup mulutnya agar tidak berteriak dan membuat keributan. “Halo Sayang.” King tersenyum dan Hanna menggelengkan kepala dengan tangan tetap menutupi mulutnya. Dia menahan r*ngs*ngan sentuhan yang diberikan pria itu. “Apa kamu mau lari dariku?” bisik King di telinga Hanna. “Tidak,” jawab Hanna pelan. Dia m